webnovel

His Dark Side

"Hah! Kalau ditanya soal itu, rumit! Tio tipe pria pencemburuan dan tempramental juga egois, nggak bakal ada perempuan yang tahan dengan sifat dan karakter dia yang seperti itu. Selama Tio tidak bisa mengubahnya sendiri."

April terdiam ketika mendengar sambil mencermati kalimat itu, semua yang dikatakan Nopa sama persis dengan apa yang ia rasakan saat ini. Semakin lama rasa penasaran April semakin dalam setelah mendengar penuturan dari Nopa, mungkin saja April bisa mendapat informasi lebih dari Nopa yang tidak Tio beritahu kepadanya.

"Maksudnya cemburuan?" Tanya April seolah tak mengerti, padahal ia hanya ingin tahu seperti apa bentuk rasa cemburu Om Tio kepada wanita itu.

"Ya pokoknya, aku nggak boleh kemana-mana. Di rumah aja, nggak boleh kenal siapa-siapa. Cuman dia! Bahkan aku nggak boleh lagi berteman sama teman-teman lama aku, aneh 'kan?" Jelas Nopa.

Seketika bahu April terasa lemas saat mendengarnya, semua hal itu sama persis dengan apa yang dilakukan oleh Om Tio kepadanya.

"Tio juga yang buat aku jadi jauh sama temen-temen lama aku tanpa alasan yang jelas, aku jadi nggak punya temen dan cuman berharap segala hal sama dia." Tambah Nopa.

April masih terdiam mendengarkan,

"Terus tempramentalnya gimana maksudnya, 'kak?" Tanya April yang penasaran, karena sejauh ini berjalan dengan Om Tio. April tak pernah atau mungkin belum mengetahui sifat Om Tio yang satu ini.

"Ya tempramental, apalagi? Main tangan."

"Hah, separah itukah?" April membuka mulutnya tak percaya.

"Iya, hal yang terakhir yang bikin aku nggak tahan dengan Tio adalah dia suka main tangan. Saat marah atau cemburu, Tio selalu main tangan. Menampar bahkan menyudutkan ke dinding." Kata Nopa.

"Kok ngeri ya?" Sahut April.

"Ya, orangnya memang kaya gitu mau diapain lagi?"

"Tapi kalau misalkan April nggak tau soal tempramental itu, berarti April adalah satu-satunya gadis yang beruntung. Karena hampir semua mantan pacar Tio mengeluhkan sifat Tio yang seperti itu."

Atau mungkin belum... sahut April dalam hati, ia tak ingin terlalu besar kepala hanya karena Om Tio belum pernah melayangkan pukulan kepada April.

"Semua mantan Om Tio, kakak kenal?" Tanya April.

"Nggak semua sih, beberapa aja. Tapi semuanya juga mengeluhkan hal itu." Tambahnya, April mengangguk mengerti. Jika lebih dari satu yang berkata demikian mungkin semua itu benar, apalagi April juga merasa jika Om Tio terkadang berbicara dengan keras dan kasar. Itu sebuah pertanda bagi April.

"Kalau ke April, Om Tio baik nggak?" Tanya Nopa, April bingung menjawab apa. Terkadang Om Tio terasa baik dan sayang, tapi di lain waktu pria itu bisa menunjukan taringnya di depan wajah April.

"Baik kak." Jawab April seolah benar-benar yakin dengan jawabannya itu.

"Ya bagus dong kalau Om Tio baik, berarti dia 'kan sayang sama April." Lanjutnya, April hanya terkekeh meski di dalam hati ia merasa semua hal itu memang benar ada di dalam diri Om Tio yang menawan dan juga tampan.

Dan satu lagi sifat Tio yang membuat April tertarik, egois!

Saat April dan Om Tio berada di pinggir tepian menikmati segelas es kelapa segar.

Pria itu melarang April menggunakan ponselnya sementara Om Tio dengan leluasa menggunakan ponsel sesuka hatinya, hal ini tentu saja membuat April merasa pria itu memiliki rasa egois yang besar.

