Sebentar lagi aku akan tiba di tempat latihan. Ya, hari ini jadwal latihan cerdas cermat. Memasuki ruang latihan kulihat Delon sedang duduk, belum lama ini ku dengar tim bola voli nya menang.
Ku berjalan mendekatinya
"cieee yang tim nya menang lomba.. berarti bakalan di traktir makan nih", kataku sambil ngagetin Delon.
Tapi dia biasa saja, tak seperti orang yang dikagetin. Sebal.
Dia menatapku. Lalu aku duduk di kursi yang ada di sampingnya.
"haha, kamu tau dari mana", tanya nya.
Aku balik menatapnya.
"yah dari sosmed. Kan banyak tuh teman-temanmu yang post foto", jawabku.
"oh, gitu yah.. btw hafalanmu udah kelar?"
Kami lanjut dengan membincangkan hal seputaran lomba. Dia tidak banyak membahas tentang kemenangan timnya, kata teman teman ku dia memang sejak masuk SMP dia ikutan ekskul voli, terus lama kelamaan udah makin jago aja, bahkan hanya dalam waktu satu tahun tubuhnya jadi atletis gitu, tinggi pula, padahal dulunya tuh bocil banget haha.
Aku ingat pernah stalk FB nya terus ada fotonya yang baru masuk SMP, astaga emang masih kayak bocah yang imut gimana gitu, pendek pula. Aku sampe gak habis pikir, segitu cepatnya yah pertumbuhan laki laki apalagi kalau udah masuk masa puber.
Terkadang itu bikin aku merenung, kapan badanku ini bisa nambah tingginya, bisa nambah berat badannya, karena menurut ku badanku itu tergolong kurus, kata orang orang juga gitu sih, katanya aku kecil. Kesel.
Setelah selesai berbincang ku lihat sekelilingku, Sara sedang menghafal sambil duduk di kursi yang agak jauh dari tempat kami. Aku pergi menghampirinya.
"udah kelar nih materinya?", kataku sambil duduk di kursi yang ada di sampingnya.
Sara agak kaget dengan kedatanganku.
"eh, Nath, ngagetin aja. Hafalanku dikit lagi kelar nih", katanya dengan bangga.
"btw, chat yang kamu suruh aku kirim ke dia itu..",
"Sar, ikut sama aku bentar",
Belum sempat ku selesaikan kalimatku, sudah di potong sama landak sawah. Dasar memang. Rambutnya tuh bediri tajam kayak duri landak, terus dia bau pasti belum mandi, dasar landak sawah. Si Sara juga, kayak orang linglung gitu, langsung ngikut aja.
**
"Nath?! Bareng gak?!", teriak landak sawah yang udah mandi, rapi pake seragam.
"ia bentar!", teriakku sambil memakai sepatu.
Kami bersekolah di SMA yang sama, namun beda kelas. Aku MIPA 5 sedangkan Azio MIPA 3. Eiitss, itu bukan kelas yang didasarkan kemampuan akademik yah, tapi random.
Saat itu aku dan Azio sedang menjalani kelas 1 di SMA Negeri. Kalau Sara masih kelas 3 SMP jadi bentar lagi ujian, kalau Delon masih kelas 2 SMP. Tapi umur kami hanya beda setahunan, aku terlalu cepat masuk sekolah, bahkan Sara lebih tua dariku.
Kami sering pergi ke sekolah bersama, pulang juga sering bareng, ke kantin juga bareng. Kalau lagi jalan banyak yang menyapa apalagi cewek cewek, kayaknya sih nyapanya karena ada Azio. Memang sih aku akui Azio lumayan tampan. Lumayan yah. Jadi kalo lagi jalan berdua apalagi pas istirahat, pasti banyak yang nyapa. Dibandingkan aku, apalah aku ini yang jalan bareng orang ini, cuman cewek biasa aja yang punya otak dan pikiran haha.
**
Suatu ketika saat jam istirahat, aku berdiri sambil nyandar di tiang pintu, tiba tiba ku dengar suara minta konser datang dari arah kiri.
"ke kantin yuk", Azio datang dan langsung merangkulkan tangannya di leherku.
