webnovel

Selendang MERAH BERDARAH ( Horor 21+)

Hari ulang tahun, yang seharusnya menjadi hari paling bahagia. Hari ulang tahun, yang seharusnya menjadi hari paling bermakna bagi setiap orang. Namun, tidak bagi Dalila. Gadis kecil berusia 5 tahun, yang harus kehilangan seluruh keluarganya di hari yang seharusnya menjadi hari paling bahagia bagi dirinya. Melihat jasad kedua orangtua yang berlumur darah dengan mata kepala sendiri di usia yang masih sangat muda. Dendam tertanam dalam dirinya sejak saat itu. Gadis kecil yang awalnya sangat manis dan lucu, kini berubah menjadi seperti monster yang suka memangsa siapapun yang datang ke tempat kediamannya. Selendang berwarna merah, hadiah ulang tahun yang di berikan ibunya waktu itu. Kini selalu melilit di kepalanya, menjadi sebuah hiasan yang menambah pesona cantik wajahnya. Selendang merah, yang seakan-akan menjadi senjata untuk menarik mangsa datang mendekat. Dalila, dialah gadis cantik berselendang merah. Kini ia telah tumbuh dewasa dan penuh dendam yang membara.

Tiana_Mutiara · 历史言情
分數不夠
4 Chs

Rumah mewah di tengah hutan.

"Bagaimana dengan Nero ? Kita tidak menunggu nya ?" kata Kiano yang mengingat Nero.

"Kita pergi duluan saja, nanti dia akan menyusul." jawab Arland santai.

"Bagaimana jika dia tersesat ? Sebelum nya kita belum pernah memasuki hutan larangan ini." ujar Kiano khawatir.

"Jangan khawatir, apa kau tidak kenal bagaimana Nero ? Dia sangat cerdik dan kuat. Dia sudah menguasai alam. Bukan Nero nama nya jika tersesat hanya di hutan seperti ini." ucap Arland enteng, karena ia telah sangat mengenal bagaimana Nero.

"Jangan meremehkan hutan ini, banyak orang yang menghilang gara-gara tersesat di sini." kata Kiano yang masih sangat mengkhawatirkan Nero.

"Heeey, jangan salah, dan kamu juga jangan meremehkan Nero. Nero sudah menjelajahi berbagai jenis hutan di dunia ini. Bahkan dulu saat remaja dia berhasil keluar dari black forest di Jerman." ujar Arland.

"Heeem baiklah kalau begitu, kamu lebih mengenal nya, dan pasti nya kamu lebih paham tentang dia." Kiano pun akhir nya menyerah. Dan para anak muda itu pun mulai melajukan mobil nya memasuki hutan rimba yang terkenal angker.

Tanpa di sadari, kini mereka ternyata telah jauh memasuki hutan. Hari mulai gelap, tapi mereka belum mendapatkan satu ekor pun hewan buruan. Bahkan kelinci saja belum mereka dapatkan.

"Haish melelahkan sekali, mana belum mendapatkan apa pun. Ngomong-ngomong dimana Nero ? Kenapa dia belum muncul juga ?" ujar Kiano yang sudah sangat kelelahan mengikuti langkah Arland.

"Oh iya, kamu ada bawa handy talky ?" tanya Arland pada Kiano.

"Ah benar, aku melupakan nya." jawab Kiano sembari menepuk kepala nya pelan.

"Aku membawa nya." ujar Tio sembari mengeluarkan benda yang di butuhkan Arland dari dalam tas nya.

"Untunglah kamu membawa nya, aku akan menghubungi Nero." Arland pun mengambil benda itu dan mencoba menghubungi Nero melewati benda tersebut.

"Bagaimana ?" tanya Kiano.

"Tidak ada jawaban, seperti nya dia belum memasuki hutan." kata Arland saat tak mendapat jawaban.

"Memang nya Nero membawa handy talky ?" tanya Kiano lagi.

"Dia pasti membawa nya, dia selalu membawa benda itu saat berburu." ujar Arland.

"Bagaimana dengan mu ? Kenapa kamu tidak membawa nya ?"

"Aku lupa karena terburu-buru."

"Lalu bagaimana sekarang ? Kita berada di tengah-tengah hutan rimba." kata Tio sedikit khawatir.

"Sayang aku sudah sangat lelah, aku ingin istirahat di tempat yang nyaman." ucap Agnes mengeluh karena kelelahan.

"Iya, kamu yang sabar ya, kita cari tempat untuk menginap malam ini." tutur Tio mencoba menghibur kekasih nya yang kelelahan.

"Bukan kah aku sudah bilang, jangan pernah membawa manusia lemah saat para lelaki pergi berburu." ucap Arland dengan nada datar dan dingin, wajah nya pun menunjukkan sebuah kekesalan.

