webnovel

PANGERAN UNTUK ELLA

Ella putri seorang bangsawan kaya yang harus tinggal sendiri setelah ayahnya meninggal, sampai suatu ketika seorang pemuda terluka ditolongnya dan ternyata dia seorang pangeran dari negeri seberang ...

pangeran_Biru · 奇幻言情
分數不夠
32 Chs

Arthur 6

Aku menatapnya dengan lekat, kemudian terbelalak terkejut. Ya, aku ingat anting yang dia pakai sekarang mengingatkanku kepada bibi yang memberikan bros ini...

"Bibi itu ,,, mama ?" tanyaku tak percaya. Wanita itu mengangguk sendu.

"Maafkan, mama sayang ... sungguh! saat itu mama ingin sekali mengungkap jati diri mama ... tapi mama tidak bisa, bahkan sekedar memelukmu saja! berikan;ah bros itu pada mama, akan aku perlihatkan sesuatu kepadamu ..." katanya, aku melirik ke arah bros yang tersemat di saku ku, aku membukanya dan memberikannya kepadanya.

"Kamu tahu, sayang... bros ini mempunyai sejarah yang ... sangat panjang! sepanjang, nama belakangmu sekarang ... " kemudian dia bercerita banyak tentang kakek dan nenekku, aku benar-benar tak percaya. Kemudian mama membuka lambang bros dan terlihatlah dua foto kecil yang satu lainnya nempel, ada empat buah jadinya, dua kakek dan nenekku dan mama serta om ... Jeff !

"Ini, orang-orang yang aku cintai, sebelum aku bertemu papamu dan kemudian menikah lagi dengan papa barumu ...!" ucapnya, sambil tersenyum dan mengusap fotonya dengan lembut. Dan dia menceritakan masa lalunya, aku tertegun, Dan ... aku baru menyadarinya, bahwa aku dan papa kandungku yang lain lebih mirip yaitu dalam mencintai wanita apa adanya. Dan mama sendiri terlihat cantik, penampilanlah yang merubahnya dari gadis tomboy menjadi seorang Lady, aku yakin Aurell juga akan begitu.

"Kenapa kamu tersenyum, sayang ? jangan-jangan kamu ingat pacarmu ya ?" tebaknya sontak mukanya memerah. Aku mengangguk malu, dia tertawa renyah.

"Oh ... astaga, aku merasa melihat papamu Jeff dalam dirimu !" katanya tersenyum, sambil memegang tangan.

"Ya, iya lah, kan aku anaknya ..." jawabku.

"Kapan, kamu akan memperkenalkannya kepada kami semua ?" tanyanya, sambil menyantap makanan yang sudah tersaji di meja.

"Mungkin, setelah natal! tidak apa-apa kan ?" tanyaku, mama mengangguk.

"Oke, sekalian kamu ajak dia nanti! Mama juga mau menengok perkebunan anggur kita !" katanya, aku mengangguk.

Tanpa terasa waktu berlalu, mengobrol dengan mamaku yang sudah lama tidak aku temui benar-benar menyenangkan. Dia ramah, tegar dan kuat dalam menghadapi hidupnya. Aku tidak marah kepadanya, sejak aku membaca surat perjanjian itu. Tentu saja sebelumnya aku tidak munafik sempat membencinya juga dalam hatiku. Kalau untuk kisah cintanya, itu juga adalah bagian jalan hidupnya. Aku juga tidak menyalahkannya, sedangkan pria yang dengannya sekarang, mungkin itu pangeran sebenarnya untuk mamaku. Aku percaya setiap orang ada jodohnya, tapi tidak semua berjodoh hanya tuhan yang tahu, mudah-mudahan Aurell adalah belahan jiwaku yang sesungguhnya buatku.

---------

"Kita akan kemana ?" tanya Aurell, ketika aku menjemputnya di Cafe tempat kerjanya untuk mengajaknya peri.

"Ya, jalan-jalan saja !" jawabku, aku tahu saat ini jam sibuknya makan siang, kalau menunggu dia pulang, terlalu malam.

"Arthur, kamu lihat aku sedang sibuk saat ini ?" ucapnya, setelah mengantarkan makanan untuk para tamu, dia mendekatiku dan tak malu-malu mencium bibirku di hadapan semua orang.

"Bisakah, nanti setelah pulang saja ?" tanyanya, kemudian mengambil pesanan lainnya. Aku melirik ke arah Merry, dia memberi kode kepadaku.

"Aurell pergilah, aku rasa cuaca hari ini cerah ini !" ujarnya ketika Aurell kembali. Gadis itu menatap sahabatnya dan menghela nafas.

"Oke, jangan salah kan aku bila kamu kerepotan MerrY ...! jawabnya, dan membuka celemeknya. Merry hanya tersenyum.

"Arthur, tunggulah di luar, aku akan menemuimu dan menerima ajakanmu !" perintahnya, aku mengangguk dan mengucapkan terima kasih kepada Merry, sebelum akhirnya aku keluar Cafe, semua menatapku dan tersenyum melihat insiden tadi.

"Oke ... kita akan ke mana ?" tanyanya, setelah berdiri dihadapanku dengan dandanan rapi. Aku tersenyum dan memegang tangan untuk mengajaknya pergi, dan dia tak menolak dan mengikuti langkahku. Tak lama kami pun sampai.

