webnovel

POSSESSIVE - Baru Jadian

Seorang cewek dengan rok yang di atas lutut dengan atasan kemeja yang cukup membentuk body-nya tengah melangkahkan kakinya menuju ke arah cowok yang sekarang tengah dengan santai melangkahkan kakinya.

"Heh, tunggu!" teriak cewek tersebut dengan cukup jelas sampai akhirnya cowok yang berada di hadapannya menghentikan langkah kakinya.

Cewek itu memperhatikan cowok yang ada di hadapannya dengan cukup fokus sampai akhirnya dia bertanya, "Lo cowok barunya Retta bukan?"

Tanpa berpikir lama, Rey menganggukkan kepalanya. Dirinya sama sekali tidak mempunyai sebuah niatan untuk tidak mengakui kalau memang dia adalah cowok baru dari seorang Retta.

"Baru aja jadian, kok dia udah sama yang lain?" tanya cewek yang mempunyai nama Sherina itu sambil menatap Rey dengan tatapan yang seperti sedang menyinggung dan mencoba untuk menjadi kompor dalam hubungan mereka.

Sebelah alis Rey terangkat saat mendengar kalimat itu. Rey tidak tahu siapa cowok yang sudah Sherina maksud dan kapan Retta bersama dengan cowok itu.

"Memangnya lo gak liat kalau tadi cewek lo diantar ke Sekolah sama cowok?" tanya Sherina yang terus memperhatikan Rey dengan tatapan yang menggoda.

Rey menggelengkan kepalanya, karena memang dia tidak tahu kalau pagi tadi Retta diantar oleh cowok. Tatapan Rey begitu datar, karena dia tidak merasa tertarik pada cewek yang sekarang tengah berdialog dengannya.

"Well, bakalan ada perselingkuhan yang seru nih." Sherina bertepuk tangan dengan cukup teratur.

Tidak ingin terlalu banyak mendengarkan ocehan yang keluar dari mulut Sherina, akhirnya Rey melangkahkan kaki begitu saja meninggalkan Sherina tanpa ada sebuah kata pamitan terlebih dahulu.

Sebelum Rey mencari di mana Retta berada sekarang, ternyata takdir sudah mempertemukan mereka di koridor yang kebetulan sekarang sedang cukup sepi.

"Retta." Rey memanggil Retta seperti biasa, datar, singkat, dan dengan nama yang pull satu kata.

Cukup kenal dengan suara itu, akhirnya Retta menghentikan langkah kakinya dan berbalik badan. Sejenak Retta mengernyitkan keningnya saat melihat ekspresi yang pacarnya pasang.

"Lo kenapa pagi gini udah kayak orang marah?" tanya Retta sambil terus memperhatikan wajah pacarnya dengan cukup serius.

Di sini benar-benar Retta merasa yakin kalau ada sesuatu hal yang menjadi penyebab kenapa ekspresi pacarnya menjadi seperti orang yang sedang penuh dengan amarah.

"Tadi berangkat sama cowok?" tanya Rey to the point.

Retta sedikit terkejut mendengar pertanyaan yang baru saja Rey ucapkan. "Eh—h iya, kenapa ya?" Retta bertanya setengah ragu akan hal ini.

"Siapa cowok itu?" tanya Rey yang semakin menggunakan nada serius.

Kenapa ekspresinya menyeramkan kayak gini sih?

Retta begitu kesal melihat ekspresi yang sekarang tengah Rey pasang, rasanya dia benar-benar seperti orang yang sedang diinterogasi oleh pacarnya sendiri. Perlahan Retta menarik napasnya dalam-dalam.

"Gue tahu lo posesif, tapi lo gak perlu marah sebab gue yang diantar sama cowok tadi pagi. Karena apa? Karena gue diantar sama sepupu gue, lo tahu kan?"

Retta tidak bisa menyembunyikan semua itu dari Rey, apalagi dengan memilih untuk terus menahannya, karena sudah pasti Rey akan marah dengan hal itu. Retta sudah tidak ingin melihat ekspresi Rey yang jauh lebih serius, dari pada sekarang.

"Serius?" tanya Rey yang masih belum percaya dengan apa yang baru saja Retta ucapkan.

