Aku tidak cantik. Beberapa hari yang lalu, Aku menonton teve bersama ibuku. Disana menayangkan seorang model yang sedang berjalan berlenggak-lenggok diatas jalan putih. Aku melihat angka-angka yang berada di bagian bawah layar teve. Kemudian baru Aku sadari jika Aku mungkin lebih tua daripada mereka. Setelah itu Aku dinaikkan oleh ibu ke kursi rodaku – setelah sebelumnya aku dipangku – dan melihat ke arah cermin. Aku melihat citra diriku sendiri.
Semuanya buram. Aku masih berusaha untuk memfokuskan titik mataku. Kadang Aku melihat ibu menjadi dua, kadang pula Aku melihat semuanya menjadi buram. Mata baruku ini, mata Lili, seharusnya membuatku bisa melihat dengan lebih jelas. Namun, saat semuanya menjadi lebih jelas, baru Aku sadari kalau Aku tidak cantik sama sekali.
Aku masih kecil, Aku terlihat masih kecil. Hm, Aku jadi penasaran, wanita-wanita cantik itu, wanita-wanita yang aku lihat di teve, apa rahasianya memiliki tubuh indah pada umur yang lebih muda dariku? Apakah Aku tua? Setidaknya sejauh yang Aku ingat, Aku sudah cukup hidup dalam waktu yang lama.
Kenapa juga Aku masih hidup sampai detik ini, padahal harusnya Aku sudah mati sejak lama. Ibuku, ibu biologisku, mengapa Dia melahirkanku?
Aku yang harusnya sudah mati, bukan Miya atau Lili. Terlampau banyak orang banyak orang yang menginginkanku untuk hidup. Sejauh yang kuingat, aku harusnya sudah mati saat dulu bermain di sawah. Aku harusnya mati setelah masuk ke sawah dan disengat hewan kecil itu.
Mungkin kalau Aku mati saat itu, Aku tidak akan menyesal. Aku sudah cukup bahagia waktu itu, bisa bermain bersama teman-teman. Aku tidak ingat namanya tapi Kak Quora waktu itu benar-benar baik. Ah Quora, Quora... kok namanya sama seperti teman Ayah? Hm, Aku nanti harus melihatnya langsung.
Hari ini tidak seperti biasanya. Saat ini Siang hari dan Ayah dan Ibuku sudah pulang ke rumah. Mereka terburu-buru ingin pergi ke pernikahan. Ayah berlari dalam rumah menuju ke belakang, sepertinya Beliau ingin mengambil cucian kotor di belakang rumah, begitu juga Ibu yang sibuk di meja rias. Bahkan sampai-sampai bajuku dilempar begitu saja ke sampingku, biasanya mereka mengenakannya untukku sampai Aku menolak dan berusaha berbusana sendiri.
Hari ini Kami akan berkunjung ke pesta pernikahan. Um, kalau begitu Aku juga harus berusaha! Pertama Aku harus mengganti pakaian dulu. Aku mulai melepas kaus hijau yang kukenakan. Sulit rasanya dengan satu tangan, tangan besiku masih sulit kugerakkan. Dia keras dan kadang tidak bergerak seperti yang aku inginkan.
Aku kesusahan untuk melepas satu baju yang Aku kenakan. Lalu Aku mencoba dengan berdiri. Berdiri memang gampang dilakukan. Tapi untuk jalan? Aku harus berpikir keras menggerakkan kakiku yang besi. Yup! dengan berdiri melepas bajuku ternyata lebih mudah. Aku bisa melepasnya. Sekarang tinggal mengenakan baju yang bagus itu.
Ah omong-omong tentang besiku ini, lengan dan kakiku ini dapat aku gerak-gerakan sesuai dengan kehendakku. Tapi jika Aku memaksakan untuk menggerakkannya, kepalaku rasanya sakit.
Kata Ibu jangan terlalu dipaksakan, karena mungkin otak Lili masih menyesuaikan diri. Meskipun pada akhirnya Aku dibantu oleh ibu yang sudah selesai berdandan.
Kemudian kami berangkat.
Sampai di suatu tempat bising, Kami berhenti. Aku keluar dari mobil dan melihat banyak sekali orang berkumpul dalam satu tempat, Berjubel. Banyak orang memakai baju bermotif aneh (batik) seperti kami. Namun Aku menyukai bajuku, karena ini dipilihkan ibuku, baju mereka yang jelek.
Baru beberapa menit keluar dari mobil dan Aku merasa pusing karena banyak sekali orang. Namun, Aku tidak kehilangan diriku. Aku bertekad akan tetap mencari orang yang menikah itu, orang yang bernama Quora.
Aku melihat wajah pengantin pria yang familier. Tapi sepertinya bukan, atau benar dia? Aku tidak yakin. Hm, Dia lebih tinggi dan Dia lebih kurus dari pada yang kuingat. Aku pelototi terus orang itu.
.....
Suamiku sekarang mungkin sedang terburu-buru datang kesini. Sudah 15 menit Aku menunggu, selama itu pula teleponku selalu tidak terjawab. Dia pasti sedang mengemas barang-barangnya setelah terlalu asyik bekerja.
'Dasar workaholic', begitu pikirku.
Aku duduk di bangku depan tempat parkir rumah sakit seperti orang yang sedang menunggu kabar penyakit apa yang diderita koleganya. Namun Sumi pasti sedang menuju kesini sekarang. Aku memang berencana mengambil shift pagi sampai sebelum istirahat siang karena pesta pernikahannya dimulai pada jam 1 siang. Kami sepakat untuk mengambil jadwal waktu yang siang hari ketimbang yang pagi harinya.
