Seul Gi membuka matanya dan ia merasa pusing. Cahaya terang menyambutnya dan membuat dirinya semakin sulit untuk membuka matanya. Ia teringat bahwa ia hanya meminum satu gelas soju tapi ternyata ia begitu payah. Rasa kuat itu masih menyangkut dilidahnya. Ia tidak akan menyentuh minuman itu lagi untuk beberapa waktu yang akan datang.
Seul Gi mengedipkan matanya dan mulai memperjelas dimana dia berada. Ia berada didalam mobil yang tidak asing tapi otaknya melemah untuk mengingat.
Seseorang membuka pintu sebelahnya. Seul Gi terkejut karena Jimin lah yang masuk dan memberikannya sebotol air putih.
"Apa yang kau lakukan disini?", tanya Seul Gi yang mengabaikan botol yang Jimin berikan.
"minumlah dahulu sehingga kau bisa berterima kasih padaku yang sudah menyelamatkanmu dari orang yang memang tidak baik itu", ujar Jimin sembari membukakan botol minumannya dan menyodorkan kembali pada Seul Gi.
Air membasuh tenggorokan Seul Gi yang terasa kering. Perlahan rasa pusingnya pun menghilang. Ia kembali bersandar.
"Ahjussi. huh", Seul Gi mendesah, ia mengingat apa yang terjadi.
"apa kau punya kebiasaan untuk tidak mendengarkan penjelasan orang lain?", Seul Gi bertanya pada Jimin yang langsung menatapnya.
"apa maksudmu?".
"Aku sudah ingat sekarang. Kau ini selalu berburuk sangka pada Gong Yoo Ahjussi", Seul Gi memukul bahu Jimin, "Dia tidak memberikanku minum. Hanya saja aku yang tiba-tiba minum dari gelasnya".
Jimin berusaha untuk mengontrol ekspresi wajahnya, malam tadi ia tidak bisa berfikir dengan tenang saat melihat Seul Gi yang teler dan wajahnya memerah.
"berapa banyak yang kau minum?".
"satu", Seul Gi tersenyum memperlihatkan giginya, ia malu mengakui hal itu.
Jimin tertawa terbahak-bahak, "apa itu kali pertamamu? hahahaha hanya satu dan kau seperti orang pingsan?", ia menutup mulutnya karena tertawa, matanya semakin menghilang.
Seul Gi tidak pernah melihat Jimin tertawa sekencang dan selepas ini. Untuk beberapa detik ia menikmati dan langsung tersadar bahwa lelaki didepannya ini mengejeknya dengan riang.
"kau memiliki dua kepribadian", gumam Seul Gi, "semalam kau begitu khawatir dan sekarang kau mengejekku".
"maaf maaf", Jimin berusaha menghentikan tawanya.
"Jadi mengapa kau meminum minuman itu? Aku benar-benar tidak percaya kau ada disana dan setengah pingsan jadi aku lagi-lagi langsung memarahi bossmu".
"aku hanya ingin tahu, apa benar bebanku akan hilang setelah minum".
Jimin berusaha untuk mengerti, ia menatap Seul Gi. Perempuan ini tidak terlihat memiliki beban. Seul Gi sangat tidak ekspresif sebagai perempuan. Ia datar dan juga hanya iya iya saja. Walaupun Jimin mengakui, dipanggung ia orang yang berbeda.
"tapi apa sih yang membuatmu cepat sekali panik ketika melihatku ada disituasi yang menurutmu tidak baik?".
Jimin memandang ke depan, "Aku punya pengalaman buruk mengenai tangisan perempuan yang dekat denganku sehingga aku tidak bisa melihat perempuan-perempuan kesulitan apalagi didepannya ada seorang pria", Jimin menolrh lagi ke arah Seul Gi, "kau tahu? aku pernah masuk rumah sakit saat SMP karena aku memukul seniorku yang sedang mendorong pacarnya. Ia berfikir aku ingin merebut pacarnya dan aku berakhir dikeroyok"
Seul Gi takjub, "serius?".
