webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · 现实
分數不夠
312 Chs

Berjamaah

Pagi ini, tepatnya sehari setelah mereka kembali dari liburan, keempat putra tampan ibuk demam. Sepertinya benar apa kata mama Raka hari itu di mana mengharuskan mereka meminum wedang jahe dan bubur hangat sebelum kemudian beristirahat. Tapi, karena sifat alamiah manusia, keempatnya lupa. Dan jadilah sekarang Mas Yudhis, Mas Abim, Arjuna, dan Aksara tidur berjejer di kasur lantai ruang tengah. Terlihat seperti ikan asin yang sedang di jemur di tepi pantai.

Ibuk hanya berkacak pinggang seraya menggelengkan kepala melihat pemandangan itu, "Kenapa bisa bareng bareng gini sih sakitnya," tanya beliau seraya menempelkan kompres instan pada dahi putra putranya, "Ngapain aja kemaren waktu liburan?"

鎖定章節

在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者