"Kenapa teman mu itu sangat galak ?" bisik Agnes pada Tio karena merasa tersindir.

"Sudah jangan di dengarkan, dia memang begitu." balas Tio.

"Pertama-tama yang harus kita lakukan sekarang harus mencari tempat untuk menginap. Bagaimana kalau kita membuat gubuk seada nya ?" kata Kiano.

"Tidak perlu, aku dengar di dalam hutan ini ada sebuah rumah yang terbengkalai, kita bisa menginap di sana." ujar Arland, mengingat kata para warga bahwa di dalam hutan tersebut terdapat sebuah rumah yang terbengkalai. Walau pun telah mendapat beberapa pesan dan peringatan dari para warga untuk tidak mendekati rumah tersebut. Namun, Arland tak menghiraukan nya.

Arland adalah lelaki yang keras kepala, semakin di larang, maka ia akan semakin penasaran. Tak kenal rasa takut, dan ingin terus maju.

"Rumah ? Adakah ? Di dalam hutan seperti ini ? Bagaimana bisa ?" Tio terkejut mendengar hal itu.

"Aku tidak tahu itu benar atau hanya semacam dongeng saja, tapi aku penasaran, apakah rumah itu benar ada ? Jika memang ada, mari kita bermalam di sana." ujar Arland, yang seakan-akan menantang ajal.

"Baiklah kalau begitu, ayo kita kembali ke mobil, kita cari rumah itu." Kiano yang tidak tahu apa pun tentang rumah itu pun setuju. Ia tidak tahu bahwa para para warga telah beberapa kali berpesan dan memperingati Arland dan Nero sebelum nya, bahwa rumah tersebut sangatlah angker, dan mungkin bisa saja mereka kesana untuk mengantarkan nyawa mereka.

Mereka pun melangkah menuju mobil, dan mulai melanjutkan perjalanan mereka untuk mencari keberadaan rumah tua yang terbengkalai.

Setelah berkeliling hingga memakan waktu yang cukup panjang. Akhir nya dari kejauhan mereka melihat sebuah bangunan yang lumayan tinggi. Bangunan rumah dengan desain mewah jaman dulu, perkiraan desain tahun 90-an. Di sekeliling bangunan tersebut terdapat sebuah pagar yang menjulang tinggi, serta di bagian depan terdapat sebuah gerbang besi yang masih sangat kokoh walau pun telah lama termakan usia.

"Inikah rumah nya ?" ucap Tio sembari terkagum-kagum melihat bangunan yang ia lihat.

"Ya, seperti nya ini rumah yang di maksud para warga." kata Arland.

"Waaaah betapa megah nya, rumah ini sangat besar. Kenapa rumah semewah ini bisa berdiri di sini ? Siapa pemilik nya ? Kenapa aku jadi sangat penasaran ?" lanjut Kiano seakan tak percaya bahwa ada rumah semegah dan semewah itu di dalam hutan belantara, dan itu pun terlihat tidak nyata.

"Kemungkinan ada sejarah nya. Sudahlah, lebih baik ayo kita masuk, dan segera istirahat. Semoga Nero dapat menemukan tempat ini, agar besok kita bisa melanjutkan perjalanan dan mendapatkan hewan buruan yang memuaskan." ucap Arland penuh harap.

Para pemuda itu pun akhir nya memutuskan untuk memasuki area rumah yang terkenal angker tersebut. Wajah mereka terlihat sangat senang saat menemukan tempat yang bisa mereka tempati untuk istirahat malam itu. Namun, mereka tidak tahu, bahwa bahaya sedang menanti. Mereka tidak tahu, bahwa nyawa mereka sedang terancam.

Dari semak-semak belukar yang terdapat di halaman samping rumah, terlihat sosok mahluk aneh sedang mengamati sebuah mobil yang memasuki gerbang utama. Mata mahluk itu menatap tajam ke arah mereka, tatapan yang di penuhi amarah dan membunuh.

Kiano memarkirkan mobil nya di halaman yang super kotor. Mereka pun keluar dari mobil, dan beranjak memasuki rumah yang kebetulan pintu utama nya terbuka lebar-lebar, menandakan, seakan-akan pemilik rumah telah siap menyambut kedatangan mereka.

Setelah ke empat nya masuk, maka mahluk aneh yang tadi nya bersembunyi pun keluar. Menampakkan sosok gadis muda yang cantik jelita dengan pakaian lusuh nya yang kotor. Sebuah selendang berwarna merah melilit di kepala nya, menutupi sebagian wajah nya yang cantik.

Gadis itu melangkah menuju belakang bangunan tua itu, dengan langkah nya yang tegap. Tubuh nya yang ramping dan tinggi terlihat sangat indah. Kulit nya seputih salju, dan terlihat bersinar.

Dengan kaki telanjang, ia terus melangkah menginjak semak-semak yang di penuhi duri...

To be continued...