Tan Xiuying menatap Zhu Longwei dan bertanya, "Tuan, siapa namamu? Bagaimana akhirnya kita bisa sama-sama terdampar di sini?"
"Namaku Zhu Longwei. Aku hanya kebetulan berada di sana. Awalnya aku hanya menonton pertarunganmu, tidak berniat ikut campur. Namun melihatmu terjun ke laut dan terisap pusaran air, aku menunggu waktu yang tepat untuk menarikmu keluar dari air. Namun, waktu itu kurasa sudah terlambat. Meskipun pusaran air tidak begitu besar, kamu sudah terisap jauh ke dasar laut, hingga kemudian kita sama-sama terdampar ke pantai ini."
Sharon sering menonton film fantasi, pusaran air selalu digambarkan sebagai portal menuju dimensi lain. Benda-benda yang kebetulan masuk tersedot pusaran air akan tenggelam terbawa arus hingga ke kedalaman laut, setelah itu terlempar ke tempat jauh.
"Begitu tersadar, aku hanya memberimu pertolongan pertama dengan mengeluarkan air dari paru-parumu. Namun, ketika aku melihatmu tak bernapas dan denyut nadimu tidak ada lagi, kukira kamu sudah meninggal."
Tan Xiuying terdiam sejenak, mencoba mengumpulkan ingatan asli pemilik tubuh ini, lalu menghela napas dan menjawab, "Sepertinya samar-samar aku bisa mengingat semuanya. Wanita itu adalah Peng Liling, keponakan Kaisar yang menikah dengan Pangeran Keempat, Liu Junjie."
Zhu Longwei berkata, "Mengapa dia bilang kamu sudah menghancurkan keluarganya? Apa tindakanmu yang bisa dianggap melawan kaisar?"
"Menurut Tuan, apa yang sudah kuperbuat?" Gadis itu balik bertanya.
Bibir Tan Xiuying yang merah merekah agak menyeringai―dia terlihat seolah sedang tersenyum, tetapi tidak ada yang bisa menentukan apakah itu senyum sinis atau tidak.
Zhu Longwei terus menatap wajah Tan Xiuying, dan jantungnya berdetak kencang ketika melihat gadis itu tersenyum! Dia menyadari ternyata gadis ini memiliki senyum yang sangat indah, dan sebenarnya dia terlihat cukup memikat.
"Kamu sudah mengusik keluarga mereka. Lebih tepatnya, kamu menggoda suaminya," jawabnya setelah berpikir sejenak. "Apa lagi yang bisa dilakukan seorang gadis muda yang cantik sepertimu. Bagaimanapun seperti kata pepatah, pria bukan tersandung oleh gunung, tetapi tersandung oleh gundukan tanah yang terlihat di depan mata."
Tan Xiuying menyeringai lagi. "Tidak perlu menebak bagaimana kelanjutannya, Tuan Zhu."
"Aku tidak percaya nyalimu bisa sebesar itu!" ujar Zhu Longwei seraya mencuri pandang ke wajah gadis itu lagi. Mendadak dia menyadari kalau gadis itu memiliki paras yang sangat manis, terutama sepasang mata jernihnya, yang berbinar-binar bagai bintang di langit malam. Rambutnya yang masih agak basah tergerai alami, dengan lembut membelai pakaian hijau zamrudnya. Walaupun gadis itu berbadan agak kecil dan kurus, kulitnya masih bagus dan kemerah-merahan, semulus kulit bayi yang baru lahir.
Gadis ini memang cantik, tetapi siapa pun akan sulit percaya bahwa gadis belia seperti ini sanggup menaklukkan hati seorang pangeran sampai menghancurkan rumah tangganya. Entah perbuatan apa lagi yang sanggup dilakukannya hingga bahkan berani menantang kehendak Kaisar.
"Lalu apa rencanamu sekarang?"
Tan Xiuying menghela napas, kemudian mengangkat bahunya. "Entahlah. Belum kupikirkan."
"Kalau aku boleh memberi saran, sebaiknya kamu pulang saja ke kediamanmu di Jiujiang. Baru setelah itu kamu pikirkan rencana selanjutnya."
"Terima kasih, Tuan Zhu. Itu sepertinya ide yang bagus."
Bagaimanapun, Tan Xiuying harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dan menghadapi keluarganya daripada harus berkeliaran tanpa tujuan. Namun, dia harus berhati-hati agar kepulangannya tidak diketahui siapa pun. Semuanya harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi karena di mata Peng Liling dan orang-orangnya, Tan Xiuying yang asli sudah mati.
"Aku akan mengantarmu sampai ke rumah dengan selamat."
Tan Xiuying ragu-ragu sejenak. Zhu Longwei menangkap kebimbangannya.
"Apa yang kamu khawatirkan? Kamu tidak memercayaiku?"
"Bukan begitu. Tuan Zhu sudah baik padaku dan menolongku. Namun di mata Peng Liling dan orang-orangnya, aku sudah mati. Bagaimana seandainya mereka tahu kalau aku masih hidup? Bukankah itu akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi?"
Zhu Longwei berpikir sejenak lalu berkata, "Tidak ada jalan lain, kita harus menyamar sebagai penduduk desa biasa. Pakaian yang kita kenakan sekarang terlalu mencolok."
Sampai saat ini, Tan Xiuying bahkan belum melihat seperti apa wajah dan tubuhnya, apa saja yang dikenakannya. Dia memandangi pakaian hijau zamrud mahal yang dia kenakan sekarang. Ke mana pun dia pergi dengan berpakaian seperti ini tentu akan menarik perhatian banyak orang, tak terkecuali para penjahat.
Akhirnya dia mengangguk sependapat dengan Zhu Longwei. Sepasang matanya yang berkilau tampaknya diam-diam menyampaikan seribu kata.
Zhu Longwei berkata, "Kalau menurutmu kamu sudah lebih baik, kamu bisa bangun sekarang."
Tan Xiuying bangkit perlahan-lahan, seolah-olah dia akan ambruk kapan saja. Melihat Tan Xiuying berdiri dengan limbung, Zhu Longwei buru-buru mengulurkan tangannya dan membantu gadis itu berdiri, terutama memperhatikan tangannya yang bagus.
Tangan Tan Xiuying terasa hangat secara tidak normal. Dia ingin memprotes tetapi dia malah menggigit bibirnya dengan keras.
"Masih sakit?" tanya Zhu Longwei.
Tan Xiuying menggeleng dengan cepat, berusaha menyembunyikan air mata di matanya. Dia telah menghabiskan waktu yang lama sendirian bersama pria yang bahkan tidak dikenalnya ini. Meskipun pengalaman masa lalunya sebagai Sharon Lin cukup traumatis, dia tidak pernah merasa lebih bahagia mendengarkan pertanyaan singkat yang baru saja dilontarkan orang ini padanya.
Dua kata itu sudah cukup untuk menghiburnya.
Saat Tan Xiuying tersenyum kecil, Zhu Longwei menatap lesung pipinya yang manis. Pemandangan itu memikat hatinya lagi dan membuatnya serasa mabuk kepayang. Dia benar-benar lupa tentang misi awalnya dan bagaimana dengan nasib Meng Jie yang masih dia tinggalkan sendirian di tebing.