webnovel

Rafflesia

film animasi

Carvina_Mysha · 电影同人
分數不夠
4 Chs

Bagian 04~Gadis Misterius

"Ayo masuk,"

Ruth mematung, bahkan ketika dipersilahkan masuk oleh Raga kedalam rumah yang nampak elegan yang kini ada dihadapan matanya.

"Ruth," Panggil Raga.

Ruth tersadar dari lamunannya. Entah apa yang barusaja dia pikirkan, yang jelas ia merasa tidak nyaman. "Saya mau pulang aja, saya gak mau nginap," Ucap Ruth.

Raga mengusap wajahnya jengah, Lalu melihat ke jam hitam dipergelangan tangannya. "Jam 00:21. Lo mau pulang pake apa?" Sinis Raga.

"Ya kamu anterin saya! Kan kamu yang bawa kesini, masa kamu suruh saya pulang sendiri" Protes Ruth.

"Gue gak mau nganter kalo lo mau pulang sekarang. Cepetan masuk," Suruh Raga lagi.

"Kamu kok maksa banget. Lagian besok saya ada kelas pagi, saya gak bawa baju ganti".

"Baju ganti gampang. Ntar gue beliin seratus kalo lo mau,"

"Tapikan saya ini perempuan, emang lingkungan sini nggak curiga kalo perempuan nginap dirumah cowok?" Ruth berusaha mencari alasan agar pria gila itu bisa membebaskannya dan mengantarnya pulang kerumah.

Namun bukan Raga namanya jika kehendaknya tak terlaksana. Pria itu hanya mendecak lalu menarik tangan Ruth masuk kedalam rumahnya tanpa rasa ragu, atau takut jika tetangga melihatnya membawa wanita.

Toh, Sudah sering ia membawa wanita jalang kerumahnya. Tapi tetangga tidak pernah mempermasalahkannya, Raga bersyukur hidup dilingkungan masyarakat yang bodoamat sesama tetangga.

"Raga! Lepasin saya, saya bisa jalan sendiri!" Protes Ruth.

Raga melepaskan tangan Ruth setelah berhasil membawa gadis itu masuk kedalam rumahnya. "Beginikan baru enak. Sekarang lo mau tidur dimana? Dikamar mandi? Atau sekamar sama gue?"

Ruth menganga tak percaya dengan pilihan yang diberikan Raga. Semulia itukah tamu hingga ditawarkan tidur dikamar mandi?

"Heh sinting! Rumah kamu nggak punya kamar buat tamu ya?!" Ruth bertanya sengit seraya berkacak pinggang dengan tatapan tajam namun malah membuatnya terlihat seperti anak kecil yang bonekanya direbut orang dewasa.

Raga terkekeh lucu. Lalu mengacak-acak puncak kepala Ruth gemas. "Gue ragu lo seumuran sama gue."

Ruth menepis tangan Raga kesal. "Saya nggak lagi becanda!"

"Sama." Jawab Raga singkat. "Cepetan jawab, mau tidur dikamar mandi atau sekamar sama gue?"

Dan pertanyaan yang sama itu membuat Ruth menjadi lebih kesal lagi. Bagaimana pria itu bisa memasang wajah tenang setelah menculiknya seperti ini. Dan lagi, untuk apa menawarkan penginapan jika tak ada kamar tamu dirumahnya.

"Dasar cowok tolol! Saya nggak mau tidur dikamar mandi, dan nggak mau tidur sekamar sama kamu." Tolak Ruth.

Dimata Raga penolakan Ruth sangatlah seksi, mengagumkan. Biasanya perempuan-peremuan yang ia bawa kerumah akan sangat berterimakasih padanya jika ia bawa kekamar. Hanya Ruth gadis satu-satunya yang berani menolaknya.

"Terus lo mau tidur dimana?" Sinis Raga.

"Kamu nyuruh saya nginap disini tapi nggak ada kamar, gimana sih."

"Ada. Tapi cuman satu, kamar gue." Jawab Raga dengan entengnya.

Ruth mengepalkan tangannya, ia berusaha meredam emosinya. Bagaimana menjelaskan kekesalannya sekarang. Ini sudah tengah malam, ia harus bangun pagi besok, Jangan sampai ia telat bangun hanya karena begadang untuk berdebat dengan pria itu.

