webnovel

PENGASUH TUAN MUDA

"Bertemu denganmu aku bisa tersenyum dan tertawa. Bertemu denganmu aku bisa melupakan kenangan masa laluku yang menyakitkan." (El Rumi) El Rumi (22 th) seorang laki-laki yang dingin dan arogan mempunyai luka bakar di sebagian wajahnya akibat kecelakaan tunggal tanpa tahu penyebabnya. Akibat kecelakaan itu semua orang di sekitarnya menganggapnya sebagai monster yang menakutkan. Bukan hanya semua semua orang yang mengucapkannya, teman-teman dekatnya juga meninggalkannya. Bahkan tunangannya sendiri dengan tega mengkhianatinya tepat di depan matanya. Fuji An (20 th) gadis cantik dan pemberani berpenampilan sederhana dan tidak berpendidikan mendapat tugas dari Nenek El Rumi untuk menjadi pelayan pribadi El Rumi. Hidup El Rumi seperti tinggal di dalam neraka saat bertemu dengan Fuji An yang membuatnya selalu marah karena selalu ikut campur dalam urusan pribadinya. Mampukah Fuji An bertahan dengan El Rumi yang selalu membuatnya kesal? Bagaimana reaksi Fuji An dan El Rumi saat Neny menjodohkan mereka berdua? Dan bisakah Fuji An bertahan saat tunangan El Rumi datang dan meminta kembali padanya?

NicksCart · 青春言情
分數不夠
10 Chs

PERASAAN BERSALAH

"Tuan Muda?? anda kenapa?" tanya Fuji An dengan cemas segera mendekati El Rumi yang terlihat susah bernapas.

"Sepertinya alergiku kambuh," ucap El Rumi sambil memejamkan matanya, ia tidak tahu apa yang sudah ia makan hingga tubuhnya bereaksi hebat dan membuatnya sulit bernapas. Yang ia tahu, ia akan mengalami rasa sakit yang luar biasa hingga kesulitan bernapas saat ia minum obat sembarangan tanpa resep khusus dari Thariq, yaitu Dokter pribadinya sekaligus sahabatnya yang selama ini bekerja untuk menjaga kesehatannya.

Penyakit alergi pada obat sudah ia miliki sejak ia masih kecil hingga ia dewasa.

"Alergi? apa anda alergi debu atau alergi makanan?" tanya Fuji An dengan tatapan tak bingung sekaligus panik. Ia sama sekali tidak percaya kalau obat pencuci perut yang ia beri pada makanan El Rumi akan membuat El Rumi kesakitan hingga kesulitan bernapas.

"Aku alergi obat. Aku tidak tahu apa yang sudah makan. Aku akan kesulitan bernapas kalau minum obat sembarangan," jawab El Rumi dengan suara yang sangat pelan dan tubuh yang mulai lemas.

"Tolong bantu aku," ucap El Rumi berusaha kembali ke tempat tidurnya sambil memegangi dadanya yang berdebar kencang dan nafas yang semakin sesak.

Tanpa berkata apa-apa, dengan cepat Fuji An membantu El Rumi naik ke atas tempat tidur agar bisa berbaring.

"Ya Tuhan!! dia alergi obat? bagaimana ini? aku sama sekali tidak tahu tentang hal itu!" teriak Fuji An dalam hati semakin panik atas apa yang ia lakukan pada El Rumi.

"Tuan Muda, apa anda memerlukan sesuatu? atau aku panggil saja Neny?" tanya Fuji An benar-benar panik dan takut terjadi sesuatu pada El Rumi.

"Ambilkan obatku di dalam laci itu, dan bilang Neny untuk menghubungi Thariq lagi. Kenapa dia belum datang juga. Sepertinya perutku juga sakit, perutku sangat mulas sekali," sahut El Rumi sambil meremas perutnya yang terasa mulas ingin buang air besar.

Fuji An menggigit bibir bawahnya, ia semakin yakin kalau apa yang di alami El Rumi akibat obat pencuci perut yang ia campurkan di makanannya.

"Sebentar Tuan Muda, biar aku ambil obatnya," sahut Fuji An dengan cepat dan bergegas ke arah laci meja kecil untuk mengambil obat milik El Rumi.

"Tuan Muda, ini obatnya," ucap Fuji An sambil membawa obat El Rumi, namun kemudian Fuji An tak bergerak di tempatnya saat melihat El Rumi tak bergerak di tempatnya.

"Tuan Muda!!!" panggil Fuji An segera melempar obat yang di pegangnya dan menangkup wajah El Rumi yang pucat pasi.

Beberapa kali Fuji An memanggil nama El Rumi, namun El Rumi tetap tak bergerak juga.

Fuji An semakin panik, dengan perasaan cemas ia membaringkan kepala El Rumi, kemudian berlari ke kamarnya untuk mengambil minyak kayu putih.

"Ya Tuhan, semoga dia tidak kenapa-kenapa. Kalau dia mati bagaimana? aku tidak mau di penjara! kenapa jadi seperti ini sih?!" teriak Fuji An dalam hati sambil berjalan kembali ke kamar El Rumi.

