webnovel

Masa Lalu Sang Pemilik Tubuh

Tertegun sesaat, Zhu Longwei kemudian berkata dengan kesal, "Apa yang kamu lakukan, Nona!? Aku hanya bermaksud memeriksa lukamu!"

"Jangan mendekat atau aku akan berteriak sehingga semua orang akan datang ke sini." Sharon menggertak dan mencoba berontak.

Pria itu mencibir, "Berteriak? Tempat macam apa Lembah Iblis ini menurutmu? Bahkan tentara pun tidak berani mendekat. Jangan pernah coba-coba berteriak, atau teriakanmu akan membangunkan kawanan iblis penjahat atau hantu-hantu gentayangan yang berlindung di tempat persembunyian mereka. Kusarankan agar menghemat tenagamu dan patuhilah aku. Jika kamu masih bersikap menjengkelkan, aku akan melemparkanmu ke laut lagi. Yakinlah, kawanan ikan hiu di sana masih menunggu kesempatan untuk melahapmu."

Sharon tertegun.

Walaupun ucapannya hanya asal-asalan, ancaman itu sangat manjur. Sharon agak gentar dengan pernyataan terakhirnya. Dia telah keluar dari lubang harimau lalu masuk ke sarang serigala di zaman kuno dan tidak dapat kabur. Jika dia benar-benar dilemparkan ke laut, bahkan mungkin tak satu pun tulangnya yang tersisa setelah semuanya usai.

Kemudian, Zhu Longwei meraih pergelangan tangan Sharon yang lemah dan memeriksa denyut nadinya. "Kamu terluka, Nona. Biarkan aku memeriksa kondisimu."

Sharon gemetar saat merasakan sentuhan tangan pria itu di pergelangan tangannya. Pria ini seperti aktor hebat. Dia pasti tahu bagaimana cara memikat dan menenangkan seorang wanita. Jika pria itu hidup di zaman modern, dia pasti akan menjadi idola banyak gadis. Semua 'oppa', pemuda Korea yang tampan dan jangkung harus minggir. Sangat disayangkan pria ini lahir pada zaman kuno dan hanya berakhir menjadi pendekar tampan.

"Aku tidak bermaksud ikut campur, tetapi hanya ingin bertanya. Apa sebenarnya yang sudah kamu lakukan, Nona? Mengapa orang-orang itu mengejarmu?"

Sharon mengernyit bingung. "Aku tidak mengerti maksud Tuan."

Zhu Longwei menatap gadis muda di depannya lekat-lekat. Gadis ini cantik dengan pipi putih kemerahan yang kini agak bengkak, mata bulatnya besar dan tampak jernih. Zhu Longwei berdeham dan berkata dengan tegas, "Jangan pura-pura tidak tahu. Aku dengar sendiri ketika wanita berbaju merah itu memaki-makimu. Siapa dia? Apa yang kamu lakukan sehingga membuatnya semarah itu?"

Sharon tergagap, "Aku tidak berpura-pura. Setelah terguncang dan takut, apalagi tubuhku dalam kondisi tidak baik setelah membentur batu dan kepalaku masih pusing. Aku khawatir tidak akan bisa mengingat apa pun."

Zhu Longwei agak heran karena Sharon mengatakan hal semacam itu. Apakah itu semacam taktik mengulur waktu atau membuat dia agak lengah?

"Kepalamu terbentur batu? Bagian mana yang terluka? Coba kulihat."

Sharon ragu-ragu sejenak tetapi buru-buru bertindak ketika dilihatnya pria itu mengangkat alisnya dengan kesal. Dia beringsut, menunjuk ke sisi kanan kepalanya, "Ya, di sini, ada benjolan besar."

Dia menundukkan kepalanya. Rambut hitam pekatnya terurai bak sutra halus, memancarkan aroma semerbak yang samar saat setiap helaiannya menyapu punggung tangan Zhu Longwei. Rasanya seperti tersapu oleh ujung bulu merak halus; bak capung yang melompati permukaan danau. Zhu Longwei menyeringai seolah mengejek dirinya sendiri, sudah berapa lama sejak terakhir kali dia menyentuh seorang wanita? Sudah hampir tujuh tahun sejak dia tiba di daerah ini.

Dia mengulurkan tangannya dan merasakan ada benjolan. Gadis ini tidak bohong.

"Aduh!" seru Sharon dengan gaya terlalu dibuat-buat seraya menghirup seteguk udara dingin agar terlihat lebih menderita.

Sesaat kemudian, Zhu Longwei menurunkan tangannya dan menatap gadis itu. "Apa kamu masih ingat namamu? Bagaimana dengan keluargamu?"

Sharon menggeleng dengan jujur.

Zhu Longwei berkata, "Pantas saja. Benturan di kepalamu itu menyebabkanmu mengalami lupa ingatan. Mudah-mudahan cederamu tidak parah dan lupa ingatanmu hanya sementara saja."

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Sharon.

"Kamu seorang diri bertarung melawan sekelompok petarung sebelumnya. Dalam keadaaan terdesak, kamu terjun ke laut, terseret pusaran air yang membawamu hingga ke dasar laut dan sepertinya kepalamu membentur batu pada waktu itu."

"Zaman apa sekarang? Di mana aku dan siapa aku sebenarnya?" Sharon memberondongnya dengan banyak pertanyaan sekaligus.

"Sekarang adalah zaman Dinasti Han. Setelah terseret pusaran air, kita sekarang berada di daerah Wu di provinsi Yang. Dari jurus-jurus yang kamu gunakan waktu bertarung tadi, aku menduga bahwa kamu adalah putri dari Keluarga Bangsawan Tan."