Ruth menatap Raga nyalang, Lalu menghempaskan tasnya dimeja ruang tamu kecil itu.

"Saya tidur disofa aja." Putus Ruth lalu duduk disofa, mengambil bantal sofa, mengatur tempatny untuk tidur lalu berbaring membelakangi Raga, tanpa mempedulikan tatapan bingung pria itu.

Lebih baik ia tidur sebelum matahari terbit daripada membuang-buang waktu bermasalah dengan pria aneh itu.

Raga terkekeh melihat keangkuhan Ruth, gadis itu benar-benar membuatnya penasaran. Ia bahkan harus menculik Ruth hanya untuk mendapatkan perhatian Ruth.

Ini untuk pertama kalinya ia menyukai perempuan.

"Yaudah, Good night Ruth." Ucap Raga lalu berlalu begitu saja, membiarkan Ruth terlelap disofa ruang tamunya.

******

Ruth menggeliat kecil ketika merasakan harumnya aroma pagi. Kicauan burung menyambut paginya, matahari sudah naik. Ruth mengucek matanya. Kemdian beringsut bangun.

Ia meneliti kealam sekitarnya. Dan helaan napas berat ia hembuskan ketika melihat ruangan asing yang kini ia tempati. Ruth tidak bermimpi. Ia benar-benar diculik oleh Raga.

"Selamat pagi my darling."

Ruth tersentak ketika sebuah suara terdengar.

Sosok Raga datang dengan sebuah nampan ditangannya. "Gue bawain makanan untuk lo sarapan. Padahal gue malas bikinin, tapi gue bela-belain demi tamu."

Raga meletakkan nampan itu dihadapan Ruth. Hanya roti bakar yang hampir gosong dan segelas susu putih.

Ruth membuang napas. "Rotinya gosong."

"Itu udah kemampuan terhebat gue."

Ruth mengangkat gelas susu yang ada disana, dan mencium baunya.

"Kenapa dicium? Gue nggak pake kencing kucing buat dicampur sama susu. Jadi nggak akan ada bau apa-apa selain bau susu." Ucap Raga.

"Kamu nggak ngasih alkohol agar saya mabuk kan?"

"Alkohol mahal. Gue malas beli."

"Kamu nggak kasih racun didalamnya kan?"

"Aman."

Tanpa bertanya atau berpikir lagi, Ruth pun meninum susu itu. Karena dia lumayan haus. Rasanya ia ingin menangis darah saja ketika mencoba susu buatan Raga. Tidak ada rasa manis layaknya susu, tidak ada rasa khas susu.

"Rasanya kaya air cebokan." Ruth berhenti meminum susu itu dan meletakkannya kembali.

"Lo pernah nyoba air cebokan?"

"Enggak lah."

"Terus kenapa tau kalo rasanya kaya air cebokan?"

"Kamu kasih berapa sendok gula?" Tanya Ruth mengganti percakapan air cebokan.

"Gue nggak pake gula. Lo kan udah manis." Jawab Raga sekenanya.

Ruth tak terbawa suasana sedikitpun. Mungkin akan mempan pada cewek lain jika Raga bicara semanis itu. Namun dengan Ruth? Jangan harap ia akan mempan dengan gombalan pasaran yang sudah ia baca dinovel sebanyak 973 kali.

"Kalo mau bikin susu, kamu harus kasih gula biar dia manis. Semanis apapun wajah manusia, nggak akan pengaruh sama makanan." Jelas Ruth samasekali tak peduli dengan gombalan Raga.

Raga terkekeh. "Dasar human!"

"Kamu bukan human?"

"Gue siluman."

"Pantesan."

"Pantesan apa?"

"Nggakpapa. Sekarang anterin saya pulang. Saya harus mandi, ganti baju dan ke kampus." Pinta Ruth.

Raga diam sejenak, memperhatikan wajah Ruth yang nampak sangat santai.

Ia bingung ...

Kenapa gadis itu tak terlihat terpesona sedikitpun pada pria setampan dan setajir dirinya. Bahkan cenderung menghindar?

"Gue mau nanya deh sama lo." Ucap Raga.

