webnovel

Mengejar bahagia (completed)

Arsha gadis desa yang mengadu nasib ke Kota. meninggalkan sang adik bersama neneknya untuk menuju masa depan yang lebih baik. Arka, pilot ganteng yang selalu di kejar oleh cinta masa lalu. Bagaimana mereka bertemu? yang penasaran silahkan baca dan tambahkan ke perpustakaan kalian ya.

kaima · 历史言情
分數不夠
31 Chs

17

Kini dua anak manusia berbeda usia itu tengah duduk berhadapan diruang pribadi milik pria yang sedari tadi tak mengalihkan pandangannya dari wajah gadis yang ada dihadapannya.

Sudah sejak 20 menit mereka duduk diruangan itu tanpa ada yang memulai pembicaraan membuat suasana canggung semakin terasa.

Arsha berdehem untuk mencairkan suasana yang terasa mencekik, ia mengalihkan pandangannya. Tak sanggup lebih lama lagi bertatapan dengan mata tajam penuh intimidasi milik Arka.

"P..pak," panggilnya pelan sambil menoleh kearah Arka.

"Hm."

"Ka..kalau nggak ada yang ingin bapak sampaikan, saya permisih keluar pak," ujarnya pelan nyaris berbisik. Tapi, Arka masih dapat mendengarnya.

"Saya masih nunggu jawaban kamu Arsha."

Arsha tak langsung menjawab, ia menundukkan kepala sambil memilin jari-jarinya. Jantungnya mulai berdebar kencang, tak tau harus mulai menjawab dari mana.

"Arsha."

"Sa..saya bingung pak," akunya jujur.

Arka menaikkan sebelah alisnya."Bingung kenapa, apa yang membuat kamu sulit untuk memilih Arsha."

Arsha menghembuskan nafas pelan, ia memantapkan hatinya lalu mendongak memandang wajah tegas milik pria dihadapannya.

"Saya mau nikah sama bapak."

"Alasannya?"

Arsha mengerutkan keningnya. "Maksud bapak?"

"Saya butuh alasan kamu Arsha, agar semua jelas dan saya tidak ingin kamu terpaksa menerima tawaran saya Arsha."

Terdiam, Arsha tidak langsung menjawab pertanyaan Arka. Jujur, ia hanya mengikuti apa yang hatinya perintahkan. Dan ia selalu percaya bahwa hatinya tidak akan pernah mengkhianatinya.

"Karena, saya selalu mengikuti apa yang hati saya suarakan pak. Saya percaya hati saya tidak akan salah dalam memilih apa yang tengah ia rasakan."

Arka tertegun mendengar jawaban jujur milik Arsha. Entah mengapa senyumnya terbit kala mendengar jawaban itu.

Apa hati Arsha sudah mulai menyukainya? kalau benar, ia sangat bahagia dibuatnya.

"Jadi?"

"Jadi?" Arsha mengulang pertanyaan Arka.

Berdecak Arka kembali bersuara "jadi kamu tidak akan mundur kan Arsha. Karna ketika kata 'iya' sudah keluar dari bibir kamu, maka kamu tidak akan bisa mundur apalagi putar arah," canda Arka.

"Saya pantang untuk mundur ketika apa yang saya ucapkan sesuai dengan apa yang hati saya rasakan."

"Baik kalau gitu, lusa kita akan kekampung kamu untuk meminta restu dari keluarga kamu."

"Apa itu tidak terlalu cepat pak?"

"Tidak ada yang terlalu cepat jika itu menyangkut masa depan kita," jawaban itu sontak membuat wajah Arsha memerah hingga ketelinga.

Lagi-lagi Arka tersenyum melihat wajah Arsha yang sudah seperti kepiting rebus.

"Dan saya ingin kamu mengganti panggilan untuk saya Arsha."

"Hah, maksudnya?"

''Iya, saya sekarang adalah calon suami kamu. Jadi tidak mungkin kamu memanggil saya dengan sebutan 'pak'."

"Tapi, saya sudah nyama dengan panggilan itu pak, apalagi saya masih bekerja untuk bapak."

"Kata siapa kamu masih bekerja dengan saya?"