Dia memang gak bisa liat situasi dan kondisi, dia memperlihatkan tingkahnya di manapun dan kapanpun karena kedekatan kami dari kecil jadi itu udah kayak jadi hal yang biasa untuknya, apalagi tingkat ke PD annya yang setinggi dewa. Tapi tingkahnya waktu membuat banyak teman teman sekolah jadi memperhatikan kami lebih, yah aku hanya mengatakan kalau kami sudah bersahabat sejak kecil.
Sampai sampai ada yang bilang kepadaku, dalam persahabatan antara cewek dan cowok pasti nantinya akan ada salah satu yang menaru perasaan.
Aku tidak mau memikirkannya karena aku menyerahkan takdirku kepada yang Maha Kuasa, jika itu ditakdirkan maka jadilah, tapi jika tidak, berarti ada yang terbaik yang sudah Tuhan siapkan.
Tapi bicara soal perasaan aku hanya sungguh-sungguh merasakan kenyamanan seorang sahabat dari Azio, sekalipun banyak yang bilang kalo dia menyukaiku, aku hanya menjawab 'kita lihat saja'.
"gimana pelajaran cintanya?", kata Azio sambil kami makan di kantin.
"apaan sih. Orang biasa aja", jawabku dengan santai.
Azio mengambil ponselku yang ada di atas meja lalu dia mengetikkan sesuatu.
"heh, ngapain sih, kamu mau bajak ponselku", kataku dengan kesal.
Azio menghadapakan layar ponselku ke wajahku. Mataku membulat melihat kata kata yang dikirim Azio lewat chat kepada Delon. Sontak aku langsung merebut ponselku, aku hendak menghapus pesan itu tapi udah keburu di read sama Delon.
'Del, tau gak si Sara kasian banget, kamu cuekin yah?'
Itu isi pesannya. Arrgghh. Ingin rasanya ku siramkan es jerukku di wajahnya, tapi gak bisa, sudahlah Azio yang kayaknya cuman bakalan ketawa, tapi nanti bisa jadi pusper banyak orang.
Delon pun mulai mengetik, aku deg degan memikirkan apa yang akan ku balas. Padahal kemarin kan cuman basa basi eh tau taunya udah langsung masuk misi. Yah sudalah. Ku katakan saja. Ku balas chat dari Delon sambil ngomel ngomel ke Azio.
Cuekin Sara? Maksudnya?
Egh, gimana yah, soalnya aku perhatikan kalian kok jarang ngobrol. (kuharap dia percaya)
Gak kok. Biasa aja
Tapi kalian juga seperti saling menghindar
Hmm, keliatan gitu yah
Sejujurnya, Sara banyak curhat ke aku.. aku mau nanya tapi maaf banget yah jangan tersinggung. 0Dia katanya post foto bareng David, kamu gimana emangnya?
Oke. Aku kasih tau kamu. Tapi gak usah bilang-bilang ke siapa siapa yah, bahkan ke Sara.
Iya.
Jujur waktu itu, aku mengincarnya, biasa PDKT. Tapi gak tau kenapa waktu lihat foto itu aku mundur. Aku gak pengen bimbang dengan perasaan, juga perasaannya.
Habis itu kamu menghindar? Tapi dia tuh udah baper duluan sama perhatian yang kamu kasih
Gitu yah. Gak tau kenapa juga sih aku kayak yang pengen lanjut. Aku juga memang menghindar, Karena masih canggung, eh malah keterusan sampe sekarang.
Hmm. Emang yah perasaan gak bisa di paksain. Oke aku ngerti. Tapi setelah ini kalian jangan jaga jarak kayak gini dong. Interaksi aja kayak biasanya, pasti dia juga ngerti sih.
Iya. Btw thanks yah untuk penggalian rahasianya.
Egh, maaf maaf deh wkwk.
Becanda, haha.
Terungkaplah sudah apa yang sebenarnya. Memang, perasaan anak yang baru beranjak remaja itu sangat labil, bersyukur untuk orang yang bisa kritis untuk perasaan yang mereka rasakan.
Karena seperti yang banyak terjadi sekarang, banyak remaja yang tak berpikir kritis, tak memilah mana yang baik, yang akirnya malah diperbudak dengan perasaan yang tak jelas, lalu mengikuti perasaan itu yang kemudian berdampak kurang baik untuk masa depan.