"Lena, sudahlah. Hadiah ini kan juga buat aku. Aku suka kok." Lena merangkul lengan Ethan dan merapatkan diri ke tubuh suaminya saat tiga orang dari departemen HRD datang menghampiri mereka.
Ethan tersenyum pada istrinya. Dalam hati ia tertawa melihat tingkah Lena yang menurutnya terlalu berlebihan.
"Iss. Polos banget sih kau jadi orang. Dikasih barang imitasi gitu aja udah girang minta ampun."
"Biarin, wek." Megan menjulurkan lidahnya pada Lena.
Jauh di dalam hatinya, sebenarnya Megan juga sadar bahwa suaminya tak akan sanggup membeli perhiasan asli dengan jumlah sebanyak itu pula.
Tapi, demi menyenangkan suaminya ia pun harus membela Ethan dari cercaan Lena yang tak kenal ampun.
Tiga wanita dari departemen HRD sampai di dalam kubikel Megan.
"Ada apaan sih berisik amat?" sahut wanita dengan rambut pirang barunya, Nita.
"Apaan sih Lena. Heboh banget. Kirain ada yang melahirkan atau apa gitu." Tasya cekikikan menertawakan leluconnya sendiri.
Devi yang merupakan ketua geng cewek HRD menyikut pinggang Tasya dan dengan matanya menunjuk kotak perhiasan di hadapan Megan.
Dikerubuti oleh lima wanita, membuat Ethan hanya bisa pasrah saja sambil berpikir mencari celah supaya bisa segera kabur.
"Itu, lihat. Kalian percaya tidak kalau barang ini asli? Kalian tahu kalo Ethan yang beli. Aku sih tidak percaya. Paling juga barang imitasi dapet beli di loakan." Lena membuang muka dari kotak perhiasan dengan jijik.
Ethan yang dari tadi diam saja akhirnya angkat bicara, "kalau begitu buka saja kalau tidak percaya. He he. Ini spesial beli buat Megan, tahu. Masa iya untuk istri sendiri beli barang imitasi."
Dengan serakah Lena membuka kotak perhiasan Ethan satu persatu dan mengeluarkan isinya untuk dipertontonkan pada ketiga temannya yang lain.
Tapi keraguan mulai merambati dada Lena saat menyadari bahwa sepasang giwang mutiara dan kalung platinum itu terlihat seperti asli dan beratnya pun terasa sangat meyakinkan.
Sebab Lena sendiri juga punya beberapa perhiasan berkualitas rendah dan harga murah yang dia beli di Tiffany kalau sedang ada promo dan diskon.
Cengiran di muka Ethan semakin lebar saat ia melihat perubahan ekspresi di wajah Lena.
"Bagaiamana. Sudah puas kan, Lena?" tegur Megan menyadarkan Lena dari lamunannya.
Ethan hanya diam menikmati air muka Lena yang berubah-ubah saat meneliti perhiasan yang ia bawa satu persatu sambil mengeratkan genggamannya pada tangan Megan.
"Ini asli kali, Len," celetuk Tasya tanpa ragu saat melihat cincin bertahtakan berlian yang berkilau-kilaun.
"Beneran ini. Matamu mungkin udah katarak apa gimana sih. Ini mah asli barang Tiffany tahu."
"Iya. Ini kan seri eksklusifnya. Koleksi terbaru kayaknya. Edisi menyambut tahun baru kali ya. Corak warnanya zamrud kerubian gitu." Devi akhirnya ikut menimpali.
"Lena mah tahunya yang obralan aja kali, ha ha. Makanya pangling pas lihat yang edisi khusus. Ha ha," Tasya tak kuasa menahan tawa.
Muka Lena jadi merah padam. Otaknya berputar cepat mencari cara untuk menutupi malu dan kembali memojokkan Ethan.
"Sudah lah, aku lapar. Kita makan dulu." Ethan beranjak untuk mengajak istrinya pergi.
"Bubar bubar. Tidak jelas nih Lena. Malu pakai ngajak-ngajak." Tasya meremas bahu Lena dengan gemas.
Gerombolan HRD juga terlihat tidak begitu tertarik lagi setelah mereka menyadari bahwa semua perhiasan itu adalah memang asli produk dari Tiffany.
"Eits, tunggu dulu. Oke. Aku juga percaya kalau ini memang barang original, bukan imitasi. Tapi, aku tetep tidak percaya kalo kau sanggup bayar semua perhiasan ini." Lena menatap tajam wajah Ethan.
Sepertinya Lena telah berhasil menemukan jurus baru.
Tak hanya Lena, tapi semua pandangan orang di kubikel Megan sekarang terarah pada Ethan.
"Mendingan jujur sekarang. Dapat dari mana kau semua ini? Habis ngejambret ya?" cecar Lena tanpa ampun.
