"Rendy!" Panggil seseorang dengan lembut kepadaku
Perlahan, aku membuka mataku dan untuk pertama kali aku lihat sesuatu seperti ini, dunia yang hanya berwarna putih
Setelah pandanganku sudah benar-benar pulih, aku berusaha mencari sumber suara tadi
"Rendy!" Suara itu muncul lagi, entah dari mana
Sekilas aku lihat tempat ini, putih, semuanya serba putih
"Rendy!" Kali ini suara itu muncul bersamaan dengan sentuhan hangat di pundakku
Dengan sedikit terkejut aku menoleh ke belakang, dan aku sangat terkejut, ternyata yang memanggilku adalah ibu
"Ibu!" Kulihat mukanya dan kini ia terlihat seperti sangat bahagia dan disampingnya terdapat sesosok pria yang berdiri, dia adalah ayahku
"Ya, ada apa Rendy?" Sahut ibuku dengan lembut
"Dimana aku? Kenapa semuanya berwarna putih?" Tanyaku
"Ibu tak tahu pasti Ren, tapi ibu bahagia di sini, ada Ayah di sini" Jawab ibuku sambil menoleh kepada ayah
Sejenak aku berpikir, bukankah mereka sudah meninggal dunia?! Aku bingung
"Ibu, bukankah kalian berdua sudah mati?" Tanyaku
"Iya nak" Betapa terkejutnya diriku mendapati jawaban ibu, apa itu berarti diriku juga sudah mati?!
"Kami semua yang ada di sini sudah mati, namun tidak denganmu" Sambung ibu
"Apa?! Bagaimana bisa?" Tanyaku dengan menatap mereka, menunjukkan wajahku yang sedang tegang
Mereka berdua tersenyum, menatapku dengan pandangan yang sama
"Nak, ini masih belum waktunya kau meninggal nak, kau masih harus menjaga adikmu di alam sana" Jawab ibuku, mengelus rambutku dengan tangannya yang hangat
"Tidak, kalian harus ikut denganku" Balasku
Mereka tersenyum, tiba-tiba semua yang ada di sini berdiri, memanggil kedua orang tuaku
"Sekarang waktunya kami untuk pergi nak, jagalah adikmu dengan baik" Kini senyumannya menjadi tangisan kecil
Ayah memegang pundak ibu, ibu lalu berdiri, dan mereka mulai mengikuti yang lainnya menuju suatu tempat
"Ibu! Ayah! Jangan pergi!" Ucapku, aku berusaha bangkit dan mengejar mereka
Aku berusaha bangun, namun itu hanya sia-sia, kakiku terikat dengan rantai yang terhubung langsung dengan bola besi
"Tidak! Jangan tinggalkan aku!" Aku berteriak, namun mereka tetap tidak berhenti, mereka terus saja mengikuti yang lainnya
Mereka semakin jauh dan semakin jauh, sementara aku berusaha membebaskan diriku dari ikatan rantai ini
Kurogoh sakuku, mencari apakah ada barang yang berguna yang bisa membebaskan diriku
Dan kutemukan pisau, pisau bergerigi
Dengan cepat aku langsung berusaha memutuskan rantai di kakiku
Mereka semakin jauh, aku terus berusaha sekuat tenagaku, mencoba lepas dan menyusul mereka untuk membawa mereka kembali
Akhirnya, rantai itu putus, aku berlari sekencang-kencangnya, berusaha untuk secepat mungkin mencegah mereka pergi
Kini aku sudah sampai dan sekarang kupegang tangan ibu, aku rasakan tangan ibu kali ini sudah berubah total, rasanya sangat dingin
"Ibu!" Panggilku
Ibu pun menoleh, namun aku terkejut karena tiba-tiba wajah ibu berubah, matanya putih dan giginya penuh dengan darah, tidak! Dia bukan ibu!
Aku terbangun
"Ternyata itu hanya mimpi!" Ucapku dengan berusaha mengambil nafas sebanyak mungkin
Jantungku berdebar kencang, rasanya tubuhku sudah tidak punya tenaga, hanya ada rasa sakit di sekujur tubuhku dan rasa lemas tak lupa untuk datang juga
Aku berusaha bangkit dari dudukku, rasanya sangat sakit, darah segar dari keningku serta bagian tubuhku yang lain masih mengucur
"Evan!" Aku berusaha untuk berbicara, namun dada ini rasanya sangat sesak dan sakit saat aku berbicara
Aku menoleh ke belakang, berusaha mencari adikku yang tak lain adalah Evan
Saat kulihat, rasanya jantungku ini akan copot, adikku, ia pingsan dan tergeletak dilantai mobil
Ia terlihat sangat pucat, aku sungguh tidak tega melihatnya dalam keadaan seperti ini meskipun luka dan sakit yang ada di tubuhku lebih banyak
"Aku harus mencari bantuan, atau kotak P3K" Suruhku pada diriku sendiri
Dengan kekuatan yang sudah hilang total, aku berusaha untuk mengumpulkannya lagi, untuk jalan saja aku sudah kesusahan kini ditambah lagi aku harus mencari bantuan atau kotak P3K
Kuambil gitarku lalu aku taruh di kursiku
"Arrgghh!" Bahu kananku terasa sakit dan perih
Kupegang bahu yang sakit menggunakan tangan kiriku, aku menuju pintu untuk keluar
Tanganku masih sangat sakit, tidak mungkin aku membukanya dengan tanganku
Aku duduk, memposisikan kakiku untuk berada di atas. Sebelum itu, aku mundurkan sedikit kakiku ke belakang agar gaya yang keluar lebih besar
Braakk!