Dengan santai Retta mengeluarkan ponsel dari saku kemejanya dan kemudian membuka menu sampai akhirnya menunjukkan layar handphone-nya pada Rey.

Layar handphone yang Retta tunjukkan adalah sebuah riwayat panggilan dirinya dan juga Reynard di pagi hari. "Masih belum percaya, tinggal tanyakan langsung pada orangnya."

Retta mampu berucap dengan begitu enteng, karena memang dia semula benar diantar oleh Reynard. Tidak ada sebuah rasa takut yang Retta miliki setelah dia diantar oleh cowok, karena Retta jauh lebih takut kalau dirinya tidak jujur.

"Kenapa lo gak minta gue yang jemput?" Rey cukup penasaran akan hal ini.

Rey bisa dengan mudah percaya kalau cowok yang sudah mengantar Retta adalah Reynard, karena tidak mungkin dia mau berbohong dan melibatkan Reynard ke dalamnya. Dia cukup percaya pada Reynard.

Mendapatkan pertanyaan seperti itu membuat Retta terdiam, semula dia bisa dengan enteng menjawab pada Reynard saat menanyakan hal ini, tapi sekarang dia malah kebingungan bagaimana mengutarakan hal tersebut secara langsung pada Rey.

Apakah gue harus jujur mengatakan kalau gue itu masih malu pada dia?

Retta bertanya-tanya sendiri dalam hatinya mengenai hal ini, karena memang dia merasa tidak enak kalau dia harus mengatakan hal yang sebenarnya, tapi kalau berbohong apa kalimat yang bisa dia jadikan alasan.

"Gue akan lebih menerima kejujuran lo." Rey berucap setelah sedari tadi dirinya melihat Retta yang terlihat sedang kebingungan.

Dengan seketika kebingungan Retta seolah luluh dan rasa ragunya perlahan hilang dengan sendirinya. Retta menatap wajah pacarnya sejenak sambil menenangkan perasaannya untuk mengatakan alasan yang sebenarnya.

"Jujur, gue tadi malas pergi ke Sekolah sendiri. Gue akhirnya minta sepupu gue buat jemput dan antar gue ke Sekolah, karena gue masih merasa canggung sama lo."

Setelah mengucapkan hal yang sebenarnya, Retta menundukkan kepalanya, karena dia takut kalau Rey akan semakin marah pada dirinya atau malah melakukan hal yang tidak ingin dia dapatkan.

Isi pikiran Retta masih tentang masa lalunya, di mana dia memang sering mendapatkan sebuah amarah dan juga sering disalahkan saat dirinya melakukan sebuah hal yang tidak Arkan sukai.

Rey sempat terdiam dan mengernyit kebingungan setelah melihat Retta yang malah menunduk dan terlihat seperti orang yang ketakutan setelah menjelaskan hal tersebut.

Ternyata gak mudah buat lo melupakan masa kelam lo.

Dengan begitu santai dan penuh dengan kelembutan, Rey menaikkan pandangan Retta. Menatap wajah pacarnya yang sekarang terlihat tidak karuan.

"Gue gak marah. Gue hanya ingin tahu apa yang terjadi," ucap Rey dengan nada yang cukup santai.

Dengan perlahan, Rey mengusap pipi Retta. Mengalihkan rambut yang menghalangi wajah Retta ke belakang dengan begitu lembut. Tatapan yang Rey berikan pada Retta juga penuh dengan kasih sayang.

"Be your self," ucap Rey dengan cukup lembut sambil menatap Retta dengan begitu intens.

Rey yakin kalau Retta yang sekarang bukanlah Retta yang asli, sepertinya sudah banyak hal yang mempengaruhi Retta sampai membuat Retta menjadi seperti ini.

Gue merasa begitu tenang saat bersama dengan lo Rey, tapi tidak bisa dibohongi, kalau gue masih trauma dengan hal ini.

Sebuah senyuman lebar berhasil Rey ukirkan saat dia menyadari kalau Retta sudah menaikkan pandangannya dan memperhatikan dirinya. Rey sangat ingin kalau Retta kembali menjadi dirinya sendiri.

Gue akan membuat lo kembali menjadi diri lo sendiri!

Next chapter