Masih dihari yang sama, di pukul 16.15 sore hari. Morgan yang akan menaiki anak tangga kelantai dua rumahnya,

Lagi-lagi ia mendengar ada suara pecahan yang membuat keributan didalam mansion mewahnya itu. Dengan sedikit berlari ia menaiki anak tangga dan langsung mendapatkan Monalisa yang sedang menggigiti jari telunjuknya ketakutan.
"Apa yang kau lakukan?" Suara Morgan seketika menggema memenuhi ruangan mewah tersebut. Monalisa yang berniat kabur pun mengurung niatnya dan kembali berlari kearah kamarnya.
"PERGI!! PERGIII!!!" Teriakan wanita itu begitu ketakutan sambil menahan pintu kamarnya dan menguncinya dari dalam.
Morgan yang sedikit terpengaruh alkohol merasakan pusing dikepalanya.
"Monalisa.. Buka pintunya! Biarkan aku masuk.." Minta pria itu sambil memijat kecil pelipisnya merasakan pusing.
"TIDAK! PERGI DARI SANA, PERGI!!"
Teriak Monalisa sambil memegang dadanya merasakan jantungnya yang seakan ingin meledak benar-benar ketakutan. Andai ia bisa melihat, ia pasti bisa mengetahui bahwa didalam kamar itu ada sebuah jendela untuknya melarikan diri.
"Oh ayolah.. Temani pria kesepian ini.. Monalisa..." Panggil Morgan terus menerus sambil memukul-mukul kecil pintu kamar bercat putih itu dengan tangannya yang terkepal. Matanya telah sayu-sayu yang diakibatkan sebotol wine berkelas.
Wanita itu memejamkan matanya dan berdoa pada Tuhan agar ia selalu dilindungi dari bahaya apa saja yang akan diciptakan oleh pria kejam yang telah membelinya dengan harga mahal.
Terlalu lama menunggu, Morgan pun merasa kesal. Apa susahnya untuk membuka pintu? Pikirnya.
Dengan satu tendangan yang sangat kuat,
BRAK!!!
Terbukalah pintu bercat putih itu dan nampak lah sosok Monalisa yang kakinya sudah bergetar memegangi dadanya.
"Sudah ku bilang kan? Buka pintunya.."
Monalisa tak tahu, bahwa saat ini pria dihadapannya itu sedang memperhatikan tiap lekuk tubuhnya yang begitu menggoda dengan sorotan mata yang begitu tajam juga sayu-sayu.
"Stop! Jangan mendekat, berhenti disitu." Rasa takut pada diri Monalisa semakin menjadi-jadi saat ia mendengar derap langkah besar Morgan yang berjalan kearahnya.
"Stop!!! AKU BILANG BERHENTI DISITUU!!!" Andai wanita itu bisa melihat, sudah pasti ia akan bergidik ngeri saat melihat senyuman miring Morgan yang diikuti dengan jilatan basah pada bibirnya sendiri.
Morgan terdiam ditempatnya berdiri, diam dan sangat tenang sampai membuat Monalisa mengira bahwa pria itu sudah keluar dari dalam kamar tersebut.
Tapi saat wanita itu akan berlari keluar kamar, tangan kekarnya menangkap pinggang ramping Monalisa dan memeluknya begitu erat dari belakang.
"LEPAS, LEPASKAN AKU!!!" Memberontak lah wanita buta itu yang justru membuat rengkuhan Morgan semakin menguat pada pinggangnya.
"Mau kemana, Hmm?" Suara tegas Morgan kini telah berubah menjadi serak-serak. Ia menjilat basah dan menggigit kecil daun telinga Monalisa hingga membuat wanita itu menggeliat kegelian.
"KURANG AJAR!! LEPASKAN AKU..LEPASKAN AKUU!!!"
Morgan tak memperdulikan rontakan Monalisa, ia justru menciumi ceruk leher wanita itu dan menyesapnya kuat-kuat hingga tercipta tanda merah disana.
