Putri Jang tersentak mendengar penuturan salah seorang dayang yang datang menemuinya.
"Hormat kami Putri Jang." Tiga orang dayang membungkuk memberi hrmat.
"Hemmm, ada apa?" tanpa menoleh Putri Jang masih sibuk dengan kegiatan sulam menyulamnya.
"Ibu Suri meminta anda untuk bersiap." Salah seorang diantaranya mulai berucap.
"Bersiap? memangnya ada acara apa?" tanya Putri Jang penasaran.
"Hari ini akan ada tradisi mandi bunga Putri," jawab seorang dayang kepada Putri Jang.
"Bukankah setiap hari aku slalu mandi bunga? untuk apa mandi bunga lagi?" tanya Putri Jang aneh.
"Bukan putri kali ini tradisi mandi bunganya beda, mandi bunga yang dimaksud adalah tradisi mandi bunga bersama Raja Joon sebelum melakukan ritual malam pengantin," jelas dayang tersebut yang membuat wajah Putri Jang pucat pasi.
Glek... Putri Jang menelan ludahnya susah payah, ia tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi nanti jika itu benar benar terjadi. Menjadi Selir sudah membuatnya sangat dibencii apalagi dengan adanya mandi bunga pasti Raja Joon bertambah membencinya begitu batin Putri Jang.
Sore ini cuaca istana sedikit mendung karena saat ini sudah masuk musim penghujan. Putri Jang mempercepat langkahnya menuju ruangan Raja Joon tak ingin sang suami menunggunya terlalu lama. Terlihat ada beberapa dayang disana, namun ia tak melihat sosok Raja Joon disana.
"Hormat kami yang mulia."
"Terimakasih, apa aku terlambat? dimana Raja Joon?" tanya Putri Jang.
"Tidak yang mulia, yang mulia Raja juga belum datang. Beliau masih di kamar Ratu Putri," jawab seorang dayang kepada Putri Jang.
"Baiklah, aku akan menunggunya."
Putri Jang menunggu di dalam ruangan sang Raja sembari membaca buku yang sempat ia bawa dari ruangannya.
"Sepertinya kau antusias sekali ingin melakukan malam pertama denganku," ucap Raja Joon yang membuat Putri Jang menutup bukunya.
"Maaf yang mulia, saya hanya mematuhi perintah ibu suri."
"Cihh... Jangan berharap aku akan melakukannya denganmu dalam mimpi pun tak akan pernah," ucap Raja Joon ketus.
"Maaf yang mulia saya juga tidak berani bermimpi akan hal itu, jika yang mulai berkenan saya mohon undur diri." Putri Jang mengembangkan sebuah senyuman meski di relung hatinya menjerit mendengar perkataan Raja Joon tapi ia mencoba menguasai dirinya untuk lebih tenang.
Putri Jang bangkit dari duduknya hendak melangkahkan kaki keluar ruangan namun dicegah oleh Raja Joon.
"Kau mau kemana? kau ingin membuat ibu memarahiku?" Putri Jang terdiam dan membalikkan badan.
"Masuklah terlebih dahulu aku akan menyusulmu."
"Baik yang mulia." Putri Jang berjalan pelan masuk ke dalam ruang mandi Raja.
Lihatlah aku, aku seperti jalang yang melempar tubuhku kepada laki laki dengan mudahnya meski laki laki tersebut tidak menginginkanku gumam Putri Jang sembari menitikan air mata.
Dengan terpaksa Putri Jang harus menanggalkan seluruh pakaiannya menenggelamkan tubuhnya kedalam bak besar berikan air yang tertutup oleh berbagai jenis kelopak bunga. Putri Jang sedikit menunduk tak berani menatap kala sang suami melepas jubahnya. Raja Joon juga tak sedikit pun melirik kearah Putri Jang. Berada dalam satu bak mandi dalam keadaan sama sama tanpa busana membuat Putri Jang dan Raja Joon diam. Jika Putri Jang diam karena malu maka Raja Joon diam karena tak tertarik berbicara dengan Putri Jang. Meaki terkadang hatinya tersentuh kala Putri Jang berbuat padanya tapi sisi egoisnya tetap tak bisa terkalahkan.
Disisi lain,
"Bagaimana? apakah mereka sudah melaksanakan mandi bunga bersama?" Tanya ibu suri kepada salah seorah dayang yang ia tugaskan untuk mengawasi.
"Sudah yang mulia, Raja dan Putri sudah melaksanakan tradisi mandi bunga bersama."
"Baiklah aku akan pergi kesana sebentar lagi."