"Jadi saya dipecat pak?" Arsha sontak menyuarakan isi pikirannya.

Arka terkekeh geli melihat reaksi gadis yang kini sudah menjadi miliknya, ah rasanya Arka sangat bahagia saat mengatakannya.

"Hahaha, Arsha kamu memang sudah resmi keluar dari pekerjaanmu saat ini. Karena kamu sudah naik jabatan menjadi calon istri saya. Dan itu adalah jabatan yang sangat tinggi dihari saya."

Arka bahkan mengucapkannya dengan santai, tanpa mengetahui bahwa Arsha sudah menahan nafas saat kata 'calon istri' keluar dari bibir  milik Arka.

"Jadi saya ingin kamu memanggil saya dengan panggilan 'mas', itu lebih terdengar manusiawi Arsha. Daripada panggilan yang kamu gunakan saat ini."

"Akan saya coba pa..eh mas," ucapnya dengan amat pelan.

"Coba ulangi Arsha?"

"Akan saya coba."

"Bukan yang itu, tapi yang dibelakangnya."

"Yang mana?"

"Yang kamu manggil saya tadi, saya tidak mendengarnya dengan jelas Arsha."

Arsha menghembuskan nafas kesal, jelas sekali raut menggoda yang Arka tampilkan.

"Mas," ucapnya pelan namun dengan nada kesal.

"Sekali lagi dong," pinta Arka dengan cepat.

"Udah deh, saya mau keluar aja."

Saat Arsha hendak bangkit, Arka dengan cepat menahannya.

"Ternyata kamu ngambe'an ya orangnya."

Tak ada sahutan dari Arsha membuat Arka menggaruk tengkuknya. Bingung apa yang harus ia lakukan kala Arsha sama sekali tak mau memandang wajahnya.

"Arsha, kamu marah?"

"Saya minta maaf Arsha," ucapnya lagi kala tak mendapat jawaban dari Arsha.

Arsha menoleh kearah Arka "saya malu pa..mas."

Arka mengangkat sebelah alisnya bingung, "kamu malu kenapa?"

"Jujur, saya belum pernah sedekat ini dengan lawan jenis," gumam Arsha pelan.

"Jadi maksud kamu, saya pria pertama yang mendekati kamu?"

Arsha mengangguk. "Arsha, kita jalani hubungan ini pelan-pelan. Agar kamu tidak merasa tertekan. Katakan saja apa yang ingin kamu ungkapkan dengan saya, saya juga akan melakukannya dengan kamu. Karna dalam hubungan ini tidak hanya kamu, tapi juga ada saya yang akan menjadi kita. Saya harap kamu dapat terbuka dan membagi apapun suka duka, keluh kesah serta perasaan mu pada saya. Kamu harus tau Arsha, bahwa walaupun rasa cinta itu belum tumbuh. Tapi saya tidak dapat mengelak bahwa rasa sayang yang saya rasakan untuk kamu sudah lebih besar dari apapun."

Kalimat itu sudah lebih dari cukup untuk Arsha merasakan bahwa, betapa besar pria dihadapannya ini mengharapkannya. Jujur, Arsha sangat bahagia mendengarnya. Ia merasa begitu diinginkan oleh Arka.

Tanpa ia sadari cairan bening dari pelupuk matanya sudah menerobos keluar. Dapat ia rasakan tangan kekar milik Arka yang mengusap air matanya.

"Jangan nangis, saya nggak mau gagal dalam membuatmu bahagia Arsha. Saya tau perjuanganmu untuk bertahan hingga detik ini bukan hal yang mudah, jadi saya ingin membalasnya dengan membuat senyummu terbit setiap hari. Kalau kamu menangis, saya ingin tangis bahagia yang kamu keluarkan. Bukan tangis duka atau yang lainnya, apalagi itu karna saya."

Arsha sudah tak sanggup membalas perkataan Arka. Sungguh beruntungnya ia mendapatkan laki-laki seperti Arka.

Tuhan tolong bahagiakan kami hingga maut datang menjemput. doa Arsha dalam hati.

*******

Batam, 16 Oktober 2019.