Jimin mengangguk kuat, "seperti sudah naluriku untuk melindungi perempuan-perempuan itu".
"baiklah, terima kasih atas perhatianmu. Tapi ku mohon, dengarkan penjelasan siapapun yanga ada didekatku. Aku tidak akan berhubungan dengan pria jahat. Aku tidak begitu baik untuk menjalin hubungan dengan lelaki".
"tapi kau dapat berbicara dengan baik padaku", ucap Jimin.
Seul Gi menggedikkan bahunya, "entahlah", "ngomong-ngomong. Dimana kita?", Seul Gi mengecek handphonenya dan sudah penuh dengan pesan dari ibunya karena ia tidak pulang semalaman.
"Kita tidak mungkin pulang dengan keadaan mabukmu dan aku tidak dapat membooking kamar hotel atau motel karena kau tahu, kita masih dibawah umur".
Seul Gi berdeham mendengar mengenai hotel atau motel. Ia juga tidak berfikir sampai sana. Gong Yoo menelfonnya dan Seul Gi berbicara sebentar.
"apa yang dikatakannya?", tanya Jimin.
"aku boleh libur".
"apa kau ingin pulang?".
Seul Gi menimbang, ia merasa tidak baik karena ibunya berfikir ia dari club. "bolehkah aku tidak pulang? tapi aku tidak tahu harus kemana".
"aku akan latihan di sekolah. Kau mau bergabung?".
Seul Gi mengangguk dan perutnya berbunyi. Jimin tertawa mendengar bunyi perut Seul Gi.
"ya ya ya, kau harus makan sesuatu yang hangat. Aku tahu dimana kau dapat makan itu".
Seul Gi menaruh mangkukknya dan berdesis dengan puas. Ia sangat menyukai sup ini. Jimin tersenyum melihat betapa puas wajah Seul Gi.
"aku sering kesini bersama ibuku saat dia habis mabuk".
"oh ya?", Seul Gi tidak pernah melihat ibunya mabuk.
Jimin mengangguk, "Dia seorang ibu yang kuat namun ia tidak dapat menyembunyikan apapun dariku karena hanya akulah teman dan hiburan baginya".
"pantas saja kau selalu berusaha menghiburku walaupun kita baru saja kenal".
Jimin tertawa, "apa kau bisa berhenti mengucapkan hal itu? kita sudah berteman bukan? aku selalu menyelamatkanmu".
"ya ya ya, terima kasih temanku".
"itu lebih baik".
Seul Gi tidak pernah datang ke sekolah saat hari libur karena ia tahu tidak akan banyak orang di sekolah ini. Hanya ada anak-anak osis dan juga anggota ekskul sepak bola. Dan sekarang ada dirinya dan juga Jimin yang sedang membuka pintu ruangan yang sudah disulap Park Ji Min.
Pintu terbuka dan menampilkan ruangan yang sangat berbeda dari yang Seul Gi lihat saat mereka beres-beres. Seul Gi berdecak kagum.
"berapa banyak yang kau habiskan demi ruangan ini?".
"Tabunganku. Akhirnya dapat ku pakai untuk sesuatu yang ku suka".
"ya aku lupa bahwa kau anak orang kaya".
Jimin tertawa, "kau fikir ayahku akan membiarkanku menggunakan uangnya untuk sesuatu yang tidak penting baginya?".
Seul Gi menyadari ada kilat wajah tidak suka saat Jimin berkata mengenai Ayahnya. Ia tidak ingin merusak suasana.
"baiklah, kau bisa latihan dan aku akan duduk disana", Seul Gi berjalan menuju sudut ruangan.
Jimin mempersiapkan dirinya. Ia membuka bajunya tanpa merasa risih. Seul Gi terkejut saat melihat badan Jimin yang sangat bagus dan terbentuk otot-otot yang sangat indah.