Muka Megan pun terlihat merona karena dia baru memikirkan hal itu. Tapi, tak mungkin Ethan bertindak sejauh itu. Tidak. Ethan yang selama ini ia kenal tak akan melakukan perbuatan tak beradab seperti itu. Batin Megan untuk menenangkan dirinya sendiri.
"Dapat dari mana hah, cepet ngaku! Aku sih bodo amat ya kau mau nyuri. Asal jangan pernah bawa-bawa Megan."
"Ya ampun Lena. Aku mesti ngapain sih biar kau percaya," sahut Ethan santai dan mulai bosan dengan semua keribetan yang Lena timbulkan.
Sebenarnya bisa saja ia langsung membawa Megan pergi dari sini dan tak perlu memusingkan Lena yang tengah terbakar api amarah.
Tanpa Megan ketahui, dulu sekali saat mereka masih pacaran dan Ethan sering menjemput Megan sepulang kerja, Lena diam-diam selalu mencuri pandang pada Ethan.
Hingga suatu malam akun Facebook dengan nama Lena Imoet Gadys Manjha mengajukan permintaan pertemanan. Ethan melihat profilnya dan terkejut bahwa Lena Imoet Gadys Manjha ini adalah nama akun dari Lena teman kantor Megan.
Ethan sempat tergelak saat melihat di profilnya tertulis bahwa Lena Imoet Gadys Manjha bekerja di PT. Mencari Cinta Sejati.
Tak berapa lama setelah permintaan pertemanan diterima, Lena langsung mengirim pesan pribadi pada Ethan.
'Hai. Lagi ngapain?' Sebuah pesan masuk dari Lena di kotak masuk facebook Ethan.
Ethan terkikik geli saat melihat bahwa di zaman sekarang masih ada orang yang menyapa lawan jenis dengan kalimat 'lagi ngapain'.
'wkwkwk', balas Ethan. Karena ia tidak tahu harus membalas apa.
'kenapa ketawa? emangnya ada yang lucu?' balas Lena lagi.
'Ada,' balas Ethan pendek.
'Apa?'
'Kau yang lucu.'
'Terima kasih. Hehe. Boleh minta nomor WA tidak?'
Ethan berpikir sejenak, sebelum akhirnya ia membalas, 'Nggak boleh.'
'Kenapa ngga boleh? Ganteng-ganteng tidak boleh pelit. Nanti gantengnya ilang,' balas Lena selanjutnya mulai menunjukkan wajah aslinya.
'Ya udah boleh deh. Mau minta berapa nomornya?'
'Memangnya nomor kau ada berapa?'
'Ada banyak. Nomor WA aku ada dua belas.'
'Waw. Banyak amat. Pasti kau doyan selingkuh ya. Banyak banget nomornya. Sampai belasan gitu.'
'Jadi minta nomor tidak nih?'
'Jadi, kalau boleh, hehe.'
'Minta berapa?'
'Satu aja deh, satu juga udah cukup. Tidak usah banyak-banyak. Aku kan tipe cewek setia.'
Gubrak. Ethan hampir jatuh terjengkang karena tak kuasa menahan tawa. Jelas sekali bahwa Lena tengah merayu Ethan. Tak ubahnya seperti seseorang yang menjajakan dagangannya.
Setelah bisa menguasai diri, Ethan membalas pesan Lena.
'1. Tuh udah aku kasih satu ya. Awas kalau minta lagi.'
'Apaan itu?'
'Tadi katanya minta nomor satu? Gimana sih kau Lena?'
Tak lama kemudian terlihat keterangan bahwa Lena Imoet Gadys Manjha sedang offline.
Tak hanya sekali itu saja Lena menggoda Ethan, tapi Ethan tak pernah menanggapi.
Mengingat hal itu, Ethan jadi tersenyum dalam hati.
"Mendingan kau bawa semua hasil curianmu ini ke kantor polisi. Aku tidak mau nanti Megan pas makai ini perhiasan, mendadak digelandang ke kantor polisi."
Megan terlihat mulai takut dan terhasut dengan semua kata-kata Lena.
Melihat semua orang hanya terdiam, Lena merasa semakin di atas angin dan yakin bahwa tebakannya kali ini benar.
Sambil berkacak pinggang dia berkata lantang, "Sekarang mending kau langsung serahin diri ke polisi, bodo amat sih kalau kau bakal dipenjara gara-gara ngejambret. Tapi jangan sekali-sekali berani libatin sepupuku. Sini Megan." Lena menarik Megan ke dekatnya dan menantang Ethan dengan mata melotot. Bola matanya yang bulat terlihat demikian lebar dan terlihat seolah nyaris lepas dari kelopaknya.