Akhirnya Sumi datang. 20 menit menunggu telah membuatku geregetan meskipun kusadari jika Dia sudah ngebut datang ke sini. Kita langsung tancap gas menuju rumah.
"Pak, tolong sampai rumah ambil cucian ya." Kataku sambil memakai micellar water untuk menghapus riasanku di Mobil.
"Huh? Aku yang ngambil?" Katanya.
Meskipun Suamiku tampaknya enggan melakukannya, tapi waktu sudah sampai rumah Dia yang mengambil pakaian. Tak ada waktu bagi kami berdua untuk memanjakan Marie. Aku terlalu sibuk dengan riasanku. Sedangkan Sumi sibuk dengan hadiah yang akan dibawa. Namun, tak apa, sesaat setelah Aku selesai dengan riasanku, aku akan membantu Marie. Ternyata benar, Marie baru selesai melepas pakaiannya. Aku membantunya mengenakan pakaian itu. Ternyata memakai pakaian masih terlalu dini baginya.
Kemudian Kami berangkat. Telat 30 menit dari jam undangan, ternyata acaranya juga telat tak seperti yang telah direncanakan. Kami datang, bersalaman dengan mempelai pria dan wanita. Hiruk pikuk orang datang untuk menyaksikan yang sedang bersuka cita.
Tak ketinggalan juga sesekali Aku memperhatikan Marie. Ini adalah kali pertama bagi Anakku, dan sepertinya Dia sangat menyukainya. Apalagi saat Dia melihat berbagai makanan yang disuguhkan. Matanya menjadi berbinar-binar. Marie kegirangan saat pertama kali memakan es krim. Tak kuat rasanya aku menahan senyum tawa saat melihatnya mengalami Brain freeze(1).
Pesta pernikahan berlangsung meriah. Namun, mungkin Aku sedikit kesepian disini. Hanya ada teman-teman Sumi, kakakku pun tidak datang. Orang sesibuk Raymond mana mungkin bisa menghadiri acara formalitas seperti ini. Namun, tidak.
Perasaan buruk sangkaku terpatahkan olehnya yang tiba-tiba digeret oleh Warno dan Sumi dari pintu masuk. Sontak itu semua membuat mereka bertiga menjadi perhatian semua orang. Bahkan Aku melihat ada yang menggunjing sikap Suamiku dan Warno yang terlalu dekat padahal mereka adalah atasan dan bawahan saat di kantor. Tapi Aku tidak bisa salahkan mereka. Semua orang hanya tidak tahu apa yang terjadi pada mereka bertiga sebelum ini, sebelum mereka menjadi 'orang'.
Setelah itu mereka bertiga berbincang, sedang Aku dan Marie duduk bersama Bu Warni, istri Pak Warno.
"Sudah lama ya, sejak Kita bisa berbincang seperti ini." Kataku.
"Iya ta, kita berdua sama-sama sibuk sama pekerjaan. Eh omong-omong sekarang lagi ada diskon tas LV (Louis Vuitton) loh!" Kata Bu Warni padaku.
"Oh, i-iya?" Kataku pura-pura tertarik.
Anda akan tahu alasannya mengapa Aku hanya berpura-pura.
"Iya, ini (sambil menunjukkan tas yang dibawanya)." Kata Bu Warni.
"Wah dapat (harga) berapa itu?" Tanyaku.
"50." Kata Bu Warni dengan semangat.
Eh buset, tas sekecil itu harganya 50 juta! Tenang Rati tenang. Sebenarnya kalau Aku mau, dengan uangku sekarang, Aku bisa saja membeli itu dengan mudah. Tapi Kami sepakat kalau itu merupakan sebuah pemborosan.
"Itu... murah ya?" kataku.
"Harga aslinya 100. Kemarin saja ada yang menawar 75." Kata Bu Warni.
"Ah, jadi sekalian investasi ya?" Tanyaku.
Dia mengangguk.
"...tapi ya, sayangnya kakak tidak bisa ikut kesini." Lanjutku.
Aku mengalihkan pembicaraan dengan mengajaknya membahas istrinya Raymond yang sudah meninggal.
"Kakak? Ah, Sinta ya? Ya, padahal Dia yang paling vokal diantara kita." Kata Bu Warni.
Hingga saat ini kakakku belum menikah lagi. Istri kakakku sudah meninggal. Dia meninggal sebelum Raymond jadi dokter spesialis penyakit dalam seperti sekarang. Kematian istrinyalah yang membuat Raymond menjadi dokter spesialis penyakit dalam dan semakin mengembangkan asetnya untuk tidak mengulang kematian yang sama terjadi pada keluarganya, pada orang terdekatnya.
Entah mengapa, tapi Aku meliat Marie beberapa kali melihat Quora dan istrinya. Aku penasaran apakah Marie juga ingin segera menikah, ahaha. Setelah itu kami pulang. Mobil yang sebelumnya kosong – tidak kosong juga sebenarnya karena ada bantal, guling dan perlengkapan tidur lainnya yang terbungkus kotak di belakang – kini menjadi mobil roti dan es krim.
Warno yang tahu jika Marie sangat suka es krim, Dia menyuruh orang untuk memberikan semua es krim yang tersisa dan memberikannya pada kami. Apakah Marie senang? Tidak. Saat diberi semua itu, Marie tampak kebingungan.
Berkali-kali anakku melihatku seolah bertanya apakah boleh, apakah tidak apa-apa bila Kita mengambil itu semua. Namun, tetap saja Marie tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Ah hal itu sangat menggemaskan!
(1) Brain freeze: dikenal juga dengan sakit kepala akibat rangsangan dingin atau sakit kepala trigeminal adalah istilah untuk sakit kepala jangka pendek yang biasanya terkait dengan konsumsi es krim atau minuman yang sangat dingin secara cepat. -Halodoc