webnovel
#COMEDY
#CAMPUS
#TEEN
#FUTURE

School of Persona

Bagaimana rasanya hidup sebagai remaja di tahun 2042-2043? Ditengah perkembangan zaman yang semakin pesat dan kompetitif? Mereka itulah yang disebut sebagai ‘Generasi Emas Indonesia 2045’. Berdirilah School of Persona (SP). Sebuah asrama yang dibangun sebagai tempat pembinaan kompetensi dan kepribadian para remaja SMA penerima Haikal Scholarship in Leadership (HSL). Penghuni asrama elit itu sangat heterogen, mereka dituntut untuk memahami berbagai perbedaan persona di dalamnya. Mereka memiliki sisi yang membanggakan, normal, hingga 'liar' secara bersamaan. Bukan kamuflase, itu hanya ukum tiga wajah; pribadi; keluarga; publik. Banyak persoalan, rahasia dan masalah muncul diantara mereka, lama kelamaan membesar, lalu meledak sebagai bom waktu. Lalu, mampukah mereka membangun diri sekaligus menghadapi tantangan besar generasi mereka itu? Unlock the answer by reading this story! ------ Halo, Readers! Selamat datang di novel keempat Aleyshia Wein. Konsep novel ini adalah Fiksi Realistik dengan sentuhan Literary Fiction. Meskipun demikian, sisi romantis akan tetap ada tipis-tipis, baik diantara para penghuni School of Persona, atau Adriana dan Haikal. Author menyarankan untuk terlebih dahulu membaca karya kedua Author yang berjudul 'Laboratory Doctor and Activist' untuk lebih dekat dengan karakter dan kisah Adriana Gerrie dan M. Faqih Haikal yang terbilang cukup filosofis mendasari berdirinya The School of Persona. Seperti biasa gaya bahasa akan cenderung teknis, dan beberapa istilah advanced akan dijelaskan dalam notes Author. Happy reading! Regards, Aleyshia Wein.

aleyshiawein · 青春言情
分數不夠
268 Chs
#COMEDY
#CAMPUS
#TEEN
#FUTURE

Pembagian Perhatian dan Afeksi

Lim tampak sibuk dengan laptop berukuran layak 16 inchi miliknya, mendesain sesuatu di perangkat lunak animasi, mengundang Jerry dan Leon yang baru saja kembali dari berbelanja kecil di depan tertarik menghampiri, "Lagi ngapain nih, Bos?" tanya Jerry, duduk disebelah Lim, pun Leon, menaruh beberapa makanan di meja.

"Biasa, urusan branding SP lah, sekolah lah, ekskul lah, nasib Gue jadi designer sibuk gini, keteteran," ujar Lim tanpa menoleh dari laptop.

"Kan Lo handal, Lim. Bisnis NFT Lo gimana sekarang? Udah cuan banget pasti tiga tahun dilakoni tekun gitu," ujar Jerry. Anak paling tech-savvy seperti Lim memang diam diam selalu mengagumkan, bahkan menjadi paling kaya dalam hal keuangan berkat gesitnya Ia berusaha ini itu.

Lim hanya mengangguk, "Ya lumayan lah Jer, setidaknya kalau Gue mau S1 dengan biaya sendiri udah bisa ..."

"Weeeh, keren keren, mandiri finansial sejak dini. Ajarin dong Lim, buka workshop gitu buat anak-anak SP," saran Leon.