"Kita putus!" tubuh gadis itu bergetar hebat usai mendengar kalimat yang dilontarkan sosok pria di depannya saat ini.
"A-apa?"
"Ya, aku mau kita putus dan kamu jangan pernah muncul dan menampakan diri di depan ku!!" Bentak lelaki itu.
Naira menangis tersedu-sedu. Bagaimana ia bisa menerima keputusan dari kekasihnya begitu saja setelah menjalani hubungan selama lima tahun?
"Iy-iya tapi kenapa kita harus putus?" tanya Naira terbata-bata. Matanya bahkan sudah tidak mampu menatap ke arah lelaki di depannya itu.
Bahkan situasi Taman yang tadinya ramai banyak orang, kini tiba-tiba menjadi hening mengikuti apa yang dirasakan oleh Naira.
Pertanyaan Naira tidak kunjung dijawab oleh lelaki itu, Farel. Dia tidak kunjung menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Naira itu harus dijawab secepatnya.
Farel menunduk, dan terus menunduk. Ia tidak kuasa menatap mata Naira mengeluarkan air mata gara-gara dirinya. Selama menjalin kasih lima tahun, Farel belum pernah melihat Naira menangis seperti ini karenanya.
"Aku sudah menganggap kamu seperti pelindungku... Kau sudah aku anggap pengganti kedua orang tuaku, tapi kenapa Kamu mengecewakan aku. Farel?"
Kalimat menyakitkan itu keluar dari mulut Naira. Gadis dengan rambut panjang berwarna sedikit kecoklatan dengan wajah putih bersih dan mulus.
Naira memegang pergelangan tangan Farel berharap lelaki itu membuka suara dan menjawab pertanyaannya.
"Rel? Aku mohon, pikirkan sekali lagi keputusan yang kamu ambil ini... Aku tidak mau kehilangan kamu."
Bingung dan merasa iba dengan perasaannya sendiri. Farel menghempaskan tangan Naira sehingga terlepas dari pergelangan tangannya.
"Lepaskan!! Sudah aku katakan sama kamu, kalo kita putus, berarti putus. Kenapa nggak ngerti sih?"
Farel mengatakan itu dengan suara nada tinggi yang mampu membuat Naira memejamkan mata menahan rasa sakit dalam hatinya akibat suara bentakan Farel.
Baru pertama kali ini, Naira menyaksikan Farel berkata kasar dengan nada tinggi di depan matanya langsung.
"Dan asal kamu tahu, aku menyudahi hubungan ini, karena aku sudah bosan sama kamu, dan aku sudah punya pengganti kamu!"
Deg...
Jantung Naira berhenti berdetak mendengar itu. "Pe-pengganti?"
Farel memejamkan matanya berusaha menguatkan hatinya untuk menyatakan itu kepada Naira supaya Naira mau melepaskan dirinya.
"Ya, aku sudah punya pengganti kamu dihati aku."
Seketika itu air mata Naira yang tadinya mengalir begitu deras, tiba-tiba berhenti. Sakit? Tentu saja Naira merasa sakit yang kuat di dalam hati kecilnya mendengar kalimat itu dari orang yang selama ini Ia percaya.
Naira menggelengkan kepala. Masih terus menatap ke arah Farel. "Tidak mungkin! Katakan kepadaku. Rel jika semua ini bohong!!"
"Aku yakin kalo kamu tidak mungkin melakukan hal itu sama aku." Naira menggoyang-goyangkan kedua tangan Farel karena Naira yakin bahwa Farel tidak mungkin ngelakuin hal bodoh itu.
Farel berusaha mengatur nafasnya supaya bisa bersikap santai di depan Naira. Jujur bahkan Farel sendiri tidak tega melihat gadis yang ia cintai menangis seperti ini.
"Maaf Nai... Tapi keputusan aku sudah bulat, aku lebih memilih cewek baruku daripada kamu. Maaf."
Farel melepaskan genggaman tangan Naira yang ada ditangannya dengan begitu halus. Farel kini telah berusaha menahan air mata supaya tidak terjatuh bebas di sini. Ia harus bisa kuat, karena ia melakukan ini semua demi kebaikannya dan Naira juga.
"Aku pamit ya Nai... Jaga diri kamu baik-baik ya, setelah ini Aku pastikan Kamu tidak akan bertemu denganku lagi."
Deg...
