webnovel

Secret In Love

Ada cinta dan kesakitan saat kita harus memilih hidup dengan seorang pria yang tidak kita cintai, Itu yang Reista rasakan.. Merelakan masa mudanya dengan menikahi Duda Tampan kaya Raya dari keluarga Ettrama. Seorang pria yang memiliki kekayaan di atas rata-rata... Mungkin terdengar menyenangkan bukan?. Tapi bagaimana jika ternyata hidup tidak melulu membahas kebahagiaan? Reista harus merasakan hidupnya berantakan karena masa lalu dari suaminya hadir kembali! Kegilaan yang diciptakan oleh mantan istri Ramelson Ettrama, membuat keluarga Ettrama hancur berantakan. Penculikan, kekerasan, pembunuhan!.. berkumpul jadi satu dan membuat banyak kesakitan kepada Jiwa-jiwa suci yang tidak mengerti apa apa.. Hidup Reista bahkan harus berselisih dengan Racun yang menggerogoti tubuhnya dan membuat kedua bola matanya lepas!! Apakah kesakitan akan selalu menghantui Hidup Reista? apakah cinta akan membuat Reista bertahan bersama Ramelson Ettrama? semua akan dibahas dalam Bab-Bab selanjutnya.. Jangan lupa tinggalkan Komentar positif, Berikan koin di setiap bab terkunci. hal ini akan membuat penulis menjadi lebih bersemangat lagi... [Sequel berjudul, Secret In Love: Ahli Waris] Selamat membaca dan semoga hari kalian menyenangkan!!

silvaaresta · 奇幻言情
分數不夠
430 Chs

Perlakuan spesial Ramel

"Ramel ayo kita makan siang, ini sudah waktunya makan siang". Reista menarik-narik tangan Ramel yang tetap fokus dengan pekerjaanya dan mendengus kasar karena Reista memaksanya dengan sangat tidak lembut sama sekali.

"iya iya, ayo kita makan siang". Ramel membereskan berkas yang belum selesai dia baca dan mematikan laptop kesayanganya. Belum Ramel beranjak dari duduknya susliana masuk kedalam ruangan Ramel dengan wajah sangat berantakan.

"Ramel". ucap susliana resah.

"ada apa?". tanya Ramel heran.

"barang yang kau minta sedang dalam perjalanan, dari korea menuju belanda tidak sebentar. terkadang permintaanmu sungguh tidak masuk akal". susliana mendengus kasar, Ramel berpikir sebentar dan mengerti maksud dari kata-kata susliana. kenapa juga dia tidak berpikir bahwa perjalanan membuntuhkan waktu yang tidak sebentar. mungkin nanti malam dia baru bisa menunjukannya kepada Reista.

"jadi jam berapa barangku akan sampai?". tanya Ramel hanya memastikan.

"sekitar jam 9 atau 10 malam, itu sudah waktu tercepat untuk mendapatkan barang yang kau inginkan. dan jangan lupakan, kartu kreditmu terkuras banyak untuk mendapatkan dua hal itu". susliana langsung melenggang pergi setelah mengucapkan kata-katanya.

Ramel tak berucap apa-apa lagi, yang penting cepat atau lambat dia akan bisa menunjukkan kepada Reista dua hal yang akan membuat Ramel tetap tampan dan artis korea itu tidak akan bisa mengalahkannya.

"apa maksud sekertarismu? kau membeli barang apa sampai menguras kartu kredit?". Reista yang memang sedari tadi hanya mendengar perkataan susliana menjadi penasaran tentang barang yang dimaksud.

"hanya barang sederhana, lagipula tidak sebanyak yang kaupikirkan".

"memang sebanyak apa yang kupikirkan?". ucap Reista sedikit kesal.

"pastinya banyak, karena di otak kecilmu itu terlalu banyak memikirkan hal yang tidak perlu".

"seterah kau saja, otakku memang kecil. tapi aku cukup pintar selama ini mendampingi tuan gornio menjadi sekertarisnya dan jangan lupakan beberapa bulan aku membantumu".

"sudahlah, kau jadi makan siang atau tidak?". Ramel tak mengidahkan ucapan Reista yang sudah kemana-mana.

"ya tentu saja jadi, kau tau? anak anak naga didalam perutku sudah meraung sedari tadi".

"aku baru tau suara yang kaukeluarkan sedari tadi didalam perutmu adalah suara anak naga". Ramel tertawa memikirkan lelucon aneh yang dikatakan oleh Reista. Mereka berdua keluar dari ruang kerja untuk pergi ke salah satu Restaurant yang memang cukup terkenal dan merupakan Restaurant milik keluarga Ettrama.

Tidak jauh disana, salah satu karyawan perempuan menyipitkan matanya dan mendengus tidak suka saat melihat suami istri itu saling bergandengan tangan dan tertawa bahagia. tanganya mengangkat telepon genggam dan menghubungi Bosnya.

"hallo nyonya".

"ada apa?".

"hari ini Reista sudah masuk kekantor, dan kurasa kedekatan antara Ramel dan Reista semakin dekat".

"mengapa bisa begitu? baru beberapa hari yang lalu kudengar kabar mereka bertengkar". ucap suara perempuan disebrang telepon.

"saya juga tidak tau nyonya, tapi saya melihat sendiri kedekatang mereka berdua saling bergandengan tangan dan tertawa. dan saya dengar juga sejak tadi sekertaris pribadi Ramel sibuk membeli barang yang katanya permintaan khusus Ramel untuk Reista".

"Ramel memang tidak pernah berubah, kau pantau saja pergerakan mereka dan selalu kabari aku. mungkin aku akan mempercepat kedatanganku dikantor Ramel".

"baik nyonya". perempuan itu menutup panggilannya dan berlalu dari tempatnya lalu berbaur dengan karyawan lain seperti biasa.