Ruth menatap Raga sebentar. "Banyak gak pertanyaannya?"

"Kalo banyak kenapa?"

"Saya malas jawab."

"Kalo nggak jawab ya tinggal gue perkosa. Mau nggak?"

Ruth masih tenang dengan raut wajah datarnya. "Saya malas diperkosa."

Raga terkekeh. "Kenapa malas?"

"Ribet."

Raga tertawa mendengar jawaban singkat dari Ruth. Gadis itu benar-benar sangat lucu dan lugu. Bagaimana mungkin Ruth masih setenang itu.

"Yaudah gue tanya. Nggak banyak, tapi lo harus jawab."

"Sedikit aja." Pesan Ruth

Raga tertawa dan mengangguk. "Gue tanya. Gue ganteng gak?"

Ruth diam sejenak. Memperhatikan wajah Raga dengan saksama. Kemudian menjawab dengan malas. "Biasa aja."

"Jadi masih ada cowok yang lebih ganteng dari gue?"

"Saya model. Sudah terbiasa dengan cowon ganteng. Saya ketemu banyak model ganteng distudio. Jadi saya nggak terlalu tertarik seganteng apapun cowok yang saya kenal diluar studio menurut saya semua biasa aja." Jelas Ruth.

Raga bertepuk tangan mendengar penjelasan Ruth. Ternyata harga dirinya bisa dilukai seorang wanita, dan itu adalah Ruth. Gadis cupu dan bau yang ternyata seorang tuan putri.

"Lo normal kan?" Tanya Raga.

"Iya." Jawab Ruth sangat singkat.

"Kok iya doang? Nggak ada kalimat lain lagi?"

"Ribet." Lagi-lagi Ruth menjawab dengan jawaban ribet.

Raga berusaha sabar menghadapi gadis seperti Ruth. Yang pola pikirnya benar-benar tak tertebak sedikitpun olehnya. "Lo suka cowok?"

"Iya."

"Jadi mau nggak nikah sama gue?"

"Enggak."

"Kenapa?"

Ruth mendecak, ia menutup matanya sejenak. Berusaha tenang. Ruth mulai merasa tidak nyaman disini. Tiba-tiba ia berdiri dan menatap Raga dingin. "Saya mau pulang. Permisi."

Raga melongo ketika melihat Ruth berlenggang pergi begitu saja tanpa basa-basi.

Unik, gue suka!

Sesaat sebelum Ruth menyentuh handle pintu rumah Raga. Pria itu datang mencekal lengannya. "Tunggu dulu."

Ruth menepis tangan Raga. Kemudian mendongak menatap Raga yang lebih tinggi darinya. "Kalo kamu nanya lagi, saya malas jawab."

"Gue mau nganterin lo."

"Saya bisa pulang sendiri."

"Tapi gue nggak mau lo pulang sendirian. Bahaya."

Ruth terkekeh. "Satu-satunya bahaya yang sekarang mengancam saya adalah kamu. Jadi saya harus jauhin kamu, atau saya akan celaka."

Raga mengerutkan keningnya. "Maksud lo?"

"Kamu nggak akan ngerti. Saya cuman minta, tolong jauhin saya. Dan anggap kamu nggak kenal saya."

"Kenapa? Gue cuman pengen dekat sama lo. Dan pengen jagain lo."

"Kalo kamu mau jagain saya, satu-satunya cara cuman---" Ruth menggantung ucapannya. Ia menyentuh kembali handle pintunya, tanpa menatap Raga ia melanjutkan kalimatnya.

"Satu-satunya cara untuk kamu jagain saya, cuman satu. Kamu cukup pura-pura nggak kenal saya dan jauhin saya, dengan itu saya akan sangat berterimakasih."

Raga mengerutkan keningnya menatap Ruth dengan penuh tanda tanya. "Kenapa Ruth?"

Ruth tersenyum tipis. "Terimakasih sudah nolongin saya tadi malan, terimakasih atas tumpangan, penginapan, dan sarapannya. Saya permisi."

Ruth pun segera keluar dari rumah Raga, pergi meninggalkan Raga sendirian tanpa mengizinkan Raga mengantarnya.

Sebenarnya ada apa dengan gadis itu?

"Semisterius itukah?"

- To be continue -