webnovel

SEIN KIRI, BELOK KANAN

Hallo, terima kasih buat yang tetap setia baca meski udah digembok... insyaallah cerita ini kuupadate 3 bab sehari. ------------ Kisah cinta Nada, yang akhirnya berbelok arah. Ia menjalin hubungan selama bertahun-tahun dengan Aldo, tapi, tak kunjung dinikahi, sementara kedua orangtuanya sudah sangat resah mengingat usia yang semakin matang. Di perjalanan, ia malah dijodohkan dengan Alan, sosok yang dibenci. Pertemuan mereka diawali insiden menyebalkan, yang membuat Nada tak pernah bisa ikhlas menerima perjodohan dengannya. Pada akhirnya, Nada tidak mampu membantah orangtua, terutama Ayahnya sendiri. Menikah dengan orang yang dibenci, lantas meninggalkan sosok yang dicintai. Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Mampukah Alan menaklukkan hati Nada, atau malah melepas Nada di tengah jalan demi bersama Aldo.

da_pink · 青春言情
分數不夠
219 Chs

MENUJU WALIMAH

[Apa kamu sudah berpikir matang dengan semua poin-poin yang kamu buat ini?]

Jantung Alan seolah bergemuruh setelah mengirimkan balasan pesan tersebut. Bisa-bisanya Nada membuat sebuah perjanjian pranikah teraneh yang pernah ia baca.

Tak lama pesan pun berbalas.

[Udah.]

Hanya itu saja balasan yang diberikannya. Dan Alan pun memutuskan untuk tidak membalas lagi. Mau tidak mau, ia akan ikuti saja kemauan Nada.

------------

Waktu berlalu begitu cepat. Semua persiapan untuk pernikahan satu persatu mulai dilakukan oleh kedua belah pihak.

Alan mempersiapkan segalanya dibantu oleh keluarga. Sementara Nada, sama sekali tidak ingin ikut pusing memikirkan tetek bengek untuk acaranya sendiri.

Dan, hari bersejarah pun tiba. Keluarga Alan sudah hadir di lokasi pernikahan, rumah keluarga Pak Abdul. Karena masih suasana pandemi, tamu-tamu pun dibatasi, dan harus mengikuti protokol kesehatan.

Nada masih berada di dalam kamar pengantin. Sementara di luar sana, rangkaian acara walimah sedang berlangsung.

Di mulai dari protokol yang sedang dibawakan oleh MC acara, pembacaan ayat suci al-qur'an, nasehat pernikahan, dan akad nikah.

Saat kedua tangan itu berjabat, dan ijab pun diucapkan oleh Pak Abdul, lalu qabul dijawab lancar oleh Alan, hingga semua saksi pun menyatakan bahwa proses perpindahan tanggung jawab, dari seorang ayah kepada suami, telah sah.

Nada kini telah resmi menjadi milik Alan seutuhnya.

Semua orang yang hadir, mengucapkan syukur yang sedalam-dalamnya. Terutama kedua belah keluarga. Tetapi, Alan masih menunduk dalam diam. Perasaannya berkecamuk. Bukan karena menyesal telah menikahi Nada. Namun, lebih kepada kesiapan mentalnya saat menghadapi biduk rumah tangga nantinya.

Memilih menikahi Nada, adalah keputusan yang tepat menurutnya, sehingga, setelah acara ini, ia tidak akan melepaskan Nada sedikit pun. Ia bertekad kuat di dalam dada, untuk terus menjaga Nada. Terlebih yang paling utama adalah, ingin belajar mencintai Nada karena Allah.

Pengantin wanita dibawa keluar, untuk dipertemukan dengan suaminya. Nada sangat cantik dibalut gaun serba putih, lengkap dengan hijab senada, yang menutupi bagian dada. Di atas kepala, terdapat hiasan serupa mahkota kecil.

Alan pun menggunakan busana serba putih, berpasangan dengan gaun yang dikenakan Nada.

Saat Nada mulai berjalan ke dekat suaminya, Alan pun diminta untuk berdiri, menyambut kedatangan istrinya. Nada masih menunduk, seolah belum mau bersitatap dengan Alan. Sementara Alan, memberanikan diri melihat ke arah istrinya tersebut.

'Cantik.'

Desir-desir halus mulai terasa di dalam dada, kala melihat Nada, yang kini menjadi istrinya, berbeda jauh dari yang sebelumnya.

Mungkinkah hanya karena polesan make up saja? Atau memang perlahan rasa itu sudah mulai tumbuh di dalam hati.

"Mempelai wanita yang begitu cantik sekali. Ayo, dipersilakan duduk kembali. Acara masih belum selesai. Mbak Nada, boleh mengambil tempat di sebelah Mas Alan."

Nada menatap Alan, yang sudah duduk, tanpa menuntunnya terlebih dahulu. Meski merasa gondok, ia tetap duduk bersimpuh di sebelah suaminya.