Pintunya belum terbuka. Jadi, kulakukan lagi gerakan seperti tadi meskipun kakiku terasa sakit
"Aku harus bertahan!" Ucapku sembari mendorong kakiku lebih kuat
Braakk!
"Arrgghh!" Kakiku terasa sakit, kakiku sedikit keseleo
Aku tak putus asa, rasa sakit ini bukan apa-apa dibandingkan melihat Evan yang terbaring tak berdaya
Braakk!
Akhirnya pintu mobil terbuka, aku berjalan keluar, secara perlahan dan sedikit pincang
Aku menuju ke bagasi mobil, aku ingat paman sebelumnya juga membawa kotak P3K dari minimarket
Dengan tangan yang masih sakit, aku berusaha membuka bagasi
Cklek!
Bagasi mobil terbuka, kudapati kotak P3K di dalamnya
"Syukurlah! Masih ada kesempatan untuk hidup" Ucapku dalam hati dengan senyuman kecil yang terasa nyeri di bibir
Kuambil kotak P3K tersebut lalu membawanya ke dalam mobil
"Tenanglah Evan, kau akan segera sembuh" Kini rasa senangku kembali membara
Kubuka kotak P3K tersebut lalu kuambil beberapa barang yaitu, obat merah, kapas dan perban
Pertama, kubersihkan darah di kepala adikku dengan kapas, lalu aku beri obat merah
"Ngghhh!" Gumam Evan, mungkin ia merasa perih saat aku memberi obat merah pada luka di kepalanya
Setelah itu aku aku beri kapas lagi di kepalanya lalu kuikat dengan perban. Sebelumnya, aku potong perban itu dengan gigiku karena tidak ada gunting
Kini Evan sudah kuobati, sekarang giliranku untuk mengobati diriku sendiri
Kuambil kapas lalu aku bersihkan semua darah ada tubuh serta kepalaku. Setelah itu untuk bagian lengan dan kaki aku beri dengan obat merah, tetapi tidak dengan kepalaku
"Arrgghh!" Rasanya sangat perih dan semakin sakit, namun itu memang wajar
Brrggtt!
"Astaga! Setelah tubuhku, kini perutku yang membutuhkan pertolongan" Ucapku dan aku segera pergi ke bagasi lagi untuk mengambil makanan
Kuambil beberapa makanan seperti roti, kripik kentang, dan air mineral. Kemudian aku kembali masuk ke dalam mobil dan tak lupa kututup pintunya dengan perlahan karena masih sakit
Sekarang aku memberi makan cacing-cacing di perutku, tak kusadari malam sudah berlalu
Kini aku mengantuk. Kucari posisi yang menurutku nyaman untuk tidur meskipun kerangka mobil ini berubah tak beraturan
*****
Guk guk guk!
Aku terbangun dari tidurku, mendengar suara yang mirip dengan gonggongan anjing
Kulihat baik-baik ternyata keadaan masih malam dan gelap gulita, bahkan tak ada pencahayaan satu pun, hanya ada sinar malam yang membuat hari makin mencekam
"Semoga saja ada senter" Harapku sambil mencari barang yang kuinginkan dari dalam tas paman yang ada di bagasi juga
Memang di bagasi sangat sesak, ada tas makanan dengan ukuran biasa, tas amunisi dan senjata dengan ukuran seperti punyaku, tas kotak P3K dan obat-obatan dengan ukuran sedang
Akhirnya barang yang kucari-cari kutemukan, tanpa pikir panjang aku pun langsung menyalakan senter
Sekarang barulah aku bisa melihat dengan jelas. Setelah senter kunyalakan, aku mencari asal suara tadi
Guk guk guk!
Suara itu terdengar lagi, asalnya dari luar mobil
Kulihat dari jendela, ternyata ada seekor anjing yang sudah terbaring di tanah. Aku pun bergegas pergi untuk menolongnya
Tak lupa, aku juga membawa kotak P3K tadi jika anjing itu terluka
Setelah kulihat-lihat, ternyata kaki anjing itu berdarah. Kubuka kotak P3K dan mengambil obat merah dan perban
Setelah aku selesai mengobati anjing itu, aku bergegas kembali ke mobil
Ghhrraa!
Namun apa yang membuat mereka terpancing ke sini. Mereka menyambutku dengan hangat
Mereka, tiada habis-habisnya mengganggu kami. Aku kini harus melawannya
"Ayo Rendy, kau pasti bisa" Ucapku menyemangati diriku sendiri dan berusaha untuk berani, meski kaki ini masih bergetar saat berhadapan dengan mereka
Kuambil panci yang kubawa dari rumah tadi dan tak lupa aku mengambil kuda-kuda yang sama
Namun kuda-kuda itu tak lagi berguna, mereka ada di depan dan belakangku
Aku berusaha memancing mereka agar lebih dekat, dan saat mereka mendekat aku menghindar
Dan dengan sigap, aku pukul kepala mereka dengan keras
"Arrgghh! Tidak lagi" Ucapku mendapati rasa sakit di bahuku lagi, aku berusaha bertahan dengan memegang bahuku yang sakit
Teng! Teng! Teng!
Akhirnya mereka tumbang, untungnya mereka hanya berdua
Setelah itu, aku kembali ke mobil, berusaha menenangkan diri dari nafas yang terengah-engah lalu melanjutkan tidur
Sejenak aku berpikir, sekarang saja aku mengalami kecelakaan, kemarin paman tewas, bagaimana dengan besok? Mungkin aku yang akan mati
Namun, bagaimana pun caranya, aku harus selamat dan tetap hidup. Menjaga benda paling berharga bagiku yang masih tersisa
Bertahan hidup, itulah apa yang harus aku lakukan sekarang ini! Lakukan atau mati. Itulah kalimat yang tepat untuk keadaan sekarang