Suara-suara pecahan piring dan teriakan-teriakan seorang wanita yang memberontak dipagi hari, membuat seorang Morgan terbangun dari tidurnya yang nyenyak.
"KELUARKAN AKU DARI SINI... KELUARKAN AKUUU!!!"
Telinga tajam Morgan mendengar wanita buta yang sudah ia beli semalam, berteriak dan memberontak meminta untuk dilepaskan dari dalam rumah mewah dan megah bak istana milik pria itu yang sekarang dirinya telah terkurung didalamnya.
Morgan membuka matanya, dan nampaklah sorotan mata tajamnya yang terpapar sinar matahari pagi.

"AKU TIDAK MAU.. KELUARKAN AKU DARI SINII!!!" Telinga pria itu semakin panas mendengar keributan dipagi buta yang mengganggu ketenangan mansion mewahnya.
Dengan tubuhnya yang setengah telanjang, pria itu bangkit dari ranjangnya dan sesegera mungkin menuju kamar dimana wanita buta yang ia beli semalam berada.
Seperti biasanya. Dengan wajah yang super datar dan dingin, ia melangkah dengan cepat.
BRAK!!
Bantingan pintu yang begitu kuat membuat wanita buta itu dan seorang pelayan wanita yang berada di dalam sana tersentak sangat kaget.
Bagai seorang raksasa, pria itu berdiri diambang pintu dan menatap begitu tajam wanita buta tersebut yang sedang memegang dadanya.
"Selamat pagi, Mr. Morgan." Pelayan wanita yang berumur 29 tahun itu secepat mungkin mendekati Morgan, dan menekuk kedua lututnya sambil menunduk memberi hormat dibawah kaki tuannya.
"Maafkan aku, Mr. Tapi wanita itu memberontak dan membuang semua sarapan yang aku bawakan untuknya." Jelas pelayan tersebut sambil terus tertunduk merasakan takut di ulu hatinya.
Tak membalas semua perkataan pelayannya, Morgan pun melangkah dan berdiri tepat didepan wanita buta yang sedang duduk dipinggiran ranjang.
"Apa masalahmu?" Pertanyaan Morgan membuat wanita yang tak bisa melihat itu merasa semakin kesal. Harusnya ia yang bertanya, kenapa ia bisa berada didalam sana dan siapa pria itu?
"Harusnya aku yang bertanya. Siapa kau? Ada hak apa sampai kau mengurungku didalam ruangan ini? Hah?" Wanita itu tak melihat, bahwa Morgan sedang mengulas senyum tipis karena mendengar suaranya yang ternyata begitu lembut meski sedang membentak sekalipun.
"Wanita buta sepertimu membentak ku? Didalam rumahku sendiri?"
Wanita itu berdiri, dan langsung berhadapan dengan pria yang berada didepannya.
"Monalisa. Namaku Monalisa. Bukan berarti aku buta kau bisa memanggilku seperti itu." Tandas wanita buta yang bernama Monalisa itu sambil menunjuk.
Niat Monalisa ingin menunjuki wajah Morgan, tapi ternyata jari telunjuknya yang lentik justru menunjuki dada Morgan. Bahkan mengenai dada telanjang pria itu. Morgan menaikan satu alisnya dan melihat kearah dadanya yang ditunjuki dan tersentuh oleh jari telunjuk wanita buta bernama Monalisa tersebut.
Secepat mungkin Monalisa menarik tangannya dan membuang pandangan kearah jendela kaca yang tertutup tirai putih. "Monalisa? Namamu Monalisa?" Morgan memegang dagu kecil Monalisa dan mendekatkan wajahnya.
Matanya yang tajam memperhatikan setiap lekuk diwajah wanita yang tak bisa melihat itu.
Mulai dari pangkal hidungnya yang mancung, hingga kebibir cantik Monalisa yang menggoda.
"Bibir yang indah." Pujinya dan langsung melumat bibir bawah Monalisa secara tiba-tiba.
Monalisa begitu kaget. Ia melotot dan langsung mendorong kuat-kuat tubuh Morgan agar bibir mereka terlepas.
"KURANG AJAR. Cuiihhh!"
Betapa beraninya wanita itu. Ia meludahi wajah tampan Morgan hingga membuat pria itu memejamkan matanya dan mengelap ludah Monalisa diwajahnya dengan gerakan perlahan.
Sebuah tarikan bibir yang jahat tercipta diwajah Morgan. Seketika..
"Berani sekali si buta ini." Ia menarik rambut halus Monalisa dengan kuat hingga wanita itu terpejam dan meringis sangat kesakitan.
"Jaga sikapmu." Morgan mendekatkan wajah mereka dan menatap begitu dalam juga tajam wajah Monalisa. "Jangan sampai aku mencongkel kedua biji matamu yang sudah buta itu dipagi-pagi seperti ini." Katanya dan langsung menampar kuat-kuat pipi kiri Monalisa dengan telapak tangannya yang besar hingga timbulah warna merah memar dipipi halus wanita tersebut.
"Sedikit perkenalan dariku."
Plak!
Sekali lagi ia menampar pipi Monalisa dengan kuat. Menangislah wanita buta itu. Mimpi apa ia sampai ditampari oleh pria yang sama sekali tak ia kenali.
Morgan melihat kebawah, kearah potongan daging yang jatuh tergeletak dilantai. Sambil terus menarik kuat-kuat rambut Monalisa, ia mengambil daging yang sudah terjatuh itu dan memasukan paksa kedalam mulut Monalisa.
"Telan ini, wanita buta busuk." Dengan kasar Morgan mendorong kuat-kuat tubuh Monalisa hingga terjatuh keatas ranjang, lalu pergi dari sana meninggalkan Monalisa yang sudah menangis dan mengeluarkan deras air matanya dari pelupuk mata yang tak bisa melihat itu.
Dengan langkah lebar dan wajah yang mendatar, Morgan melihat kejemarinya yang terdapat banyak sekali rambut-rambut halus Monalisa yang rontok akibat jambakannya tadi.
"Wanita buta sialan."
*
"Wow... So sexy"
Mendengar suara cicitan kuman, Morgan yang baru saja selesai mandi menoleh dan melihat kearah sumber suara.

