"Sayang maafin aku" Bi berkata dengan wajah sedih.
"Maaf untuk apa?" Lea bertanya sambil mamandang wajah Bi.
"Maaf karna aku kamu harus dengar ucapan kasar mama"
"Kamu dengar perkelahian ku itu?" Lea sedikit tidak enak karna Bi harus tau masalah itu.
"Ia..maafin mama ya, mungkin mama stress mikirin aku yang sakit dan papa yang lumpuh"
"Apa kamu bisa menyakiti hati orang lain ketika kamu stress?? apa kamu boleh berkata kasar dan menyalahkan orang lain atas kesalahan mu sendiri?" Lea bertanya kepada Bi.
"Maaf sayang, ini semua salah ku yang tidak perduli kesehatan sejak dulu"
"Ia ini salah mu, dan akulah yang di salahkan seolah akulah yang membuat mu sakit" Lea sedikit marah saat itu.
"Maaf sayang.." Bi memegang tangan Lea.
"Sudahlah aku sudah tidak tahan tinggal di sini, aku mau kita pulang dan lanjutkan pengobatan mu. Aku gak mau besok di salahkan lagi karna keras kepala mu" Lea melepas tangan Bi dan berjalan keluar kamar.
Bi terdiam, Lea yang selalu lembut merawatnya beberapa bulan ini akhirnya marah. Bi tau Lea bukan wanita yang suka marah tanpa alasan yang jelas.
Kepulan asap itu keluar dari mulut Lea, entah sudah berapa batang rokok yang di hisapnya. Malam yang dingin pun sudah tidak terasa lagi seakan kulitnya sudah kebal dengan rasa dingin itu, mungkin karna sakit dihatinya lebih besar dibanding dingin malam itu.
Lea memasuki kamar, melihat Bi yang sudah tidur.
Pelan-pelan dia merebahkan tubuhnya di sebelah Bi.
"Kenapa di luar sampe jam segini" Bi melingkarkan tangan nya di tubuh Lea.
"Kamu belum tidur?" Lea bertanya dengan suara pelan.
"Sudah tapi terbangun karan kamu berisik" Bi tersenyum pada Lea.
"Maaf..ayo tidur lagi"
"Ia besok kita harus pulangkan" Bi mengecup bibir Lea.
Malam dingin itu sedikit lebih hangat dengan pelukan Bi pada Lea, seakan membuang amarahnya. Rasa marah Lea juga hilang ketika Bi mengatakan akan pulang esok hari.
"Penderitaan ku sedikit berkurang, aku tidak akan di salah-salahkan lagi" Lea berkata di dalam hatinya.
Pagi itu lea sudah sibuk merapikan koper yang akan di bawa pulang kembali ke rumahnya.
"Kamu udah bangun" Lea melihat Bi yang sudah bangun dan melihatnya berbenah.
"Ia kamu bangun pagi banget"
"Ia jadi kita bisa sampai siang di rumah, jadi. aku bisa ke kantor sebentar ada file yang harus ku urus"
"Bukan karna kamu marah sama mama kan?"
"Bukan, aku cuma pengen tinggal di rumah kita sendiri"
"Oh baik lah"
"Ayok aku bantu kamu mandi lalu kita sarapan" Lea membantu Bi bangun dari tidurnya agar bersiap.
Pukul 7 pagi itu, Lea sudah siap dengan kopernya di teras rumah, Bi pun sudah selesai sarapan dan sudah siap untuk menempuh perjalanan ke kota.
Setelah Bi berpamitan dan Lea mencium tanga papa Bi.
Tapi Lea mencoba membuang wajahnya saat melihat mama Bi.
"Mah Bi sama Lea pulang dulu"
Bi tidak butuh jawaban, Lea yang mendorong kursi Bi ke arah mobil dan membantu Bi masuk ke dalam mobil.
Setelah semua siap Lea masuk ke arah kemudi dan melaju di jalan desa itu, tanpa perduli mama Bi melihatnya dengan wajah bersalah.
"Sayang kamu masih marah sama mama?"
"Ia..aku masih belum bisa terima di salahkan untuk hal yang bukan salah ku"
"Mm...baik lah"
"Kamu istirahat aja " Lea menurunkan kursi agar Bi dapat tidur dengan nyaman.
Perjalanan sedikit sulit untuk Lea, karna sudah lama Lea selalu kurang istirahat. Lea sudah 3 kali berhenti di pengisian bahan bakar untuk membeli kopi karna rasa kantuknya yang luar biasa.
**
"Slamat pagi Fio"
"Pagi" Fio balik menyapa suara itu.
"Aku bawa sarapan untuk kamu" Mira yang datang dengan kotak birunya.
"Kenapa kamu bawa kotak makan untuk ku?" Fio bertanya dengan wajah heran.
"Aku cuma mau kasih aja" Mira menjawab enteng pertanyaan Fio itu.
"Kalau kamu suka sama aku, maaf aku gak bisa nerima perasaan kamu itu. Jadi gak usah buang waktu untuk hal yang sia-sia" Fio berkata agak kasar.
"Kenapa kamu benci banget sama aku?"