"Tuan Muda?" panggil Fuji An lagi sambil melumuri telapak kaki El Rumi dengan minyak kayu putih juga ujung hidungnya agar cepat sadar.

"Ya Tuhan, Tuan Muda... Tuan Muda, bangun." ucap Fuji sambil menepuk-nepuk pipi El Rumi. El Rumi tetap bergeming dengan kedua matanya yang terpejam.

Fuji An sangat terkejut saat melihat seluruh kulit tubuh El Rumi keluar ruam-ruam merah dan beberapa bagian terlihat bengkak, bahkan Fuji An melihat jelas nafas El Rumi terlihat sangat berat.

"Tuan Muda!! Tuan Muda!! Ayoo, bangun Tuan Muda, jangan membuatku takut," ucap Fuji An kembali menepuk pipi El Rumi berulang-ulang dengan cukup keras. Jujur, Fuji An sangat takut dan cemas melihat El Rumi yang tak bergerak dengan nafasnya yang sangat berat.

Merasakan sentuhan yang keras di pipinya, perlahan El Rumi membuka matanya dan menatap wajah Fuji An yang sangat dekat dengan wajahnya.

Melihat kedua mata El Rumi terbuka, kembali Fuji An menangkup wajah El Rumi.

"Syukurlah anda sudah bangun Tuan Muda. Aku pikir anda...." Fuji An tidak melanjutkan ucapannya saat El Rumi menyingkirkan tangannya walau sangat pelan.

"Apa kamu pikir aku mati? di mana obatku?" tanya El Rumi dengan suara yang sangat berat berusaha bangun untuk duduk bersandar.

Tanpa memperdulikan ucapan El Rumi yang selalu membuat hatinya jengkel, Fuji An segera memberikan obat yang ia ambil juga segelas air yang selalu tersedia di kamar.

"Aku tidak tahu apa yang anda pikirkan. Anda sudah lemah seperti ini, tapi masih saja berpikir buruk padaku. Cepat di minum obatnya! lihat, seluruh kulit anda sudah merah dan bengkak. Apa memang seperti ini kalau orang alergi obat?" tanya Fuji An dengan bibir manyun merasa penasaran juga dengan penyakit alerginya El Rumi.

El Rumi hanya menganggukkan kepalanya kemudian menelan obatnya.

"Apa yang kamu lihat sekarang, masih tidak seberapa. Dulu pernah lebih dari ini sampai aku pingsan dan harus menginap beberapa hari di rumah sakit," lanjut El Rumi sambil menyerahkan gelas yang sudah kosong pada Fuji An.

Fuji An terdiam, menatap El Rumi dengan tatapan bersalah. Apa yang terjadi pada El Rumi sepenuhnya karena kesalahannya.

"Em, sebaiknya anda istirahat Tuan Muda. Aku mau lihat apa Dokter Thariq sudah datang atau belum," ucap Fuji An seraya bangun dari tempatnya. Entah kenapa tiba-tiba ia merasa canggung dan takut menghadapi El Rumi yang pasti tahu kalau ia penyebab dari semua yang terjadi.

"Hei, tunggu!" panggil El Rumi sebelum Fuji An membuka pintu kamar.

"Jangan cerita pada Neny tentang hal ini. Cukup kamu memastikan Thariq datang untuk memeriksaku," ucap El Rumi dengan wajahnya yang masih pucat.

Untuk sesaat kembali Fuji An terdiam, tapi kemudian menganggukkan kepalanya dan segera keluar kamar.

Sambil menggigit bibir bawahnya Fuji An berjalan ke ruang tengah. Ia masih penasaran apa yang ada di dalam pikiran El Rumi setelah mengalami alergi yang tiba-tiba menyerangnya.

"Kira-kira apa yang dia pikirkan sekarang? Apa dia tahu kalau aku yang menyebabkan alerginya kambuh? Dia pasti tahu ada sesuatu di makanan yang aku berikan padanya, tapi kenapa dia tidak marah atau langsung menyalahkan aku??" tanya Fuji An semakin serba salah dengan sikap El Rumi yang tidak marah padanya.

"Fuji An,"

Tiba-tiba terdengar suara Neny yang cukup membuatnya terkejut. Segera Fuji An menoleh ke arah Neny dan melihat Neny datang dengan seorang pria muda yang berpenampilan rapi.

"Ya Neny, ada apa?" tanya Fuji An sambil sekilas melirik ke arah pria yang berdiri di samping Neny.

"Fuji An sayang, dia Dokter Thariq temannya El. Tolong antarkan ke kamarnya El ya," ucap Neny dengan tersenyum.

Dengan cepat Fuji An menganggukkan kepalanya kemudian menatap Dokter Thariq yang sedang menatapnya dengan tersenyum.

"Mari Dokter, aku antar ke kamarnya Tuan Muda," ucap Fuji An dengan tersenyum membalas senyuman Dokter Thariq.

"Terima kasih Fuji An, nama kamu Fuji An kan?" tanya Thariq dengan ramah mengikuti langkah Fuji An yang berjalan ke arah tangga menuju kamar El Rumi.