webnovel

25. Pencarian

Sekian lama dia mencari dan hari mulai tampak menjelang malam. Guratan kecemasan mulai hadir di wajah Abraham. ke mana lagi ia akan mencari sang Putri? Dirinya sangat menyesal akan hilangnya Masyayel.

Dia memutuskan untuk menunggu dan tetap berjaga-jaga di sekitar istana dengan harapan Masyayel akan kembali atau membutuhkan bantuannya. Dirinya akan mencoba mencarinya lebih maksimal besok pagi agar lebih leluasa dan memiliki waktu yang panjang. Dirinya akan lebih enak menjangkau seluruh wilayah jika suasana terang dan siang hari, dengan tetap menanyakan kepada semua orang yang lewat tetap ia lakukan. Secerca harapan muncul ketika dia mendapati jawaban yang sedikit menyenangkan hatinya.

"Apakah kamu melihat pelayan istana memakai pakaian berwarna hijau tua? Seragam pelayan seperti ini, dan berjalan kaki melewati jalan ini sekitar pukul sepuluh pagi? Dia wanita yang cantik. Berkulit putih dan dia hendak pergi ke arah sana," tanya Abraham dengan detail.

"Sepertinya tadi pagi wektu aku bekerja di sawah, ada pelayan yang lewat dan menyapa kami semua dengan ramah. Dia memang berjalan kaki menuju kesana, namun kita tidak tahu kapan dia balik dan lewat sini lagi, juga tidak ada pelayan wanita lain yang keluar istana lagi setelahnya. Hanya dia satu-satunya pelayan yang keluar istana hari ini." Penjelasan seorang petani rakyat Sadrach kepada Abraham.

"Baiklah, terima kasih Paman," jawab Abraham disertai tanda tanya.

"Kemana dia? Dia tidak kembali lagi kesini? Mana mungkin dia melarikan diri ke Serafin, perjalanan cukup jauh dan dia tidak memiliki kendaraan, mengingat dia juga tidak punya keahlian atau kekuatan untuk merebut kuda dari orang lain?" gumamnya dalam hati memendam banyak tanya.

Pencarian Masyayel ini adalah hanya bergantung kepadanya, karena tidak mungkin kejadian ini ia sebar atau ia tanyakan kepada seluruh pelayan yang ada, mengingat Masyayel tidak pernah diketahui siapapun keberadaanya. Bahkan seluruh pelayan istana lainnya tidak pernah ditunjukkan tentang Masyayel. Karena dia khusus berada di kamar Paman Elliot selalu, begitu juga Paman Elliot tak bisa berbuat apa-apa, tak mungkin ikut mencarinya diluaran, karena tugasnya hanya di dalam istana, dirinya hanya bisa mondar-mandir karena diliputi kecemasan, dinaungi penyesalan dan merasakan kesedihan jika harus kehilangan gadis itu.

Bagaimanapun Masyayel adalah sudah dianggap sebagai keponakannya sendiri meskipun sebenarnya bukan siapa-siapanya, hari-hari sudah ditemani oleh canda tawa gadis itu, bercerita panjang lebar dan berbagi tangis dan bahagia bersamanya. Bahkan tidur didalam satu kamar dengannya meskipun berbeda tempat tidur dengan diberi sekat khusus oleh Pangeran Shem. Betapa bayangan itu semua tak dapat ia hilangkan dan terus bersemayam didalam pikirannya saat ini. Yang dia bisa hanya mendoakan Masyayel agar segera ditemukan. Paman Elliot tak berhenti mendoakan Abraham juga supaya bia menemukan gadis itu dalam keadaan selamat dan baik-baik saja sebelum Sang Pangeran pulang ke istana dan menanyakan keberadaan kekasihnya itu.

Begitu juga keinginan Abraham, kecemasannya melebihi Paman Elliot, karena dirinyalah satu-satunya orang yang diamanahi menjaga keselamatan Masyayel diatas keselamatannya sendiri oleh Pangeran Shem di istana ini. Abraham benar-benar tahu bagaimana Pangeran begitu mencintai Sang Putri, dia mencintai Adaline atau Masyayel melebihi diri Pangeran sendiri, dan Abraham tahu benar bagaimana kalau Pangeran Shem sedang marah. Pasti dirinya akan mati ditangan Pangeran jika sampai Masyayel belum ditemukan saat Pangeran pulang. Ditambah lagi tidak ada yang tahu kapan Pangeran kembali ke istana Sadrach ini.

