"Wih, ada anak Permata yang ke sini. Punya berapa nyawa lo?" tanya Arkan sambil melangkahkan kaki di samping seorang cowok yang sekarang tengah duduk apik di atas motornya.
Mendengar kalimat yang cukup mengganggu dirinya, membuat dia dengan seketika melirik ke arah 5 anak Garuda yang sekarang tengah berdiri di sampingnya.
"Waw, obrolan kita diabaikan nih." Salah satu dari mereka kembali berucap.
"Main-main kuy, ikut sama kita!" seru seorang cowok yang sekarang tengah membuka kancing atas dari seragamanya.
Saat salah satu dari mereka menarik kerah baju cowok yang merupakan anak SMA Permata, dengan seketika langsung berdiri dan turun dari motornya.
"Lepaskan tangan lo!" seru anak Permata yang langsung melepas kasar tangan orang yang memegangi kerah bajunya.
Tatapan mata ke-5 orang itu semakin tidak bersahabat.
Selama ini memang anak-anak Permata dan Garuda tidak bisa dikatakan damai, tapi ya pertengkaran terjadi, hanya karena mereka yang menjadi inti-inti Garuda dan juga Permata yang memulai, maka akan terjadi suatu masalah.
5 orang yang sekarang tengah bersama memang bisa dikatakan dari anak inti Garuda, mulai dari Rezan, Noval, Martin, Andre, dan yang terakhir adalah Arkan.
Sebelumnya mereka bukan orang yang biasa bersama terus-terusan, tapi karena ada yang memberi tahu mereka kalau ada anak Permata yang sekarang di depan SMA Garuda, mereka ber-5 datang dan menemuinya.
"Lo ke sini mau ngapain? Mau nyari ribut?" tanya Andre sambil menatap serius anak Permata yang sekarang tengah menatap dirinya datar.
Di saat inti Garuda tengah memperhatikan dirinya, dia lebih fokus pada cowok yang berada di tengah-tengah mereka. Ada sesuatu hal yang mendasari anak permata itu sampai fokus pada satu orang.
Merasa sudah yakin akan hal itu, terlebih melihat namanya yang tertera jelas di bagian depan seragamnya, membuat anak Permata tersebut tersenyum miring.
Dengan santai cowok itu melangkahkan kaki mendekat ke arah cowok yang ada di tengah-tengah mereka, menatap serius cowok itu dengan tatapan yang terlihat dingin.
"Gue mau jemput cewek yang udah lo rendahkan!" jawab cowok itu dengan penuh keseriusan sambil menunjuk orang yang ada di hadapannya.
Siapa orang yang merupakan anak Permata dan siapa cowok yang baru saja dia tunjuk dengan tatapan yang tidak suka?
Anak Permata yang melangkah mendekat adalah Reynard, dia melangkah sampai akhirnya dia berucap tepat di hadapan Arkan.
Emosinya Reynard mulai naik saat dia berhadapan dengan orang yang dia tahu sudah merendahkan Sepupu kesayangannya, yaitu Retta.
"Maksud lo Retta?" tanya Arkan dengan tatapan yang ikut semakin serius.
"Atas dasar apa lo berani merendahkan dia?!" tanya Reynard dengan raut muka yang sudah tidak bisa dikatakan baik-baik saja, apalagi santai.
"Karena cewek yang lo bela pada dasarnya memang cewek ren—
Bukh!
Sebuah pukulan yang begitu kencang dengan seketika mendarat apik di bibir Arkan. Sama sekali Reynard tidak terima dengan perkataan yang keluar dari mulut Arkan.
"Lo nyari ribut beneran sama kita?" tanya Rezan yang benar-benar sudah ikut emosi.
"Gue gak nyari ribut, tapi gue gak bakalan lari!" Reynard menjawab dengan begitu tegas dan memang sama sekali tidak terlihat sebuah ketakutan yang ada dalam waut wajah Reynard.
"Ikut kita!" seru Martin yang kemudian membawa Reynard lewat gerbang yang tak jauh dari mereka bersama dengan Andre. Arkan hanya tersenyum puas melihat hal ini.
Mereka bukan orang bodoh yang akan memilih berkelahi secara terang-terangan di depan SMA Garuda dengan banyak orang yang memperhatikan mereka.
Mereka berlima begitu menyeringai puas saat sekarang Reynard sudah berada di area SMA Garuda dan di kelilingi oleh mereka yang sudah tidak bisa diragukan kalau mereka akan berkelahi di sana.
"Lo gak usah so jagoan bela cewek itu, karena lo juga gak ada apa-apanya di depan gue!" tekan Arkan sambil mendorong Reynard kencang.
Tanpa basa-basi lebih lama, mereka akhirnya berkelahi di sini dengan jumlah yang tidak seimbang. Mereka yang tidak suka pada anak Permata ditambah dengan Arkan yang juga benci dengan perlakuannya.
*****
"Berhenti!" teriak seorang cewek dengan suara yang begitu nyaring yang membuat mereka dengan seketika berhenti sebab kaget mendengar teriakan.
"Ngapain lo ke sini? Mau bela dia atau mau sama kayak dia?" tanya Arkan yang berniat untuk merendahkan Retta.
Retta melangkahkan kakinya dengan langkah yang begitu tegas dan penuh dengan emosi, setelah sekian lama dia berani menatap Arkan dalam jarak yang sedekat ini dan juga tatapan yang setajam ini.
"Selama ini gue diam saat direndahkan oleh lo, tapi gue gak bisa tinggal diam saat lo merendahkan dia!" ketus Retta dengan nada yang penuh penekanan.
Rey tersenyum kecil saat melihat Retta yang sekarang berani berbicara dengan tatapan yang begitu tegas saat menatap Arkan, tidak disangka Retta bisa seperti ini dengan cepat.
Ada dua kemungkinan yang membuat Retta seperti ini; kemungkinan yang pertama adalah dia yang tidak suka dengan apa yang Arkan lakukan pada Reynard dan kemungkinan yang kedua dia sudah mendengarkan perkataan Rey Putra.
Apa pun alasan yang menjadi dasar dari Retta yang seperti ini, Rey suka dengan hal itu karena hal yang dia inginkan adalah Retta yang menjadi dirinya lagi.
Rey cukup tahu kalau Retta yang sebenarnya bukanlah Retta yang diam saja, sehingga biarkan Retta kembali menjadi dirinya sendiri dan bisa hidup tanpa sebuah tekanan.
"Wih berani bentak gue? Berani?! Mending lo diam saja, jangan ikut campur urusan gue!" seru Arkan sambil menatap Retta serius.
"Gue gak bakalan tinggal diam akan hal ini!" bentak balik Retta. Tidak terlihat sebuah ketakutan sedikitpun dalam diri Retta setelah mendapatkan bentakan dari Arkan.
Betapa bahagianya seorang Rey Putra saat dia melihat pacarnya yang berani membentak Arkan tepat di depan banyak cowok. Hal itu cukup membuat harga diri Arkan sebagai cowok jatuh.
"Jangan banyak omong!"
Bukh
Apa yang terjadi?