*********

21.35

Ramel dan juga Reista sudah sampai kedepan mansion mereka dan masuk kedalam kamar untuk membersihkan tubuh masing-masing, hari ini setelah makan siang tiba-tiba klien mereka dari dubai berkunjung dan menyita banyak waktu membicarakan perkembangan hotel yang memiliki sedikit kendala. mau tidak mau Reista dengan cakatan membantu Ramel dalam menyelesaikan masalah dan berakhir setelah mereka makan malam.

Reista merebahkan tubuhnya keatas kasur karena ia merasa pinggangnya hampir lepas. berapa lama dia duduk dibangku dan menatap layar laptop serta menelpon banyak orang untuk memastikan bahwa proyek pembangunan hotel mereka tetap berjalan.

"mandilah Reista, aku sudah menyiapkan air hangat untukmu". Ramel duduk disamping Reista, Ramel sudah selesai mandi dan berpakaian. wajahnya terlihat lebih segar, Ramel terbiasa dengan meeting mendadak seperti ini. namun tidak untuk Reista, walaupun sering mengikuti Tuan Gornio meeting, namun entah mengapa hari ini Reista terasa begitu lelah. tubuhnya seperti akan remuk.

"badanku sakit sekali dan kepalaku sangat pusing, entah mengapa aku merasa seperti habis olahraga berat".

"ayo kubantu kekamar mandi". Ramel menggandeng tangan Reista, Ramel dapat melihat wajah pucat istrinya itu. badanya juga terasa lebih hangat.

"besok kau tidak usah ikut aku bekerja, dirumah saja". mereka berdua berjalan kearah kamar mandi dan Ramel membantu Reista membuka pakaian kantornya. tak ada protes dari mulut Reista. terlihat seperti pasrah saat Ramel melucuti pakaiannya dan menuntun Reista kearah bak mandi. Reista menghela nafas lelah saat air hangat terasa di seluruh tubuhnya.

nyaman dan juga tenang, aroma bunga lili dari sabun cair yang Ramel gosokan dibelakang tubuhnya membuat Reista semakin merasa rileks. Ramel dengan cekatan membantu Reista membersihkan tubuhnya.

entah apa yang sedang merasuki tubuh Ramel membantu Reista mandi, Ramel pun tidak tau dengan kelakukaanya. tapi semua itu seperti dorongan dari dalam hatinya, ada satu hatinya yang menyuruhnya untuk memperlakukan Reista dengan baik.

apapalagi saat dilihat Reista yang memang wajahnya terlihat lelah dan pucat, Ramel takut Reista tidak bisa mandi dengan benar.

"kau ingin keramas?". tanya Ramel, Reista yang memang memejamkan matanya hanya berdehem sebagai tanda persutujuan.

Ramel mengambil shower dan membasahi rambut Reista dengan lembut, Ramel dapat merasakan helaian halus itu membuat tangan Ramel merasa nyaman, memberikan shampo kesukaan Reista yang lagi-lagi terbuat dari sari bunga lili, harumnya memang menenangkan, pantas saja Reista begitu menyukai wangi bunga lili. memijat kepala Reista dengan gerakan teratur dan membiarkan Reista merasa tenang ditempatnya.

Ramel tersenyum kecil saat melirik wajah Reista yang terlihat polos, baru kali ini dia memperlakukan perempuan layaknya anak kecil, dulu selama Ramel menikah dengan Andine tidak pernah sekalipun membantu Andine untuk mandi seperti ini, setiap didalam kamar mandi hanya ada sex dan sex. tapi tidak saat melihat Reista, walaupun Ramel akui tubuh Reista sangat menggoda untuk dijamah, namun Ramel lebih memilih membantu Reista untuk membersihkan diri. Ramel merasa dia harus menghormati istrinya dan memperlakukan istrinya dengan layak seperti Ratu.

Ramel mengkramasi rambut Reista dengan air shower dan sesekali memijatnya sampai shampo di rambut Reista benar-benar bersih.

"Ramel". ucap Reista saat Ramel ingin mengambilkan handuk.

"ya kenapa?".

"bolehkan aku digendong sampai kamar?".

"yeah, ayo kita keringkan tubuhmu dengan handuk terlebih dahulu". Reista mengangguk dan bangun dari bak mandi, tubuh Reista yang terdapat tetes air membuat Ramel menelan ludahnya dengan kasar. hanya gerakan seperti ini membuat Ramel merasa digoda, Ramel dengan sekuat tenaga mengeringkan tubuh Reista dengan handuk, dari mulai kaki jenjangnya dan terus naik sampai Ramel melihat kedua payudara, Ramel merasa kedua gunung itu mengapa semakin terlihat berisi?.

pandangan Ramel menatap wajah Reista yang juga menatapnya, wajahnya sudah terlihat lebih segar walaupun memang mata indah itu meredup karena kelelahan. Ramel tidak tega jika harus meminta jatahnya malam ini, biarkan Ramel menahannya sendiri. dengan telaten Ramel melilitkan handuk itu ke tubuh Reista dan menggendong Reista kedalam kamar lalu mendudukannya di atas tempat tidur.

Memilihkan baju tidur lalu membantu Reista memakainya, Ramel sesekali tersenyum kepada dirinya sendiri, ada apa dengan dirinya? mengapa dengan melihat wajah Reista yang lelah membuat Ramel sebegitu perhatian? Reista tidak meminta untuk dibantu mandi, semua ini inisiatif Ramel sebagai suami. melihat Reista yang dengan tenang mengikuti semua perlakuannya membuat Ramel sekali lagi sadar satu hal. Ramel sadar bahwa Reista bisa menjadi wanita penurut saat sedang lelah seperti ini.