"Aku gak benci, tapi kalau kamu terus ngasih kotak seperti itu mungkin aku bisa benci sama kamu" Fio berjalan meninggalkan mejanya dan Mira yang mematung di sana.
Rasa sedih Mira membuatnya tak bisa menahan rasa sakit di hatinya, belum dia mengungkapkan perasaannya dia sudah di tolak oleh Fio.
"Kenapa Mira" Criss yang melihat Mira membuang kotak makanan itu ke tempat sampah dan berlari membuat Criss bigung.
"Ehh dia kenapa??" Sea bertanya pada Criss yang juga bigung dengan kejadian barusan.
"Entah lah, kenapa dia menangis?" Criss bertanya pelan.
"Criss sini" Sea menunjukkan tempat sampah yang berisi kotak makanan berwarna biru.
"Ahh..ini pasti kerjaan Fio"
"Kenapa Fio?" Sea bertanya ingin tau apa yang terjadi.
"Mira kayaknya punya perasaan ke Fio tapi Fio kayaknya gak suka sama Mira, kemarin kotak makanan yang di kasih Mira di kasih sama orang keamanan tapi hari ini cerita nya sedikit berbeda" Criss sedikit memiringkan kepalanya berpikir.
"Oh..lagian udah tau Fio orangnya jutek masih aja di sukai" Sea tertawa dan melangkah ke meja nya.
"Kadang begitu, kita tidak bisa memilih suka ke orang yang ramah saja" Criss tersenyum dengan kata-katanya yang bijak.
Pukul 2 Wib, Lea sampai di depan rumahnya. Raut wajahnya sangat letih. Pembantunya mengangkat barang-batang dari bagasi mobil sedangkan Bi di bantu Bu rena keluar dari mobil itu.
"Sayang kamu pucat" Bu rena memegamg tangan Lea penuh kwatir.
"Lea cuma kurang istirahat mi"
"Yaudah biar mami yamg dorong Bi, kamu pergi istirahat sana" Bu rena mengambil alih kursi roda Bi.
" Bi aku istirahat dulu ya, badan ku rasa nya akan runtuh" Lea berkata dengan suara pelan.
"Ia ia..kamu istirahat dulu"
Langka Lea sedikit lambat, memasuki kamar utama di lantai satu karna keadaan Bi yang tidak bisa naik ke lantai dua, terpaksa kamar mereka di pindahkan ke bawah.
Lea membaringkan tubuhnya yang sangat letih, menarik nafas panjang mencoba melupakan rasa marah dan kawatirnya.
"Kamu apa kabar Bi?" Bu rena bertanya ke Bi yang masih duduk di kursi roda dekat dengan Bu rena.
"Hari ini baik mi, Bi gak ngerasa sakit" senyumnya ke Bu rena.
"Baguslah, bagaimana kabar orangtua mu?"
"Papa masih duduk di kursi roda mi, mama sehat kok"
"Maafkan Lea jika melawan mama mu" Bu rena memelankan suaranya.
"Mami tau masalah itu?"
"Mami tau..Lea cerita bagaimana dia melawan ucapan mama mu, mami tau dia capek dia kawatir jadi maklumlah jika dia marah"
"Ia mi, Bi juga gak membela mama dalam hal itu" Bi sedikit malu atas apa yang terjadi antara mamanya dan Lea.
"Gak apa-apa Bi mereka pasti takut kamu kenapa-kenapa makanya mereka bersitegang dengan ucapan masing-masing" Bu rena mencoba mengerti permasalahan yang terjadi.
"Ia mi..Maafin Bi gak bisa bantu Lea waktu itu"
"Gak gak Bi, kamu gak bisa bantu Lea bagaimana pun mama mu adalah mama mu, Lea istri mu kamu cukup diam dan jadi penengah kamu gak usah ikut campur, mereka cuma emosi sesaat saja"
"Makasih mi udah mau ngerti perasaan kami"
"Ia sayang..udah ayok kamu istirahat dulu. Mami bantu kamu ke kamar yang satunya ya biar Lea bisa istirahat di sana dulu"
"Ia mi..makasih"
Begitulah hari itu berakhir, Lea tertidur hingga malam. Rasa lelah luar biasa membuatnya tidak terbangun.
Sedangkan Bi di bantu Bu rena dan pembatu untuk makan dan minum obat-obatannya.
Aku lelah dengan mereka yang harus selalu ku jaga hatinya, sedangkan aku harus lupa dengan tidur ku agar tidur mu lebih nyenyak.
"Sayang waktu ku tidak lama lagi, kamu harus bisa semangat dan lanjutkan hidup mu" Bi mecium lembut kening Lea.
"Bi kamu mau kemana, aku ikut" teriak nya.
"Waktu mu masih lama, hiduplah bahagia" senyumnya sangat bahagia dan berlari ke arah yang nampak terang.
"Bi aku ikut" teriaknya lagi.
Melihat sekeliling penuh pohon yang indah, bunga-bunganya juga tampak indah. Lea mencari Bi yang hilang entah kemana.
"Bi aku ikut" teriak lea membangunkannya dengan air mata di pipinya, mimpi itu terasa nyata dan terasa menyedihkan.
Apa arti dari mimpi ku itu.