Semua sifat dan karakter Om Tio terkuak sudah, hanya April yang belum merasakan sifat tempramental dari pria itu dan semoga saja benar apa yang dikatakan oleh Nopa jika Tio telah banyak berubag semenjak mengenal April.

"Jadi, kakak pernah ditampar sama Om Tio? Gimana ceritanya itu?" Tanya April yang tertarik pada cerita masa lalu Om Tio.

"Itu adalah terakhir kali aku dan Tio berhubungan, malam hari aku jalan bareng sama temen-temen. Cewek semua, tapi dia tetep nggak suka dan mau aku pulang saat itu juga. Karena aku ngerasa nggak suka terus diatur kaya gitu, akhirnya aku berontak ngelawan dia. Ku kira dia bakal luluh atau setidaknya sadar, tapi ternyata enggak. Telapak tangan Tio membekas di pipi aku, hingga pada akhirnya aku memilih untuk memutuskan hubungan walau pada awalnya Tio tidak setuju. Tapi aku tetap meninggalkannya, karena aku butuh pasangan yang menghargai seorang wanita. Bukan pria tampan yang gemar melayangkan pukulan dan sifatnya yang pencemburu!" Nopa bercerita panjang lebar, di balik cerita itu ada sebuah makna bagi April.

Ketika semua wanita berani mengambil langkah untuk pergi dari kehidupan Tio. Membuat April berpikir apakah dirinya juga sanggup untuk melakukannya seperti yang lain?

"Tapi Tio nggak pernah kaya gitu 'kan sama kamu? Aku harap enggak, karena kamu masih kecil. Aku nggak tega kalau tahu Tio juga akan berbuat hal yang sama ke kamu." Kata Nopa.

"Nggak kok kak, nggak sampe segitunya. Tapi kakak tau dari mana kalau aku masih kecil?" Tanya April, terdengar suara tawa renyah dari Nopa.

"Dari sosmednya Tio, dia sering posting foto kamu dengan caption Love. Ku pikir pasti pacar barunya dan ternyata bener!" Seru Nopa, April menyunggingkan senyum.

Merasa bangga karena pria itu mengakui April sebagai kekasihnya.

"Oh, gitu!" April dan Nopa jadi semakin akrab setelah bertukar pengalaman selama menjalin hubungan dengan Tio, meski April sendiri sebenarnya tidak semuanya jujur ia katakan kepada Nopa. Karena masih tidak percaya pada wanita yang secara tiba-tiba masuk ke dalam kehidupan April yang statusnya adalah kekasih dari mantan kekasihnya, masih ada kekhawatiran April pada wanita itu. Takut jika pada akhirnya Nopa menghasut April untuk meninggalkan Om Tio, hingga wanita itu bisa kembali merebut Om Tio darinya. Entahlah, hanya pikiran negatif April saja atau wanita itu memang selalu menceritakan sisi buruk Om Tio.

Sebodoh apapun April di dalam kehidupan hubungannya dengan Om Tio, tapi ia sama sekali tidak ingin membagis kisahnya yang jelek bersama Om Tio kepada Nopa. Karena apapun yang terjadi, masalah apapun itu, hanya dirinya dan Om Tio yang berhak tahu. Bukan orang lain..

Prinsip April mungkin terlihat bagus jika dinilai oleh orang-orang banyak, tak ingin mengumbar masalah dan membuat semua orang khawatir akan masalah tersebut. Tapi gadis itu tidak sadar jika Tio adalah pria yang berbeda, pria itu cenderung mengekang dan membuat pasangannya hanya tergantung padanya saja. Membuat pasangannya menutup mulut rapat-rapat adalah senjata utama agar semua orang tidak akan berniat menolong gadis itu.

Hingga pada akhirnya, April hanya akan bergantung kepada Tio. Sebesar apapun masalahnya gadis itu tak akan membuka mulut kepada siapa pun, itulah salah satu sisi manipulatif dari Tio.