Apa lagi ini? Apa maksud dari perkataan Farel barusan? Apakah Naira tidak dibolehkan bertemu lagi dengan Farel usai Farel memutuskan dirinya begitu saja seperti ini?
"Ap-apa?"
"Apa maksudmu kita tidak bisa bertemu?" tanya Naira berusaha menahan tangis dan berusaha tegar di depan Farel, namun siapa sangka jika di dalam hati Naira ia sangat menguras air mata.
"Karena aku akan pergi jauh darimu setelah ini, jadi inilah pertemuan kita yang terakhir kali..."
Naira semakin tidak percaya dengan semua itu. Ada apa ini? Kenapa semuanya tiba-tiba pergi meninggalkannya seperti ini?
"Tidak... Kamu tidak boleh pergi, Farel." Naira menggeleng cepat menolak dengan keputusan yang diambil Farel itu benar-benar sangat tidak tepat.
"Sekali lagi aku minta maaf sama kamu, Naira. Aku sudah memesan tiket pesawat untuk pergi jauh dari kamu." Farel dengan berat hati menyampaikan hal itu.
Naira masih saja bingung dengan apa yang terjadi saat ini. Ia bingung kenapa semuanya begitu mendadak dan tidak ada tanda-tandanya lebih dulu.
"Kamu mau ke mana Rel? Tolong jangan tinggalin aku sendirian di sini."
"Tidak bisa Naira! Aku sudah putuskan jika aku akan pergi jauh darimu. Jika suatu saat takdir mempertemukan kita, mungkin kita akan bertemu."
"Meskipun suatu saat kamu sudah menjadi milik orang lain..." Farel menunduk lesu.
Naira terus menggeleng. "Tidak!! Mau sampai kapan pun aku tidak akan meninggalkan kamu Rel... Kamu cinta pertamaku, cinta masa kecilku, bagaimana aku bisa menggantikanmu begitu saja?"
Farel tersenyum kecut. "Mungkin hari ini kamu bisa berkata seperti itu, tapi tidak untuk hari esok. Naira!"
Farel tanpa aba-aba langsung menarik tangan Naira dan membiarkan tubuh Naira masuk dalam pelukannya.
Naira yang mendapati perlakuan itu sontak terkejut hebat. Naira hanya diam, tanpa membalas pelukan Farel. Sedangkan Farel semakin menguatkan pelukannya.
"Suatu saat aku akan merindukan pelukan ini, Naira." Farel berbisik tepat ditelinga Naira yang ada di pelukannya.
"Tolong jangan cari aku setelah ini..." Jujur, akhir dari kalimat Farel itu sangat menyakiti hati Naira.
Naira pun tidak kuasa membendung air mata dan memilih untuk meluapkan semuanya di dalam pelukan Farel, sehingga baju bagian pundak Farel basah dengan air mata Naira.
Begitu lama mereka saling berpelukan. Sampai akhirnya jam tangan alarm Farel berbunyi. Sontak Farel secepatnya melepaskan pelukan itu.
"Aku pamit... Tolong jaga dirimu baik-baik, aku percaya kamu bisa tanpa diriku." Farel berkata dengan suara berat.
"Farel... Tolong jangan pergi!!"
Farel masih saja tidak menghiraukan apa yang dikatakan Naira itu. Bahkan Farel melangkah mundur agar sedikit demi sedikit menjauh dari Naira. Jam tangan alarm Farel berbunyi itu menandakan waktu bertemu dengan Naira sudah habis dan saatnya dia pergi jauh dari kehidupan Naira.
"Maafkan aku Naira... Maafkan aku.." ujar Farel dalam hati saat melihat Naira menangis sesenggukan di Taman sendirian. Yang dulunya ada Farel di sisi Naira, kini sudah tidak.
"Aku tahu aku bukan lelaki yang baik buatmu, Naira! Aku pengecut! Aku tidak bisa melewati masalah ku yang selama ini aku pendam tanpa sepengetahuanmu. Namun kamu harus merasakan perpisahan ini."
"Aku berjanji kepada mu, suatu saat aku akan kembali. Meskipun suatu saat aku tidak tahu apakah kamu masih seperti ini atau tidak. Dan kamu sudah memaafkan aku atau belum. Tapi aku akan kembali!!" Ujar Farel dalam hati usai pergi jauh dari Naira.
Bersambung....