"Apa kamu ingat, taman ini ?" tanyaku sambil berdiri dihadapannya, dia melirik ke sekeliling melihat taman besar di taman kota. Dia mengangguk.

"Tentu saja, ini ... tempat pertemuan kita kan? kamu memberikan es krim kepadaku waktu itu... " ujarnya, aku mengangguk tersenyum.

"Apa, kamu akan membelikan aku es krim lagi ?" tanyanya sambil menatapku.

"Tentu saja, sebanyak yang kamu pinta sayang ..." jawabku, dan kemudian berlutut di hadapannya. Aurell terkejut.

"Arthur ... apa yang kamu lakukan ?"

"Aurell .... maukah kamu menerimaku untuk menjadi pendampingmu ?" Tanyaku, sambil mengeluarkan sebuah kotak dan membukanya. Aurell menutup mulut dengan tangannya tak percaya.

"Oh ... Arthur ..." ucapnya, tanpa sadar air matanya menetes, dan mengangguk.

"Tentu saja, aku akan menerimamu ... sayang !" ucapnya, hatiku bagai meluap penuh kebahagiaan dan mengambil cincin dari kotaknya, kemudian aku sematkan di jari manisnya. Kotak cincin ini pemberian mamaku, ketika aku ungkapkan untuk melamarnya. Aku sempat terkejut dan menolaknya.

"Tidak mama, aku punya uang dan akan membelinya sendiri !" kataku.

"Arthur, mama mengerti! tapi itu untuk cincin pernikahan saja! ini hanya untuk pengikat kalian berdua! cincin ini warisan dari kakek dan nenekmu! ketika kamu memberikannya, itu tandanya dia menjadi bagian keluarga kita juga kan ?" jelas mama, aku menerima dan membuka kotaknya dan terkejut.

"Astaga, ini ... besar sekali ..." kataku, mama hanya tertawa. Dan saat inilah wajah Aurell ketika cincin itu tersematkan, terkejut dan tak percaya.

"Astaga ... Arthur ... ini ... pasti mahal dan besar sekali !" melihat batu emerlad bertahta berlian di sekelilingnya. Dia menatap cincin yang melingkar di jarinya.

"Itu ... dari mamaku! Aurell ..." Dia menatapku terkejut.

"Aku sudah bertemu dengannya, waktu natal lalu! kamu ingat ketika aku katakan ada acara keluarga ?" Aurell mengangguk, setelah itu aku ceritakan semuanya termasuk rahasia yang tidak di ketahui olehnya.

"Jadi ... kamu akan di tunangkan ?"

"Ya, tapi tidak jadi !" jawabku, sambil memeluknya erat. "Karena sudah ada seseorang di hatiku yang tidak tergantikan oleh orang lain !" lanjutku.

"Oh ... Arthur, aku senang sekali! aku sangat mencintaimu !" ucapnya sambil terisak, aku merenggangkan pelukanku, sambil mengusap air mata di pipinya.

"Aku juga, sayang ... " Dan mencium bibirnya, tak lama kami pun berciuman.

"Arthur ... ?"

Aku melepaskan ciumanku dan kami berdua menoleh, dan terkejut. Karena itu mama dan Om eh papa Jeff. Aurell melirik kepadaku.

"Mama ? kenapa ada disini ?" tanyaku, Aurelll terkejut dan menunduk kepala. Mamaku tersenyum dan juga papa Jeff. Dan leduanya menceritakan sedang apa mereka di taman sebelum akhirnya melirik ke arah Aurell.

"Aurell, kenalkan ini mamaku Lady Isabella Anderson! dan, ehem papaku Jeff Marshall !" ucapku memperkenalkan diri Aurell kepada keluargaku, Aurell agak ragu dan sungkan, tanpa di duga mamaku meraih tangannya.

"Wah, sudah di lamar rupanya ya ?" tanyanya tersenyum bahagia.

"I ..iya mam eh madam ..." ucapnya gugup dan tertunduk malu.

"Aurell, panggil aku mama ...Oke? jangan sungkan, kita akan menjadi keluarga kan ?" ucapnya lembut, Aurell tertegun.

"I...iya .. mama! maafkan aku, kalau tidak sopan ..." ujar Aurell.

"Tidak, apa-apa sayang! aku menerimamu sebagai mantuku apa adanya, tidak memperdulikan latar belakangmu! yang penting bagiku, kamu mencintai Arthur setulus hati !" ucapnya.

"Tentu, saja mama... aku begitu mencintainya !" jawabnya dengan muka memerah, mama melirikku dengan tersenyum, dan aku mengangguk.

"Oh iya, siapa namamu ?" tanya mamaku.

"Aurell Margaretha Swanson !" jawabnya. Mama hanya mengangguk.

"Cincin itu cocok denganmu Aurell, simpan baik-baik ya ?" ucapnya sambil menyentuh pipi Aurell. Dia mengangguk, aku merangkulnya dan dia memelukku.

"Wah, ternyata aku lapar lagi! bagaimana kalau kita semua makan bersama! sekalian untuk merayakan lamaran tadi dan selamat ya untuk kalian berdua! bagaimana kalian setuju ?" papa Jeff menyela dan mengajak kita makan.

"Itu ide bagus Jeff !" seru mamaku, dan keduanya menatapku, kami berdua mengangguk.

Bersambung ...