"Jagalah matamu. Aku tidak gratis", ujar Jimin yang memergoki Seul Gi sedang membuka matanya lebar-lebar.
Seul Gi membuang tatapannya, ia merasa bodoh seketika.
Suara musik mengalun memenuhi ruangan. Jimin sudah berdiri memandang dirinya ke arah cermin. Kini ia sudah mengenakan kaos putih yang besar dan juga celana selutut yang ia sudah kenakaj sedari tadi.
Jimin memulai tariannya. Seul Gi berusaha untuk tidak melihat namun ternyata sulit. Jimin dengan lincah dan juga gemulai sebagai laki-laki menari kesana kemari. Seul Gi merasa Jimin seperti balerina laki-laki yang sangat hebat. Wajahnya sangat serius dan ia menari seperti tidak ada Seul Gi yang memandanginya. Semua tubuhnya berkoordinasi menjadi satu bagian dengan musik. Hentakan maupun loncatannya begitu pas dengan musik yang mengalun.
Setelah beberapa menit, Jimin menyelesaikan tariannya dengan posisi kaki menyilang yang sempurna. Ia pun menyeka keringat yang mulai muncul.
"itu hanya pemanasan", ucapnya pada Seul Gi, ia sadar bahwa ini saatnya untuk menarik perhatian Seul Gi.
Jimin kembali memulai musik. Beatnya berbeda dengan alunan musik yang tadi. Sekarang ia memiliki lagu yang riang dan juga energik. Jimin memadukan balet dengan hip hop. Seul Gi kagum akan keahlian Jimin menari.
Ia ingat bagaimana Nam Joon menari saat battle dance tempo hari dan Seul Gi merasa tarian Jimin sangat berbeda. Jimin memiliki khas tersendiri. Ia sangat energik dan juga gemulai dalam waktu yang bersamaan.
Seul Gi berdecak kagum saat Jimin mengeluarkan tarian sexy dengan ekspresi wajah persis seperti idol K-pop kebanyakan.
"wowww", ucap Seul Gi saat Jimin sudah selesai menari.
Jimin menghampirinya dan duduk disampingnya sembari membawa handuk kecil. Ia menyeka keringatnya.
"apa kau terkejut?", tanya Jimin.
"Wajar saja kalau kau ingin menjadi idol. Kau sangat cocok", jawab Seul Gi dengan yakin, ia tersenyum, "aku bukan fans dari boyband manapun".
"tapi kau harus menjadi fansku jika aku memiliki idol group", sela Jimin.
Seul Gi terkekeh, "tergantung apa yang aku dapatkan dari itu".
Jimin menghadap Seul Gi, "daripada kau menjadi fans, bukankah lebih baik kau menjadi partnerku?".
Seul Gi menggeleng.
"bagaimana kau menunjukkan tarianmu pada saat aku melihatmu di club?".
Seul Gi mengingat tarian itu, koreo pertama yang ia buat dan teamnya tampilkan pada hari itu.
"tidak akan", tolak Seul Gi yang terlalu malu untuk menunjukkan pada Jimin.
"ayolah, aku sudah menunjukkan padamu apa yang ku bisa?".
"tidak", Seul Gi tetap menolak dan Jimin pun menyerah.
"baiklah tapi suatu saat pasti aku bisa melihatmu menari itu untukku", ucap Jimin dengan percaya diri dan ia berdiri untuk latihan kembali.
Seul Gi hanya tersenyum mendengar ucapan Jimin. Ia tidak pernah diperlakukan seperti ini oleh orang-orang seumurannya. Biasanya Seul Gi hanya akan dipandang sebelah mata karena pekerjaan menarinya di club. Ia tahu memang itu terlihag negative tapi mereka tidak tahu bahwa club tempat ia bekerja adalah club yang membuatnya bisa menari tanpa harus menjual lekuk tubuh maupun harga dirinya. Seul Gi kembali bersedih saat mengingat ia tidak bisa kembali untuk waktu yang sepertinya sangat lama apalagi posisinya sudah digantikan oleh 3 orang yang berumur sesuai.