Di hadapan mereka sudah terdapat dokumen-dokumen pernikahan, yang harus ditanda tangani. Setelah selesai, Alan diminta oleh petugas KUA, untuk membacakan sighat taklik talak, biasa disebut juga perjanjian perkawinan, sebagai bukti perlindungan terhadap hak istri.

Di sana disebutkan segala hal yang tidak boleh dilakukan oleh suami terhadap istri, bisa juga disebut sebuah janji yang diucapkan oleh suami.

Terdapat empat pokok pembahasan, yang tidak boleh dilanggar oleh suami.

Pertama, tidak meninggalkan istri lebih dari dua tahun berturut-turut. Kedua, senantiasa memberi nafkah wajib terhadap istri. Ketiga, tidak membiarkan atau mempedulikan istri lebih dari enam bulan. Keempat, tidak menyakiti jasmani atau fisik istri.

Apabila salah satu dari keempat poin itu dilakukan, dan istri merasa keberatan kemudian melaporkan kepada pengadilan agama, maka akan jatuhlah talak satu.

Saat mendengar Alan membacakan sighat taklik tersebut, Nada sempat memikirkan hal-hal, yang bisa ia lakukan, agar talak satu jatuh secara otomatis.

Pikirannya buyar, saat suara MC mengejutkannya, ketika meminta kedua mempelai untuk saling sungkeman kepada kedua orang tua masing-masing. Meminta maaf atas salah dan dosa, serta ikhlas melepas mereka untuk mengarungi bahtera rumah tangga berdua.

Isak tangis tak terhindari, terlebih Nada, yang seolah tidak sanggup berpisah dengan ayah dan ibu.

"Sudah, kamu jangan cengeng begitu."

Bu Jaenab terus mengusap punggung putrinya, yang tersedu-sedu di pangkuannya. Beliau juga seolah tak kuasa menahan kesedihan. Biar bagaimana pun, Nada adalah anaknya semata wayang, dan pernikahan ini, akan membawa anaknya pergi dari tanggung jawab mereka sebagai orang tua.

"Nada masih mau sama Ibu."

Ucapan Nada tersebut, membuat kerabat yang hadir mengulum senyum.

"Kamu itu sudah jadi istri, sana, sama suamimu."

Nada tidak beranjak, ia terus membenamkan wajahnya di pangkuan Bu Jaenab.

Beberapa menit berlalu, ia tak juga beranjak dari pangkuan sang ibu.

"Tampaknya, sang mempelai wanita belum sanggup berpisah dengan ibu, ya."

Begitulah pembawa acara mencoba menyadarkan Nada, bahwa saat ini, banyak yang tengah menunggu dirinya, untuk kembali ke sisi sang suami, agar acara berikutnya dapat terlaksana.

Alan tak bergeming, melihat pun tidak. Ia hanya fokus pada dua buku nikah, yang tadi sudah ia tanda tangani bersama Nada.

Ia baru tersentak, saat fotografer memanggil, memintanya berdiri di samping Nada, untuk mengikuti sesi foto bersama.

Sebelumnya, make up artis atau yang disingkat MUA, melakukan sedikit touch up ke wajah Nada, karena terlalu banyak menangis, menyebabkan beberapa bagian, di area mata jadi sedikit rusak.

Sedikit sentuhan saja, Nada kembali cantik dalam balutan busana pernikahannya.

Kini, mereka sudah bersanding, berdiri bersisian untuk berfoto.

Fotografer mengarahkan berbagai macam gaya untuk sesi ini.

"Angkat buku nikahnya, Mas sama Mbak saling pandang dan tersenyum satu sama lain, ya."

Mereka pun lalu mengangkat buku nikah, kemudian, saling pandang, tapi, kaku sekali.

"Senyum dong."

Kerabat yang hadir turut ikut menjadi pengarah gaya.

"Itulah indahnya kalau di jodohkan, tidak berpacaran, pas nikah enak, malu-malu mau. Uwunya."

Terdengar celotehan salah satu di antara kerumunan kerabat, yang tidak terlalu ramai, menyulut yang lainnya berkomentar yang sama. Sesuatu yang baik, do'a agar mereka pun bisa merasakan hal yang sama. Menikah, tanpa pacaran terlebih dahulu.

Kedua mempelai mengikuti semua gaya yang diarahkan, meski dengan sangat kaku. Terlebih saat sesi, Alan diminta mencium kening Nada. Jantungnya terasa hendak melompat keluar.

Ketika ia mendekatkan bibir di kening Nada, istrinya itu menarik kepala ke belakang, lalu, ketika Alan menarik kepalanya ke belakang, Nada memajukan lagi wajahnya. Tarik ulur hingga beberapa kali, membuat gemas penonton yang hadir.

"Aduh, Nada, kepalanya jangan bergerak-gerak gitu. Suaminya mau nyium jadi susah itu."

Ucapan tersebut, disambut tawa dari yang lain.

Ina dan Cici, sahabat dekat Nada akhirnya menghampiri, dan membisikkan sesuatu pada Nada. Membuat gadis itu terdiam membisu.

------------