Hari pertama setelah kepergian Bi, Lea masih betah di kamarnya menatap ke luar jendela mengingat masa lalu indah saat bersama Bi.
Larut dalam kesedihan memang tidak baik, tapi masih sangat awal untuk lupa jika seseorang itu memiliki tempat yang dalam di hati mu.
"Sayang kita sarapan dulu"
"Mami sarapan duluan, Lea masih belum lapar"
"Yaudah kalau gitu mami sama Bu septi sarapan duluan"
Kembali, teringat saat Bi dan Lea mengabiskan waktu bersama di kala itu. Saat bolos sekolah dan mereka memilih pergi bermain Game di sebuah warnet hingga sore hari. Kenakalan itu membuat bibir Lea tersenyum.
"Haaa...kenapa harus secepat ini Bi" Lea menghela nafas panjang.
Langkah Lea pelan menuju meja makan, terlihat mami dan orang tua Bi duduk dalam hening, seperti hanyut dalam sedih masing-masing.
"Kamu udah lapar?"
"Ia mi" Lea mengisi piringnya dengan makanan kemudian duduk dengan keluarga kecil itu.
Hening, kembali suara piring dan sendok yang terdengar, sangat sunyi.
Sesekali terlihat Bu septi mengusap air matanya.
Begitupun Lea yang sesekali terdiam tiba-tiba.
"Besok kami akan pulang ke desa" Bu septi berkata pelan.
"Ma, tunggulah satu minggu kepergian Bi" Lea membujuk.
"Mama gak kuat harus ingat Bi di sini" tangis wanita paruh baya itu tertahan.
"Mama pulanvnya minggu depan yah.." Lea membujuk lembut.
"Yaudah kalau begitu"
"Ia, kalau kita bersama mungkin tidak terlalu sepi" Bu rena menjelasakan.
"Ia bu saya mengerti" Bu septi kembali dengan suapan kecil di mulutnya.
Hari-hari masih sama, rumah itu seperti tak berpenghuni, sepi tak ada tawa di sana.
Denting jam dan suara bibik yang sedang merapikan rumah lah yang kadang membuat rumah itu terasa hidup.
Lea sibuk dengan angan-angan dan sedih nya yang masih mendalam.
Air mata juga masih sering terjatuh.
"Slamat malam tante" Criss dan beberapa teman kantor datang ke rumah itu.
"Slamat malam ayok masuk" Bu septi saat itu membuka pintu.
"Lea nya ada tante?"
"Ohh ada sebentar tante panggil ya" langkah Bu septi sedikit cepat menuju kamar Lea.
Terdengar samar percakapan singkat di sana, tak beberapa saat Lea keluar dengan Piama Biru dan terlihat kusut.
"Kalian datang" suaranya serak.
"Ia kami bawa Vanila cake kesukaan mu" Criss memberi bungkusan.
"Sebentar aku ambilkan Piring" Lea hendak melangkah.
"Biar aku yang ambil" Fio menarik tangan Lea menyuruh nya duduk.
"Oh baik lah, " Lea duduk di sebelah Criss.
"Bagaimana keadaan mu Lea? Kau terlihat kurus" Dea melihat dalam ke mata Lea yang sudah terlihat kehilangan banyak bobot tubuhnya.
"Jujur aku masih belum terima, aku masih sedih" Lea tersenyum kecut ke arah Dea.
"Kamu pasti malas makan ya?" Mira yang duduk di sebelah Sea melihat sedih bos nya itu.
"Haha..aku tetap makan hanya saja makanan itu tidak mau lama di tubuh ku" Lea tertawa kecil.
"Kamu bisa cerita ke kami, kami semua siap membantu mu," Sisi tersenyum.
"Apa yang bisa kamu bantu, sedangkan pekerjaan mu saja berantakan" Fio yang datang menjawab sinis ucapan Sisi itu.
"Setidaknya dia bisa menambah masalah" ucap Criss dengan tawa.
Sore itu sedikit ramai, Bu rena dan Bu septi pun ikut mencicipi Cake Vanila yang di bawa anak-muda itu.
Walaupun terkadang ada raut sedih di wajah keluarga itu, tapi berkat Criss yang sangat pandai berceloteh lucu suasana menjadi lebih hangat.
"Pasti banyak wanita yang kepincut ke kamu ya Criss" Bu septi melihat Ke Criss yang tiba-tiba diam malu.
"AH Tante bisa aja, Criss masih sendiri belum ada perempuan yang mau" Jawab nya malu.
"Ia tante, Criss ini milih-milih dia gak mau perempuan biasa" ucap Dea terlihat jengkel.
"Apa Dea suka sama Criss??" Tanya Bu septi curiga.
"Yahh gak gitu tante, kami kan teman yah gitu deh" Dea menyudahi kata-katanya melihat ke arah Criss.
"Haha..bagaimana dengan Fio?" Bu septi bertanya.
"Aaa saya juga masih sendiri tante" Jawab Fio singkat.
"Gitu deh tante, Perhatian Mira di tolak mentah-mentah sama Fio" Sea melirik Mira.
"Ohh jadi Mira lagi dekat sama Fio" senyum Lea pada gadis itu.
"Gak kok, Fio gak suka di kasih perhatian" Mira tertunduk malu.
"Hahah..anak muda jaman sekarang ya" Bu rena tertawa melihat wajah anak muda itu, malu-malu dan terlihat kemerahan.
Makan malam terasa ramai, meja makan itu penuh dengan tamu Lea.
Ada kehangatan di sana, tidak hanya suara piring dan sendok tapi ada tawa juga cerita di sana.
Aku masih mengisi hari ku dengan ingatan tentang mu saat ini, tapi hari esok sepertinya ingin agar aku bangun dan berjalan karna kita hanya masa yang sudah berlalu.