"Cihh!" Pria 35 tahun itu berdecih dan tersenyum mengejek saat melihat sahabatnya yang datang dalam keadaan kacau. Tiga kancing baju yang terbuka, resleting celana yang terbuka, tanda-tanda merah didada dan leher, juga bau alkohol yang begitu menyengat.
"Apa?" Tanya sahabat Morgan, Bruno yang sepertinya tidak sadar bagaimana keadaan dirinya saat ini.
"Tutup batang busukmu yang tegang itu. Kau mau aku mengisapnya?" Ejek Morgan sambil berjalan melewati Bruno dan mengelapi rambut lebatnya yang basah.
Bruno melihat kebawah, kearah resleting celananya yang terbuka. "Oh sayangku.. Kau belum tidur rupanya."
Morgan dan Bruno adalah sahabat. Sahabat sesama bangsat dan laknat. Tapi Bruno masih jauh lebih baik dan memiliki hati ketimbang Morgan yang mendapat julukan iblis. 10 tahun lamanya mereka bersahabat dan melakukan dosa bersama-sama. Tak ada yang tidak Bruno ketahui dari seorang Morgan, ia sangat tahu bagaimana sifat dan karakter seorang Richards Morgano.
"Bagaimana dengan mainan baru yang kau beli semalam?" Tanya Bruno, saat Morgan telah berganti pakaian dan mereka duduk bersama-sama sambil menikmati secangkir kopi dirumah kaca yang berada tepat dibelakang mansion mewah Morgan.
Morgan yang akan meminum kopinya menoleh

dan melihat Bruno yang sedang menyesap rokoknya nikmat sambil terpejam.
"Dia suka memberontak." Morgan menyeruput kopinya, "Manusia pertama dimuka bumi ini yang berani meludahi wajahku." Tambahnya sambil mengulas senyum aneh membayangkan wajah cantik Monalisa yang sudah meludahi wajahnya.
"Su-sungguh?" Bruno menggelengkan kepalanya terheran-heran. "Apa kau akan mempertemukannya dengan Tuhan?"
"Aku tidak akan membunuhnya." Morgan menatapi lekat kedalam cangkir kopi yang masih mengeluarkan uap panas. "Mulai saat ini, ku jadikan dia budak pemuasku"
*
*
*
Akan dimualai😆
Berapa vote untuk part ini?
Bisakah saya mendapatkan 50 vote?
Ayo follow, vote, juga komen😘🤗💕
Cerita ini up setiap harinya.
Dukung aku terus yahh biar selalu semangat nulis untuk kalian smua😘💙