Ibu suri pergi ke ruangan Raja Joon ingin menyaksikan sendiri apakah laporan yang dibawa dayang suruhannya itu benar atau tidak. Ibu suri melangkah masuk kedalam ruangan putranya Raja Joon dengan hati hati memberi kode kepada para penjaga untuk tidak bersuara.
"Rupanya kalian benar benar mematuhi aturanku. Bagus aku akan membuat kalian saling jatuh cinta tanpa kalian sadari," ucap Ibu Suri tersenyum manis melihat Raja Joon berendam dalam satu bak dengan Putri Jang.
Ibu suri kemudian pergi meninggalkan ruangan sang putra menuju ruangan pribadinya memerintahkan kepada pelayan untuk menyiapkan teh hijau yang sudah diberi ramuan khusus untuk diberikan kepada Raja Joon dan juga Putri Jang.
"Dayang Yu tolong siapkan teh hijau dan bubuhi dengan ini kemudian antarkan kekamar putraku, pastikan Joon dan Jang meminumnya" Ucap Ibu Suri sembari mengulurkan sebuah botol kecil yang berupa ramuan peningkat gairah.
Dayang Yu segera menyiapkan apa yang diperintah ibu suri, ia membawa sebuah nampan berisi teh hijau hangat yang sudah ia campur dengan ramuan yang diberikan oleh ibu suri lalu membawanya menuju ruangan Raja Joon dan Putri Jang.
"Hormat hamba yang mulia, ini teh hijau herbal kiriman ibu suri sangat cocok untuk diminum usai berendam agar tubuh menjadi lebih bugar."
"Hemmm, ambilkan satu cangkir untukku dan satu cangkir untuknya," ucap Raja Joon kepada Dayang Yu.
"Baik yang mulia."
Dayang Yu tersenyum puas setelah Raja Joon dan Putri Jang meminum teh hijau tersebut. Ia segera berpamitan sebelum ia menyaksikan reaksi minuman tersebut. Dayang Yu juga memerintahkan penjaga untuk menutup pintu rapat rapat dan melarang siapa saja untuk bertamu mengganggu kebersamaan Raja Joon dan Putri Jang seperti yang diperintahkan oleh ibu suri.
Efek dari minuman yang diberikan ibu suri mulai bereaksi, tubuh Raja Joon dan Putri Jang sama sama merasakan hal yang aneh. Raja Joon merasakan gejolak yang aneh pada dirinya ketika melihat Putri Jang yang sedang mengenakan baju tipis usai berendam, sementara Putri Jang Sendiri juga merasakan hal yang sama tubuhnya memanas dan menegang ketika melihat sang suami masih telanjang dada. Tak tahu siapa yang memulai duluan, mereka Sama sama tak bisa membendung gairah kini Raja Joon sudah memagut lembut bibir Putri Jang yang saat ini sudah berada dipangkuannya dengan lengan melingkar dilehernya. Tangan sang Raja sudah merayap melepas pakaian tipis milik Putri Jang sementara Putri Jang yang terbakar api gairah pun dengan senang hati menerima setiap perlakuan sang suami.
Raja Joon mendorong tubuh polos Putri Jang dengan pelan hingga terlentang diranjang ia kemudian melucuti pakaiannya sendiri dan bergerak merangkak menaiki tubuh Putri Jang menyatukan tubuh mereka hingga sama sama memperoleh kenikmatan. Suara lenguhan Keduanya bersahutan bergema memenuhi seluruh penjuru ruangan yang membuat seorang dayang yang ditugaskan untuk mengawasi keduanya dari luar oleh ibu suri tersenyum puas.
"Bagaimana? apakah berhasil?" tanya ibu suri kepada dayang Yu.
"Sepertinya yang mulia akan segera mendapat kabar baik sebentar lagi."
"Benarkah itu? syukurlah aku senang mendengarnya kau boleh pergi beristirahat sekarang Yu. Trimakasih atas kerja kerasmu."
"Baik yang mulia, anda tidak perlu berterimakasih pada hamba karena ini adalah bentuk pengabdian hamba," ucap Dayang Yu merendah kemudian berpamitan pergi usai memberi salam.
Malam ini menjadi malam yang panjang bagi sepasang insan yang sedang tersulut api gairah. Saling memberi dan berbagi cumbuan mereka melakukan pergumulan panas hingga beberapa kali meski tanpa adanya sebuah rasa cinta dan sebuah kesadaran. Menjelang pagi mereka baru selesai dengan aktifitasnya dan memilih memejamkan mata dengan posisi saling berpelukan.