___
Lee Sung Kyu merasa kesal karena harus masuk sekolah pada hari sabtu. Ia tidak menikmati lingkungan sekolahnya sendiri. Ia melihat semua orang disini sebagai orang-orang yang jauh lebih rendah darinya. Ia terpaksa masuk ke sekolah ini lantaran ia memiliki masalah di beberapa sekolah yang pernah ia singgahi. Ia harus bertahan hingga lulus dan ia akan tinggal diluar negeri bersama neneknya.
Sung Kyu telah selesai menemui seorang guru baru yang mempertanyakan jawaban ujian hariannya. Saat Sung Kyu sedang berjalan ke arah pulang, ia melihat Park Ji Min sedang menarik lengan seorang perempuan yang ia tidak kenal.
Sung Kyu ingat Park Ji Min adalah anak baru dari kelas sebelah yang dibicarakan oleh semua anak perempuan di sekolah ini lantaran ia sangat tampan namun anak-anak perempuan menyayangi sikap Park Ji Min yang dingin dan hanya melekat pada seorang perempuan yang memiliki reputasi tidak baik. Sekarang Sung Kyu melihatnya sendiri.
Ia melihat Park Ji Min didalam sebuah ruangan yang pernah ia tunjuki. dari jendela pintu terliat bahwa ruangan itu sangat berbeda dari ruangan yang ia tahu. Sung Kyu takjub dan ia percaya bahwa perempuan yang dibicarakan memang benar Kang Seul Gi. Seorang penari di club malam. Sung Kyu mendesis tidak percaya, seorang laki-laki tampan seperti Park Ji Min mau bergaul dengan Kang Seul Gi.
Sung Kyu memperhatikan tarian Park Ji Min yang sangat hebat. Sung Kyu juga pernah mengikuti kursus balet namun ia berhenti karena masalah di sekolah dahulu yang ia miliki. Ia berhenti dan hanya menjadi murid sekolah lalu bersenang-senang setelahnya. Tapi ia merasa tertarik pada Park Ji Min dan ia merasa tidak adil bahwa yang berada disudut ruangan itu adalah Kang Seul Gi. Jika seorang seperti Kang Seul Gi saja bisa bergaul dengan Park Ji Min, apalagi dirinya yang memang terkenal cantik di sekolah ini.
___
Kang Seul Gi bangun siang untuk pertama kalinya karena saat tadi pagi ia bangun dan mengecek handphonenya, Gong Yoo Ahjussi berkata bahwa toko akan tutup hari ini sehingga ia tidak perlu masuk kerja dan menggantikan seniornya untuk shift pagi.
Sebenarnya Seul Gi khawatir pada bosnya itu. Sudah dua hari toko masih tutup dan saat dihubungi oleh Seul Gi, Gong Yoo Ahjussi tidak pernah menjawab. Ia hanya akan menjawab hal yang mendesak saja seperti mengabarkan agar tidak masuk.
Eomma membuka pintu kamar, "apa kau tidak latihan dengan Oh Jin Shim hari ini?", tanya Eomma.
Seul Gi menggeleng dengan lesu dan ia langsung tersadar bahwa ibunya tidak mengetahui apapun mengenai club, "aku akan libur untuk hari ini. Aku sangat lelah Eomma", jawab Seul Gi sekenanya.
"baiklah. oh ya, hari ini warung akan tutup karena aku akan mengurus beberapa dokumen untuk memasukkan warung makan kita ke dalam order online jadi kau tidak perlu mengantar kemanapun lagi".
Seul Gi terkejut mendengar kabar itu, "apa kau serius? apa kita sudah bisa melakukan hal itu?", matanya berbinar. Ia dan Eomma sudah sepakat jika target terpenuhi maka mereka akan memasukkan bisnis mereka keranah online dan berarti usaha mereka selama ini tidak sia-sia.
