webnovel

Secret In Love

Ada cinta dan kesakitan saat kita harus memilih hidup dengan seorang pria yang tidak kita cintai, Itu yang Reista rasakan.. Merelakan masa mudanya dengan menikahi Duda Tampan kaya Raya dari keluarga Ettrama. Seorang pria yang memiliki kekayaan di atas rata-rata... Mungkin terdengar menyenangkan bukan?. Tapi bagaimana jika ternyata hidup tidak melulu membahas kebahagiaan? Reista harus merasakan hidupnya berantakan karena masa lalu dari suaminya hadir kembali! Kegilaan yang diciptakan oleh mantan istri Ramelson Ettrama, membuat keluarga Ettrama hancur berantakan. Penculikan, kekerasan, pembunuhan!.. berkumpul jadi satu dan membuat banyak kesakitan kepada Jiwa-jiwa suci yang tidak mengerti apa apa.. Hidup Reista bahkan harus berselisih dengan Racun yang menggerogoti tubuhnya dan membuat kedua bola matanya lepas!! Apakah kesakitan akan selalu menghantui Hidup Reista? apakah cinta akan membuat Reista bertahan bersama Ramelson Ettrama? semua akan dibahas dalam Bab-Bab selanjutnya.. Jangan lupa tinggalkan Komentar positif, Berikan koin di setiap bab terkunci. hal ini akan membuat penulis menjadi lebih bersemangat lagi... [Sequel berjudul, Secret In Love: Ahli Waris] Selamat membaca dan semoga hari kalian menyenangkan!!

silvaaresta · 奇幻言情
分數不夠
430 Chs

Tingkah aneh Reista

"aku tetap ingin ke kantor Ramel, apapun yang kau katakan aku tidak akan dengarkan. saat ini aku ingin bekerja. titik dan tidak ada larangan". Reista sudah bersiap dengan pakaian kantornya dan berdandan dengan cukup cantik tidak lupa menguncir rambutnya dan memakai anting-anting berbentuk bulan sabit, high heels 12cm berwarna hijau tua sangat ingin ia pakai hari ini. entah dewi mana yang merasuki Reista dipagi yang cerah seperti hatinya, semangatnya sangat menggebu untuk datang kekantor dan menjadi Sekertaris Ramel lagi.

Ya walaupun memang Reista akui walaupun Reista tidak ada, Ramel sudah mempunyai sekertaris pribadi yang mampu membantunya mengurus pekerjaan. tapi tetap saja, didalam hati seorang Reista menginginkan rasa tanggung jawab untuk membantu Ramel, sudah cukup dia berlibur hampir satu bulan lamanya akibat kejadian honeymoon sewaktu itu.

"haruskah kau bekerja menggunakan sepatu tinggi seperti itu? dan apa ini ditelingamu? kenapa kau memakai anting panjang sekali? lalu rok ini? kenapa ketat sekali, kau ingin apa dikantorku dengan dandanan layaknya selebritis papan atas". Ramel mendengus melihat penampilan Reista yang menurutnya sangat berlebihan dan dipastikan banyak tatapan mata lapar para lelaki hidung belang.

"kau ini cerewet sekali Ramel, bilang saja kalau aku ini sangat cantik. dan suka-suka aku dong mau memakai pakaian dan aksesoris seperti apa. aku hanya ingin tampil beda sebagai nyonya Ramelson Ettrama sekaligus sekertaris di perusahaan besarmu". Reista sekali lagi memperhatikan penampilannya didepan kaca dan sedikit bergaya layaknya model yang akan ikut ajang bergensi.

Ramel hanya menggelengkan kepalanya dan mengacak rambutnya pasrah, entah setan apa yang merasuki istrinya dipagi hari seperti ini? Reista tidak pernah senarsis ini didepan kaca, memang mereka belum lama menikah, tapi Ramel tau betul bahwa Reista tidak pernah berpenampilan berlebihan apalagi lihat sekarang, dia berlenggak lenggok layaknya model.

"aku cantik sekali ya? lihat leherku yang panjang ini? ah jangan lupakan payudaraku yang sepertinya terlihat semakin besar. iyakan Ramel?". Reista menghadap Ramel dan memegang kedua payudaranya didepan Ramel, Ramel yang melihat itu hanya menelan ludahnya kasar. Ramel akui Reista terlihat bersinar dan tubuhnya semakin berisi dan sangat sexy.

"iyakah Ramel? jawab aku kalau aku bertanya". Reista bertanya lagi dengan sedikit memaksa, Ramel hanya menganggukkan kepalanya pasrah, dia hari ini sudah memakai pakaian kantor dengan jas berwarna biru dongker. Reista melihat Ramel dari atas sampai bawah, Reista tersenyum dan mendekat kearah Ramel matanya terpejam mencium wangi tubuh Ramel dan tidak lupa memeluk tubuh atletis suaminya. dada suaminya benar-benar hangat dan nyaman.

"kenapa kau tiba tiba memelukku?". tanya Ramel heran, Ramel tidak melepaskan pelukan itu. membiarkan istrinya sedikit bermanja lalu dengan tiba-tiba Reista mencium bibir Ramel singkat dan tersenyum dengan wajah polosnya.