Saat itulah Zhu Longwei terlihat seperti mengingat sesuatu. Dia memandang gadis itu lalu mengucapkan, "Aku tahu! Kamu adalah Putri Pertama Bangsawan Tan Jianjun, namamu adalah Tan Xiuying!"

"Bagaimana Tuan tahu kalau namaku Tan Xiuying?" tanya Sharon.

"Bangsawan Tan Jianjun yang bergelar Marquis Jiujiang adalah seorang yang terpandang, jujur, dan bijaksana. Sebagai salah satu kerabat Kaisar yang diberi gelar dan kekuasaan untuk memerintah sebagai penguasa di wilayah Komanderi Jiujiang, namanya sudah terkenal di seantero negeri ini. Tentu saja semua orang tahu kalau beliau memiliki dua orang putra dan tiga orang putri. Melihatmu menguasai kung fu sehebat itu, aku menduga bahwa kamu pastilah Putri Pertama Tuan Marquis, Tan Xiuying."

Kata-kata pria itu bagaikan kunci yang membuka kotak pandora ingatan Sharon. Banyak memori seketika terlintas di benaknya 


Itu pasti ingatan awal dari sang pemilik tubuh ini. Gambaran yang dilihatnya tampak agak pelik, tetapi Sharon bisa merangkainya dalam waktu singkat.

Putri Ketiga Marquis Jiujiang dikabarkan telah hilang. Dengan sikapnya yang kejam, dominan, dan keras kepala, dia selalu menindas orang yang lemah sehingga membuatnya selalu dijauhi oleh orang-orang. Dia menggunakan kecantikan dan kecerdasannya untuk mencapai apa pun yang diinginkannya, termasuk mendekati Pangeran Keempat, Liu Junjie yang baru saja dinobatkan menjadi Raja Huainan. Gayung bersambut, karena Liu Junjie ternyata juga menyukainya. Tidak akan menjadi persoalan bila pangeran itu masih lajang, pasalnya dia sudah beristri.

Begitu hubungan mereka tercium, hal ini dipandang sebagai penghinaan bagi keluarganya. Tan Jianjun, ayah Tan Xiuying memarahinya habis-habisan dan memberinya hukuman berat - mengasingkannya ke desa terpencil dengan pengawalan ketat. Namun, gadis itu berhasil kabur dalam perjalanan menuju ke desa itu.

Jauh sebelum perjalanan ke tempat pengasingannya itu, Tan Xiuying yang asli menerima surat rahasia dari kekasih gelapnya. Setelah berhasil kabur, dia langsung pergi menuju tempat yang telah disebutkan dalam surat itu. Namun, dia tidak tahu kalau ternyata itu cuma jebakan!

Ratu Huainan, Peng Liling adalah anak angkat dari sepupu Kaisar, yang telah menikah dengan Pangeran Keempat, Liu Junjie. Didasari oleh kecemburuan yang berkobar-kobar, wanita itu telah menjebak Tan Xiuying yang asli dengan mengirimkan surat atas nama suaminya untuk memancing kehadirannya. Dia sengaja menetapkan pertemuan itu di Kota Houguan di bawah wilayah Komanderi Kuaiji dengan topografinya yang berupa perbukitan, pegunungan, dan dataran tinggi terjal yang mengarah langsung ke laut.

Tujuan Peng Liling hanyalah satu yaitu mengerahkan pasukannya dalam pertarungan untuk menangkap hidup-hidup gadis yang telah merayu suaminya itu, atau membiarkan gadis itu terdesak hingga tercebur dan mati ditelan lautan ganas.

Sesuai harapannya, Tan Xiuying yang asli sudah mati saat terjun ke laut dan terisap pusaran air yang ganas. Namun yang tak diduganya, seorang agen rahasia dan mata-mata dari dunia modern secara kebetulan telah merasuki tubuhnya dan membangkitkan gadis itu kembali.

Memilah-milah dan menata ingatan yang didapatkannya adalah tugas yang mudah bagi Sharon yang merupakan seorang ahli siasat dan strategi.

Betapa pelik masalah yang ditimbulkan gadis bengal ini di masa lalunya!

Berhubung dia adalah pemilik baru tubuh ini, dia memutuskan untuk menjalani kehidupan yang indah dan menyenangkan, bahkan membantu Tan Xiuying yang asli memperbaiki segala sesuatu akibat perbuatannya. Ini akan menjadi tugas yang sangat sulit baginya, mengingat gadis ini adalah biang kerok dari tragedi yang akan menimpa keluarganya kelak. Dia mencium bau intrik berdarah dan kematian yang tak terelakkan di seputar gadis ini di kemudian hari.

Huh! Jalan yang membentang di depannya masih panjang dan sukar. Menyerah? Tidak ada kata seperti itu di dalam kamusnya!

Mulai saat ini dan seterusnya, kamu adalah Tan Xiuying. Sharon Lin hanya masa lalu. Kamu tidak akan pernah kembali lagi ke masa itu. Kamu sudah mati, batinnya.

Untuk catatan, saya akan menerjemahkan gelar kebangsawanan sesuai padanan yang pas dalam Indonesia.

Sedikit penjelasan, MARQUIS (Bangsawan Tinggi) adalah para bangsawan terutama kepada mereka-mereka yang masih memiliki hubungan darah dengan Kerajaan.

DUKE (Adipati) adalah gelar yang diberikan kepada para penguasa yang menguasai sebagian wilayah. Masih banyak lagi gelar-gelar kebangsawanan yang akan saya gunakan ke depannya nanti. Bagaimana menurut kalian kisah ini? Beri masukan ya. Thanks

Karensiacreators' thoughts
Next chapter