Kami kembali ke ruangan nomor 4021. Aku duduk dan menyandarkan tubuhku ke sofa. Lux membaca-baca artikel dari meja pintar. Kami sedang menunggu Lace Caroline. Dia akan datang dengan hasil tes kesehatan kami.
Aku terus terngiang dengan kata-kata Tuan Lux. Ku rasa ia benar. Aku sangat menyedihkan dan lebih gila dari dia. Hidup tanpa tujuan dan kosong.
Saat orang lain menginginkan kesuksesan. Aku tak menginginkannya. Kalau dipikir-pikir aku tak memiliki visi sama sekali. Entah sudah berapa lama ini terjadi. Aku merasa stagnan. Tak bergerak sama sekali.
Banyak orang mendambakan pasangan dan memiliki keluarga sendiri. Aku? Entahlah, aku tak yakin bisa menemukan orang yang tepat dan mau menerimaku apa adanya.
Suara bell berbunyi. Wanita dengan baju biru masuk setelah Lux membuka pintu untuknya. Ia memakai kacamata serta blazer berwarna putih.
"Perkenalkan nama saya Lace Carolina. Saya adalah seorang ahli kejiwaan. Saya membawa hasil tes kesehatan Tuan dan Nona. Ku rasa tidak ada masalah dengan Anda Nona Covina." Katanya sambil menyerahkan hasil tes padaku.
"Tuan Lux, sejak kapan Anda menderita Migrain berkepanjangan? Aku perlu MRA terakhir Anda."
Lux mengambil amplop cokelat dari tangan Lace Carolina, "Kau bisa hubungi pengacaraku." jawabnya singkat.
"Baiklah berapa lama Anda mengidap penyakit ini?"
"Sejak lima tahun lalu" jawabnya sambil memeriksa hasil tes kesehatan miliknya.
Lace mengambil kacamata dan berfikir, ia menggigit batang kacamata secara tak sadar.
"Kau sedang depresi Tuan Lux Imanuel." Kata wanita itu tegas.
"Dan Nona Covina. Anda butuh bantuan"
"Saya sarankan Anda mengikuti kelas privat konseling. Tuan Lux, ku sarankan mengikuti langkah pengobatan lebih lanjut ke China. Saya dengar ada pemandangan indah yang tenang di sana. Tentunya ini bisa membantu menyembuhkan Anda dari mingrain."
Lux berwajah datar. Ia seperti tak tertarik dengan saran ahli jiwa di depan kami. Jika dipikir lagi, Ia lebih dulu mengikuti program ini. Ia pasti sudah bosan begitu banyak orang memintanya menyerah dan berhenti.
"Nona Covina, saya bicara dengan Anda." kata Lace yang tak terima aku abaikan.
Aku menoleh ke arah Lace. Ia nampak begitu berharap padaku.
"Baiklah, lakukan apapun yang menurut Anda bisa membantu." kataku.
Belum sempat Lace Carolina menjawab telepon bordering. Ia mengangkat telepon itu.
"Lace Carolina, ada yang bisa ku bantu?" katanya.
"Pengacara Nyonya Georgia Snail ingin bertemu dengan Tuan Lux" kata orang dari layar telepon.
"Tunggu sebentar", Lace mematikan telepon. Ia menanyakan apakah Lux Hemel ingin menemui orang itu atau tidak.
"Untuk apa ia ingin menemui saya?" tanya Lux dengan enggan.
Lace menelpon resepsionis dan menyampaikan apa yang harus ia sampaikan.
"Dia tidak akan pergi sebelum bertemu Anda Tuan", kata Lace.
Lux yang terlihat kesal kini semakin kesal.
"Baiklah, suruh ia masuk." ,jawabanya.
Tak berselang lama Seseorang sudah berada di depan pintu. Seorang pengacara. Spontan kedatangnnya mengusir Lace Caroline dari apartement ini.
"Kita bicara lagi besuk", kata Lace padaku dan menghilang dari ruangan kami.
Melihat Lace pergi, aku berinisiatif untuk memberikan ruangan untuk Tuan Lux dan pengacara yang menemuinya. Aku bersembunyi di dalam kamarku. Meskipun ruangan di luar cukup kedap suara namun rupanya aku masih bisa mendengar pembicaraan mereka dari ini. Aku ingat, dengan layar yang terpasang di dinding aku bisa melihat situasi di luar kamar dan mendengar suaranya dengan jelas.
Singkat cerita aku tertarik mendengarkan. Di Indonesia kami mengenalnya dengan istilah menguping atau bisa juga stalking. Ini semacam tindakan mata-mata disertai penyadapan. Apapun itu aku lebih setuju mengatakan pengamatan.
"Nyonya Georgia meminta anda mengirimkan uang tunjangan tambhan untuk biaya hidupnya sebesar 1500 dollar tiap bulannya."
Kata pengacara itu. Aku melihat setiap gerakan mereka dengan jelas dari layar ini. Lux terlihat berdiri dan pengacara itu membuka-buka dokumen sambil terus menjelaskan. Dari kata tunjangan aku berfikir siapakah nona Georgia Snail ini? Apakah ia seorang korban kelinci percobaan perushaan ini atau siapa?
"1500 dollar untuk tambahan biaya hidup bukanlah nilai yang fantastis Tuan. Ditambah anda andalah mantan suami nyonya Snail. Saat ini suami Nyonya Georgia Snail yang baru sedang berada dipenjara. Nona Georgia Snail menuntut anda memberikan tambahan karena tunjangan kepada anak anda telah dihentikan sejak ia berusia 21 tahun. Mohon Tuan Imanuel menyetujui permintaan mantan istri anda demi masa lalu."
Brakk! Lux Hemel membanting tangan ke meja.
"Apakah aku harus menangung hidup suami barunya juga? Kami dulu pernah saling mencintai, tapi semua sudah usai. Mengapa tak datang pada orang tuanya saja dan memelas untuk sejumlah uang. Tidak cukupkah aku memberinya hidup mewah tiap bulan dari sumbangan yang aku berikan?"
"Jika Kau jadi aku, apa yang akan Kau lakukan? Kau akan membiayai mantan istrimu dan suami barunya yang adalah criminal itu?"
Tuan Lux terlihat sangat marah dan emosi
"Aku masih memberinya tunjangan karena kasihan. Aku sudah tak mencintainya lagi. Katakan padanya, jika ia minta tambahan aku akan mencabut biaya kompensasiku seutuhnya! Kau pengacara.
Kau tahu bagaimana undang-undang mengatur hal semacam ini dengan gamblang!"
Pengacara itu diam tak bisa bicara. Dia mengambil tas dan bersiap pergi. Wanita lain masuk, ia adalah Angela. Ia terlihat tak senang dengan pengacara itu.
"Apakah saya perlu memanggil keamanan Tuan Imanuel?" tanya wanita itu.
"Tidak perlu. Saya akan pergi. Sampai jumpa di meja hijau Tuan Imanuel. Anda menolak maka bersiaplah menghadapi kami secara hukum kembali. Selamat siang."
Angela terlihat bingung. Lux membanting dirinya jatuh ke sofa. Angela pergi dari ruangan. Ia tampak tak berani mengganggu Tuan Lux.
Sungguh rumit hidup orang seperti Lux itu. Aku mematikan layar dan memuusakan berselancar di internet dengan laptop yang terpajang di meja kerja. Diam-diam aku mengetikkan nama Georgia Snail dan Lux Hemel Imanuel. Hitungan detik, artikel bermunculan seperti permen. Semua artikel tentang mereka.