Malam kian larut dan terasa dinginnya hawa malam menusuk kalbu. Abraham masih tetap bersikukuh menunggu dan sambil berpikir mencari cara untuk menemukannya. Dia buntu dan merasa kebingungan. Meskipun sampai dini hari dia berusaha berjaga-jaga, karena Abraham tetao manusia biasa, dirinya tertidur juga dengan posisi masih diluar istana.

Suasana hening dan senyap sejenak namun dibuyarkan oleh gemuruhnya kaki-kaki yang berdatangan, serta suara riuh kepanikan dari beberapa orang.

"Panglima! Panglima Abraham!!!" Kami menemukan dia disemak-semak belukar, saat kami berjalan melewati sawah hendak mencari ikan." Abraham dibangunkan oleh salah seorang yang sedang membopong seorang perempuan bersama yang lainnya.

Sayup-sayup Abraham membuka matanya dan berkedip-kedip bangun dari tidur sejenaknya itu, " ada apa?"

"Sepertinya pakaian ini pakaian pelayan kerajaan, apa ini anggota pelayan kerajaan?" tanya seorang lainnya.

"ASTAGA!!! Iya, dia Masyayel, pelayan kerajaan yang menghilang sejak pagi, dimana kalian menenukan dia?" tanya Abraham sangat kaget.

"Dia pingsan dan tergeletak di semak-semak, maaf, juga tanpa busana, pakaian ini hanya ditutupkan saja ke tubuhnya. Entah siapa pelakunya."

"Kurang ajar! Siapa pelakunya!!! Matilah aku jika begini kenyataannya. Putri, maafkan aku! Aku ceroboh dan aku kurang cepat mengajarkanmu tehnik pedang!" bisik Abraham dalam hatinya. Dia sangat merasa bersalah dan sangat menyesal karena keadaan Putri Adaline yang sangat menyedihkan saat ini.

"BEDEBAH!!! SIAPA BERANI MENYEMTUHNYA!!!" Abraham berteriak dimalam itu. m

Mukanya dipenuhi rona merah kemarahan. Dia menyentuh kening sang Putri yang demam tinggi, wajahnya nampak pucat. Pedangnya seketeka ia lemparkan dengan cepat ke sebuah pohon dan menancap sempurna pada pohon itu. Dia langsung merebut dan membopong tubuh sang Putri dari mereka yang elah menolongnya itu. Tubuh itu telah berpakaian, artinya sudah ada yang memakaikan pakaian itu tadi.

"Kalian, aku sangat berterima kasih kepada kalian semua. Besok siang kalian akan mendapatkan hadiah dari kerajaan, aku akan serahkan sendiri kepada kalian, jam sepuluh pagi kalian tunggu di sawah, karena telah menyelamatkan pelayan khusus istana kami," jawab Abraham sambil tergopoh-gopoh meninggalkan tempat itu.

Dia begitu cemas sambil setengah berlari membawa masuk gadis itu masih dalam gendongannya. Dia ingin membawa kepada Elliot untuk segera mendapat perawatan dan bantuan ramuan atau obat yang dimiliki istana. Dia memandangi wajah gadis itu yang merasa kesakitan dan tak sadarkan diri. Ia merasa aman memasuki istana membawa Masyayel pada waktu dini hari, jadi istana masih sepi dari aktivitas sehari-harinya. Segera Abraham masuk dan mengetuk pintu kamar Paman Elliot.

"Paman! Paman! Bukalah pintu ini. Aku berhasil membawa Masyayel, Paman. Dia sedang sakit. Tolong dia secepatnya Paman!!!" teriak Abraham. Sang Paman Elliot yang memang sedang terjaga itu seger membuka pintu setelah mendengar Abraham menyebut nama Masyayel.

"Astaga, Panglima Abraham. Kenapa dia? Bagaimana bisa seperti itu?" tanya Paman Elliot. Abraham langsu g masuk dan membaringkan Putri Adali ne di tempat tidurnya itu.

"Dia demam tinggi, dia ditemukan oleh petani dan tergeletak di semak-semak, dia ... Sepertinya diperkosa orang, lalu dibuang! Paman." Abraham bercerita.

"Apakah ada obat atau ramuan yang membuat dia menjadi baikan? Semoga saja Pangeran tidak kembali hari ini, menunggu dia sehat, baru Pangeran kembali. Aku khawatir kalau kembali hari ini. Kita berdua akan mati Paman, Pangeran tidak akan memaafkan kita," lanjutnya.