"Aaahhh.." Satu desahan mencelos dari mulut wanita buta itu. Dalam hidupnya, untuk pertama kalinya ia mendesah karena merasakan sensasi yang amat asing seperti ini.
"Mo-Morgan..Morgan.." Desahan Monalisa semakin menjadi-jadi saat kedua gundukan payudaranya yang kenyal diremasi oleh tangan besar Morgan sambil terus menjilati leher jenjangnya yang amat mulus. Kedua tangan Monalisa pun terangkat keatas dan memasukan jemarinya kerambut lebat Morgan dan meremasi sensual disana.
"No, no...!!" Monalisa ingin gila rasanya saat merasakan ada sesuatu yang besar dan mengeras dibawah sana. Dan dengan sengajanya Morgan menggesek-gesekan batangnya yang sudah sangat menegang itu pada bokong montok Monalisa.
Cukup sudah bermain-mainnya. Gairah pria itu sudah memuncak sampai diubun-ubun tak bisa lagi menahan untuk tidak mencicipi barang beliannya yang mahal itu.
Entah kapan, tapi kini ditubuh Monalisa hanya tersisa bra mini juga dalaman. Dengan entengnya Morgan mengangkat tubuh wanita itu dan menjatuhkannya diatas ranjang. Seketika kesadaran Monalisa kembali bangkit, ia sesegera mungkin mundur pada kepala ranjang dan menekuk kakinya menutupi tubuhnya yang sudah hampir full naked.
Wanita itu menggigiti kuku jarinya dan merasakan tubuhnya yang sudah bergetar hebat sangat ketakutan. Ia menutup kedua telinganya saat mendegar besi ikat pinggang yang sudah berbunyi dan terjatuh diatas lantai.
Morgan yang sudah dipenuhi napsu, sudah tak bisa lagi mengontrol dirinya. Ia naik keatas ranjang, dan menarik satu kaki Monalisa dengan kasar hingga terbaringlah wanita itu.
"TIDAK..JANGAN!! JANGAANN!! KU MOHON, KU MOHOONN!!" Pecahlah tangis wanita itu menderaikan air matanya.
"Kenapa tidak? Mulai saat ini, kaulah barang pemuasku" cicitan Morgan sambil menunjukan senyuman laknatnya yang bercampur napsu buas.
"Ku mohon..ku mohoonn..." Monalisa bergeleng-geleng kepala sambil meremasi sprei putih dengan begitu kuat. Ditariklah dalaman putih wanita itu, dan dirobeknya bra yang ia kenakan. Saat ini tubuhnya sudah tak ada lagi yang menutupi. Terpampanglah body indah yang begitu bohai didepan mata Morgan.
"Morgan..Mr. Morgan..jangan...ku mohonn!!" Rintihan lemah dari bibir wanita itu saat memohon dengan air matanya yang terus mengalir tanpa henti. Hidupnya telah lama menderita karena kebutaan yang ia alami membuatnya selalu diremehkan semua orang, dan kini akan semakin hancur ketika satu-satunya harta berharga yang ia miliki harus direnggut paksa oleh pria yang sama sekali tak ia cintai.
Morgan menahan dan mencekal kedua tangan wanita itu diatas kepala dengan satu tangannya.

"Diamlah sayangku..ini akan sangat nikmat, percayalah.." ia mencecap dan menyesap puting susu Monalisa dengan rakus dan membuat tanda merah pada gundukan putih kenyal tersebut.
"Oohhh...." Monalisa kembali mendesah saat Morgan menggesek-gesekan kejantannya yang begitu kekar pada ujung kemaluannya yang masih sangat sempit.
"Please..please... Jangann!!" Rintihan wanita itu sambil memejamkan kedua matanya dan terus menggeleng-gelengkan kepalanya tanpa henti. Namun apalah daya, napsu sudah diujung tanduk, juga tenaga wanita itu yang tak seberapa membuat ia tak sanggup untuk memberontak juga melawan.