Ramel mengerutkan keningnya heran, ada apa sebenarnya dengan Reista hari ini? seingat Ramel kemarin Reista tidak terbentur apa-apa. mereka pulang dengan keadaan baik-baik saja dan Reista tidur serta melewatkan jam makan malamnya.

"kau tampan sekali suamiku, aku sangat beruntung mendapatkan dirimu yang kaya raya, tampan, tubuh atletis, pintar dan juga sangat seksi. rasanya aku seperti melihat dewa yunani didepanku". Reista berlalu mengambil tas bermerknya dan menggandeng Ramel untuk turun kebawah karena sudah waktunya sarapan pagi.

Ramel yang merasa ditarik pelan hanya mengikuti tarikan istrinya, ini masih terlalu pagi untuk bertengkar dan adu debat panjang lebar. seterah istrinya saja ingin melakukan apa. selama itu bisa membuatnya senang dan tidak mengganggu fisiknya.

"Mommy!!". teriakan Renandra yang pertama kali Ramel dengan saat dirinya dan Reista sampai didepan meja makan. sudah ada ibu dan ayahku juga. sepertinya mereka hanya menginap satu malam di hotel kemarin.

senyum terpancar dari wajah nyonya gornio melihat anak dan menantunya turun secara bersamaan dan bergandeng tangan.

"hallo anak Mommy yang tampan, bagaimana kabarmu". Reista melepaskan genggaman tangan Ramel dan mencium pipi Renandra. Ramel yang merasa kehilangan rasa hangat ditanganya, hanya memandang tangannya sendiri dengan pikiran yang tidak bisa dideskripsikan. ada apa dengan dirinya? kenapa dia merasa ada kekosongan saat Reista melepaskan tanganya.

"ayo Ramel duduk, kita sarapan bersama. kenapa wajahmu terlihat konyol seperti itu". nyonya Gornio mengintrupsi tingkah anaknya yang memandangi telapak tanganya sendiri. Ramel tersentak dan buru-buru duduk lalu meminum segelas air putih yang sudah ada didepannya.

Ramel melihat kearah Reista yang berada disampingnya. wajah dan kecantikanya memang sedikit lebih bersinar pagi ini. ada aura baik yang tidak bisa Ramel deskripsikan dengan kata-kata.

"kau ingin pergi kekantor hari ini Nak Reista". suara tuan Gornio bertanya dengan nada yang sangat lembut kepada menantu kesayanganya ini.

"iya Dad, Reista ingin sekali pergi kekantor dan mengerjakan sesuatu yang bisa membunuh kebosanan".

"kau yakin? apa kau tidak akan lelah mengurus urusan kantor Ramel?". itu suara nyonya Gornio yang bertanya sedikit bingung dengan keinginan Reista.

"tentu tidak Mom, Ramel punya sekertaris pribadi. jika aku lelah aku bisa istirahat sesukaku. aku melakukan pekerjaan yang tidak akan membuatku lelah. Mommy tenang saja, aku istri Ramel dan aku bisa menyuruh siapa saja untuk membantuku melakukan pekerjaan. kalau bisa aku meminta bagian HRD untuk merekrut satu sekertaris lagi untuk membantuku dan Ramel". Reista berbicara dengan semangat sambil memakan sarapanya. sedangkan wajah Ramel, nyonya gornio, dan Tuan Gornio sudah terlihat heran.

Mereka memandang Reista dengan segala pertanyaan diwajah mereka, sedangkan yang ditatap hanya memperlihatkan wajah polos tanpa dosanya.

"maksudmu apa?". Ramel bertanya dengan pelan.

"kau bilang kau pintar tapi mengerti ucapanku saja tidak, aku sudah berkata dengan sangat jelas tadi Ramelson". sentak Reista dengan wajah yang menunjukkan kebosanan dengan pertanyaan Ramel.

Nyonya Gornio memberikan isyarat kepada Ramel untuk tidak bertanya lagi, Ramel hanya mendengus dan memakan sarapannya dengan sedikit kesal. ibunya lebih membela menantu kesayangan daripada anaknya sendiri.

"Ramel kau makanlah dengan cepat, 10 menit lagi kita harus berangkat. kau tau? kita sebagai atasan sekaligus pemilik perusahaan tidak boleh datang terlambat karena kita contoh bagi para karyawan. dan satu lagi Ramel, saat kita sampai kantor kita harus memberikan senyuman yang manis untuk para karyawan karena dengan begitu mereka akan merasa dihargai sebagai bawahan kita". Reista berucap panjang lebar yang membuat wajah Ramel memerah, baru kali ini dia diperintah oleh orang lain selain orangtuanya.

Tapi Ramel tau, saat ini dia tidak bisa membantah ucapan istrinya karena tatapan membunuh dari ibu dan ayahnya sudah membuat Ramel jengah dan hampir tersedak oleh makanannya sendiri. Ramel melirik kearah Reista dengan segala kekesalan yang ada. lihat saja nanti saat mereka sudah sampai kantor, akan Ramel bungkam bibir manisnya itu dengan ciuman yang panas.