Keesokan paginya setelah Utaru menyuruh Axcel untuk memulai berlatih berpedang, mereka telah bersiap ditempat yang telah disiapkan.
Pagi-pagi sekali mereka bersiap. Seperti biasa Axcel yang tak sabaran menyuruh Utaru untuk segera memulai latihan. Namun Utaru menyuruh Axcel untuk pemanasan terlebih dahulu.
"Utaru cepat lah! Aku sudah tak sabar mengayunkan pedang!"
"Hmm masih saja seperti itu, kau lakukan pemanasan saja dulu!!"
"Hmph baiklah, aku sungguh tak sabar!! Shishishii!!"
Setelah melakukan pemanasan Axcel menghampiri Utaru yang sedang berdiri mengutak-atik sebuah kotak kayu besar.
"Hey Utaru aku sudah selesai pemanasan! ....Wah kau sedang apa? Jangan-jangan kau sedang mencari sesuatu untukku ya? Dan mungkin kau juga sedang mencari pedang untukku!? Aku ingin pedang yang besar! Ah tidah aku ingin tombak saja! Ah masa kesatria memaki tombak? Berarti aku akan memilih belati saja itu pasti keren! Ah terlalu kecil! Ahhh sudah kuputuskan aku akan…"
"Berisik! Pakailah ini!!"
"Apaaa!!? Pedang kayu!?"
"Ya gunakan itu."
"Bagaimana aku bisa mengalahkan inu dengan ini!?"
"Tenang lah ini hanya untuk latihan! Sekarang aku akan melatihmu cara berpedang."
"Kau akan melatih gerakan berpedangku?"
"Bukan! Sebelum mengenal gerakan kau harus bisa menyalurkan energi yang berasal dari tubuhmu kedalam pedang."
"Hey! Apa hal itu perlu?"
"Tentu saja!! Bodoh sekali kau ini. Kau pikir apa gunanya latihan ini. Dengarlah, sebuah pedang bukanlah kunci besar pertarungan, melainkan hanya sebagai perantara dalam bertarung! Yang terpenting bukan lah seberapa besar atau seberapa tajam pedangmu, yang terpenting adalah kekuatan yang ada dalam dirimu!"
"Begitukah!? Ah sepertinya aku sedikit memahaminya."
Setelah utaru memberikan pedang kayu kepada anak itu, Axcel sedikit bingung.
Namun setelah utaru menjelaskan apa yang menjadi tujuan latihan ini axcel mengerti dan segera melakukan latihan. Utaru segera menyuruh Axcel untuk mengeluarkan energinya dan menyalurkan kedalam pedang kayu yang axcel pegang. Namun sepertinya Axcel masih belum bisa mengerti apa yang dimaksud.
"Tak terjadi apa-apa Utaru! Bagaimana melakukannya!?"
Axcel masih belum paham bagaimana cara mengeluarkan energinya.
"Hey dengarlah, setiap makhluk hidup pasti mempunyai energi alami atau biasa disebut sebagai "mana". Mana tersebut terpancar hebat di dalam hati setiap makhluk hidup. Cobalah pejamkan matamu rasakan apa yang bergejolak dalam hatimu lalu keluarkanlah."
Penjelasan yang terperinci itu sepertinya telah membuat Axcel paham. Sesaat setelah itu axcel mencoba mengeluarkan mananya. Dengan memejamkan matanya Axcel berkonsentrasi dan memikirkan untuk mengumpulkan energinya. Saat mulai merasakan sesuatu yang lantas dalam dirinya Axcel langsung menyadari bahwa itu adalah mana yang dimaksud oleh Utaru.
Seketika itu juga ia langsung mengeluarkan energi panas itu. Namun Axcel yang belum berpengalaman masih belum bisa mengeluarkan mana tersebut dengan sempurna.
Bbboooommmmmmmm!!!
Kilatan cahaya berwarna kuning tiba-tiba meledak dengan kerasnya. Pancaran energi tersebut malah meledak karena axcel tidak bisa mengontrolnya dengan benar. Energi itu membuat tubuh Axcel terpental kearah pohon yang berada didekat mereka.
"Awwww!! Utaru, apa itu barusan!?"
"Hahaha itu adalah manamu! Kau harus mengontrolnya Axcel, jika kau tak bisa mengontrol maka itu akan meledak dan akan merugikan dirimu. Ayo coba lagi! "
"Shishishii, hebat sekali! Aku tidak menyangka aku bisa mengeluarkan jurus aneh seperti itu."
Setelah mendengar penjelasan Utaru axcel bangun dan berusaha untuk mencobanya sekali lagi. Untuk yang kedua kalinya energi itu masih saja meledak. Namun Axcel tak putus harapan. Hal itu dilakukannya berkali-kali dan masih saja gagal.
Dan tak disangka hari sudah menjelang sore namun Axcel masih saja belum bisa mengontrol mananya sendiri. Axcel terlihat sangat semangat namun tak terlihat kelelahan. Utaru terus berdiri disamping Axcel.
Saat axcel akan mencoba mengeluarkan energinya, tiba-tiba kepala Axcel merasa sangat pusing dan kehilangan keseimbangannya yang membuat dirinya terjatuh. Tentu axcel sangat kebingungan.
"Ada apa dengan tubuhku, Utaru!? "
"Haha sepertinya kau sudah mencapai batasmu. "
"Apa? Mana mungkin! Aku belum merasa kelelahan ataupin lapar! Tapi kenapa aku tak bisa mengerakan tubuhku kali ini aku merasa lemas sekali!"
"Tentu saja Axcel. Setiap makhluk juga memiliki batas mana, jika kau terlalu banyak menggunakannya maka mana tersebut akan habis dan perlu dipulihkan. Jika kau memaksa maka kau akan tak sadarkan diri."
"Hoh jadi ini sebabnya aku tak bisa bergerak, shishishiii!"
"Baiklah untuk hari ini kita sudahi dulu kita lanjutkan besok pagi!"
"...."
"Hey Utaru, aku tak bisa bergerak."
"Hhh dasar anak ini! "
Akhirnya latihan hari itu telah selesai. Axcel yang tak bisa bangun membuat Utaru terpaksanya menggendongnya menuju rumah untuk makan malam. Dan tentunya untuk memulihkan energi Axcel. Malam itu Axcel makan banyak sekali karena mananya telah terkuras habis.
Setelah selesai makan axcel tertidur dengan pulasnya. Menyiapkan latihan besok pagi untuk menjadi kesatria.
Esok pagi di tempat yang sama Axcel dan Utaru sedang melakukan latihan rutinnya. Axcel masih melakukan latihan mengontrol mana yang belum ia kuasai. Hingga hari menjelang sore axcel masih saja belum bisa mengontrolnya. Energi itu terus meledakan dirinya hingga terpental-pental. Setelah beberapa hari axcel masih saja belum bisa mengontrolnya.