"Oohhh... Mmhh.. Mo-Morgan... Ku mohon, hentikan ini..hentikann.." Walau mulutnya berucap hentikan dan jangan, tetapi tubuhnya berkhianat. Sungguh, gesekan-gesekan benda keras itu membuat sekujur tubuh Monalisa menegang merasakan gelora nikmat yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
"Nikmat? Uh? Haruskah aku masukan sekarang?" Goda Morgan dengan smirk setannya.
"Ja-JANGAANN!!! OOUHHH...GOD!! AAHHH!!!"

Jeritan Monalisa begitu histeris saat Morgan yang seketika memasuki lubang nikmatnya dengan kuat dan langsung merobeki selaput keperawanannya hingga mengeluarkan darah perawan yang segar.
"Ouhh..." Morgan memejamkan matanya. Ia menikmati kenikmatan duniawi yang tiada tara itu saat batangnya yang menegang dihimpit oleh otot-otot lubang nikmat Monalisa yang masih begitu sempit. Benar-benar sempit!
Tangisan Monalisa semakin menjadi-jadi saat hentakan demi hentakan yang Morgan lakukan semakin kuat memasuk keluarkan kejantanannya pada inti tubuh Monalisa. "Aahhh... Ayo sayang, nikmatilah..resapi kenikmatan ini.." Morgan yang semakin menggila mulai melumat rakus bibir wanita itu yang sudah seperti ikan kekurangan oksigen. *cie mangap²
Suara-suara hentakan pinggul yang lihai begitu ribut dan beriringan dengan tangisan Monalisa yang histeris. Kedua tangannya meremasi rambut lebat Morgan yang justru membuat pria itu semakin bersemangat untuk menggoyangkan pinggulnya.
"Oohh..mmmpphhh... Ayo sayang, terus..teruss..desahkan terus namaku...aaasshhh..oouuhhhh" Tak bisa wanita itu pungkiri. Rasa sakit yang tadi ia rasakan, kini berganti oleh gelayar nikmat yang membuat dirinya seakan melayang-layang diudara.
Tak ada lagi tangisan, kini hanya ada suara desahan-desahan nikmat yang keluar dari bibir sexy Monalisa.
Cukup lama Morgan membuat tubuh wanita itu tak berdaya dibawah kendalinya. Hingga akhirnya ia membasahi rahim Monalisa dengan air nikmatnya dan menjatuhkan tubuh besarnya diatas tubuh wanita buta yang sudah ia renggut mahkota berharganya dengan paksa.
"Lubangmu begitu sempit dan nikmat.." puji Morgan dan kembali menyesap juga meremasi payudara Monalisa dengan bebas, karena wanita itu sedang lemah tak berdaya seakan-akan saraf diseluruh tubuhnya telah terputus.
Isak tangisnya kembali terjadi saat Morgan telah pergi dari dalam kamar itu dan meninggalkannya yang sudah seperti pelacur murahan. Tak ada lagi yang berharga pada dirinya. Satu-satunya harta terindah yang ia miliki, kini telah hilang.
"Ibu..maafkan aku..aku tak bisa menjaga diriku sendiri.." Ujarnya seorang diri dan memanggil ibunya yang telah tiada.
Hanya ada isak tangis juga air mata yang mengalir deras tanpa henti, dan rasa marah Monalisa terhadap Tuhan yang seperti tak adil kepada dirinya.

Stres dan frustasi yang kini Monalisa rasakan. Matanya yang buta hanya bisa menatap lurus dan kosong kesatu arah sambil memegangi tubuhnya yang telah kotor, kotor bagai lumpur pecek diluaran sana yang dinjak-injaki oleh kaki orang.
*
*
*
Hedehhh😌..cukuplah segituu😂💕
Mohon yah, mohon banget. Cerita ini salah satu cerita dewasa, yg merasa blm pantas untuk membaca cerita ini, tolong kalian tinggalkan.
Mari bijak dalam memilih bacaan💙
Ayo vote juga komen, ksih aku semangat😘🤗
Follow juga yah tentunya😘😘♥️