Eomma mengangguk dan tersenyum membuat Seul Gi melompat kegirangan dan memeluknya, "Kau harus berjuang lebih keras lagi Eomma", ujar Seul Gi sangat senang hingga menitikkan air mata.
Zaman ini tidak hanya pesan antar biasa yang sedang ngetrend namun memakai jasa online pun lebih menarik banyak peminat. Seul Gi sudah membuat riset beberapa bulan yang lalu dan kebanyakan bisnis disini memiliki keuntung 2 atau bahkan 3 kali lipat walaupun mereka harus menaikkan harga makanan mereka diaplikasi namun itu tidak berpengaruh karena terlalu banyak orang korea yang sibuk sehingga lebih tertarik untuk makan didepan komputernya masing-masing dengan pelayanan online yang siap antar seperti ini.
Do Hyon keluar dari kamarnya karena ia terkejut mendengar suara Seul Gi yang sangat berisik. Ia sedang mendengarkan musik, "apa kalian tidak bisa untuk tidak berisik? kalian mengganggu laguku tahu", ujarnya dan langsung masuk kedalam kamar lagi.
Seul Gi tidak memperdulikan adiknya mengoceh, "Eomma, aku akan menemanimu ya?", pinta Seul Gi.
"baiklah tapi aku tidak ingin menaiki motormu. Kita naik bis saja".
"Eomma, naik bis itu buang-buang uang. Sudahlah, aku akan menyetir dengan hati-hati. oke?".
Eomma berfikir sekali lagi dan mengangguk, "siap-siap sekarang dan sarapan terlebih dahulu. Aku sudah menyiapkan sarapan".
Seul Gi menuruti Eommanya. Ia dengan riangnya mengambil handuk dan masuk kedalam kamar mandi.
Saat hari minggu ada jam-jam yang memang ramai namun ada kalanya jalanan lenggang seperti sekarang. Mungkin kebanyakan orang memilih untuk beristirahat daripada jalan-jalan namun tidak bagi Seul Gi dan Ibunya. Mereka tidak pernah terfikir untuk beristirahat maupun jalan-jalan. Mereka terlalu sibuk untuk menyambung hidup demi meraih cita-cita mereka masing-masing.
Eomma memiliki cita-cita sebagai seorang ibu yang hebat. Malaikat bagi ketiga anaknya yang masih sekolah. Ia tidak ingin anak-anaknya seperti hidup di neraka, ia ingin anak-anaknya menikmati kehidupan mereka masing-masing.
Sedangkan Seul Gi hanya ingin membantu ibunya. Ia tidak pernah tahu apa yang ingin ia lakukan esok hari. Menurutnya, Ibunya adalah cita-citanya. Namun belakangan, ia semakin sedih ketika memikirkan tari dan juga panggung. Ia begitu rindu tampil.
Seul Gi menyetir motor dengan stabil dan juga hati-hati. Ia berhenti saat lampu merah menyala. Jalanan lumayan sepi. dari arah yang sama dengannya hanya ada sebuah mobil. Seul Gi menunggu lampu hijau menyala. tiba-tiba ia merasakan perasaan yang aneh.
Lampu hijau pun menyala, Seul Gi menarik gasnya perlahan dan sepersekian detik. Ia tidak dapat berfikir apapun selain keadaan ibunya. Ia merasakan dirinya terlempar dan ia tidak dapat bangun. darah mengalir entah darimana namun ia tidak dapat menutup matanya. Seul Gi mencari sosok ibunya yang ternyata berada jauh darinya. Setelah itu semuanya gelap.
___
hallo semuanya... lama tidak menyapa kalian. Apa kabar kalian? bagaimana hari-hari kalian? semoga semuanya bahagia selalu. Bagaimana dengan cerita ini? apa kalian menikmatinya?
thank you for everyone who read this story.