Setelah hampir satu jam duduk bersandar pada pintu kamar yang tertutup, Riki pun berdiri dan mengamati keadaan di dalam kamar. Dini sudah terlihat tenang dan tidak menangis lagi. Perempuan itu tampak diam, sambil menatap ke luar jendela yang tirainya dibiarkan terbuka, memperlihatkan kelip lampu kota di bawah sana.
"Kenapa belum tidur?" tanya Riki, saat melangkah masuk setelah mengetuk pintu kamar sebelumnya.
Dini tidak menyahut, tapi menoleh dan memaksakan sebuah senyum yang menghiasi wajah yang jelas sekali terlihat sembab. Cukup lama sepasang mata yang bengkak itu menumpahkan hujan air mata.
"Apa kau ingin makan sesuatu?" tanya pemuda itu.
Dini menggelengkan kepala, lalu membiarkan tangannya kembali digenggam oleh putra dari pria yang telah menanamkan benih di dalam rahimnya itu.
"Terima kasih," bisik Riki, seraya mencium jemari dalam genggamannya tersebut dengan lembut.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者