webnovel

Me is me

rannaya · 现代言情
分數不夠
108 Chs

Sebuah Foto untuk pajangan bagian 1

Suasana pagi ini sangat cerah sekali, begitupun riuh suara karyawan yang asyik bekerja, maupun bersenda gurau di cafetaria karena terlambat untuk sarapan pagi. riri yang sibuk dengan berbagai dokumen pagi itu baru saja menerima telepon bahwa tim penilai kompetensi akan bertandang dalam satu minggu ke depan ke perusahaan akuisisi yang sekarang di serahkan sementara kepada nona xiou, wakil direktur utama.

Riri yang habis menerima panggilan tersebut segera saja menghubungi nona xiou untuk mempersiapkan semua yang perlu dipersiapkan untuk penilaian.

nona xiou mengerti apa yang di maksud nona majikannya,meski ia masih harus tetap waspada kepada dua orang yag sedang memperhatikan gerak geriknya. namun bagi nona xiou ia sudah memegang sebuah kunci rahasia. ia menyuruh pengawal Ali membuntuti apa pun yang di kerjakan dina. termasuk dina yang berselingkuh dengan seorang relasi perusahaan, apa kata suaminya kalau ia tau perbuatan istrinya diluaran, ternyata rifah tidak hanya di tikam dari depan tapi juga dari belakang, benar benar hal yang seru untuk di ungkapkan nona xiou.dina pun masih berusaha keras untuk menggeser posisi nona xiou. sewaktu ia menuju cafetaria untuk meminum coffe bersama rekannya, nona xiou lewat bersama dengan pengawal Ali sambil membawa setumpuk dokumen dan laptop. ia tak menyangka setengah asyik bekerja Dina menumpahkan satu teko Coffe di beberapa dokumen penting untuk penilaian.

" dasar perempuan jalang, kamu senang dengan posisi mu sekarang! aku tak yakin kemampuan mu sampai mana sekalipun kau merubah penampilan mu sekarang, kau tetap terlihat bodoh tak berpengalaman sekalipun,aku heran kenapa boss mu itu memilihmu yang tak berkompeten untuk perusahaan ini.!"

nona xiou hanya tersenyum sambil berdiri dan mendekatkan wajahnya ke wajah Dina.

" bersihkan meja ini, atau kau ku pecat! ingat posisimu,,,ada di kaki ku..kapanpun kau bisa ku tendang dari perusahaan ini, oh ya..atau..suamimu itu tau soaal..." ucap nona xiou yang melirik rifah yang sedang memperhatikan tingkah mereka. dan ia tak jadi meneruskan kata katanya sambil berlalu meninggalkan dina yang tak mengerti kata kata nona xiou.

tadinya dina ingin membalas tapi begitu melihat sikapnya diperhatikan semua karyawan bahkan ada sorot mata tajam yang sedang mengarah kepadanya ia pun mengurungkan sikapnya.

rifah yang melihat kejadian memalukan barusan segera pergi dari cafetaria, ia masih tak mengerti jalan fikiran dina, kenapa ia sangat berambisi sekali, padahal saham yang ia tanam di perusahaan sangatlah sedikit setelah Rifah mengubahnya atas namanya tanpa sepengetahuan Dina.

Riri yang baru menerima file video di handphonenya sangat marah sekali. ia pun meminta pengawal Ali untuk menyuruh nona xiou mengadakan rapat dadakan.

nona xiou yang menerima pesan nona majikannya menyuruh sekretaris kantor untuk menyiapkan ruang rapat.

Riri menyuruh beberapa orang karyawan yang handal untuk ikut bersamanya, mereka akan di mutasi ke perusahaan akuisisi. karena ia tak mungkin membiarkan nona xiou sendirian di perusahaan itu tanpa orang orang yang belum tentu bisa di percaya.

dalam ruang rapat riri mengumumkan bahwa tim penilai akan bertandang dalam waktu dekat. ia meminta kepada semuanya untuk menjaga sikap dan bekerja lebih baik lagi. bahkan riri mengumumkan hal yang membuat semuanya sangat kaget. ia memutar video yang barusan terjadi di cafetaria pagi tadi. semua memandang wajah dina dengan wajah yang penuh pertanyaan. bagaimana bisa seorang karyawan seperti dina bisa berbuat seperti itu. itu adalah dokumen yang sudah dipersiapkan semua dewan direksi dan relasi perusahaan dari dua bulan yang lalu. sekarang semuanya rusak, bukankah mereka harus mengulang laporan tersebut.

" untuk laporan tersebut, saya akan perintahkan kepada orang yang membuat dokumennya rusak, untuk mempersiapkan dokumen yang baru, dalam waktu 3 hari, kalau tidak ia akan ku pecat!.." ucap riri tegas.

dina yang mendengarnya langsung memukul meja rapat karena marah, " beraninya kau memerintah ku, kau harus ingat di perusahaan ini aq memiliki saham, jadi akupun memiliki hak untuk tak seenaknya diperintah!." ucap dina dengan berani.

"berapa banyak sahammu...!apa kau masih belum mengerti..sahammu tanpa isi !...jadi berhentilah dan jaga sikapmu..kerjakan apa yang aku perintahkah!!..bentak riri dengan sorot mata yang menakutkan.

riri memang tau saham dina ada di perusahaan tapi dina tak tau sahamnya sudah berpindah nama. benar benar bodoh. dina masih tak mengetahui hal itu, bahkan ia sekarang mondar mandir tak jelas di ruangannya, ia bahkan memerintahkan sekretarisnya mengerjakan apa yang diperintahkan Riri tadi, hanya dalam waktu 3 hari. ini benar benar penindasan. waktu nya tak akan cukup. ia pun mau tak mau harus meminta bantuan suaminya. ia pergi ke ruangan kerja Rifah dengan wajah polos memelas kepada suaminya. baru ia memasuki ruangan kerja suaminya, rifah sudah menarik kerah bajunya ke pinggir dinding.

" kau benar benar tak tau malu dengan perbuatanmu barusan. kali ini tak ada bantuan apapun dariku, dan lain kali aku tak mau mendengar rengekanmu lagi paham!. sambil melepaskan cengkeramannya. dina sangat terkejut dengan perlakuan suaminya barusan,ia tak menyangka suaminya sangat marah.

"mas,,maafkaann..." baru mau berucap rifah sudah membukakan pintu untuk keluar dari ruangannya.

dina dengan wajah lesu keluar begitu saja, dalam hatinya ia pun sangat marah dan kesal. sikap rifah berubah semenjak kehadiran riri dan perubahan di perusahaan. namun bagi rifah semua yang ia persiapkan beberapa tahun terakhir demi penempatan posisi wakil direktur telah hancur hanya karena tindakan dan sikap gegabah istrinya.

diruangan kerja riri bersama nona xiou dan beberapa karyawan tengah di sibukkan dengan dokumen baru, mereka mempersiapkan dokumen cadangan agar tidak kesulitan nanti waktu tim penilai berhadir. meski ini sedikit menyita waktu.

Uncle yang baru datang dengan beberapa dokumen baru pun ikut bergabung. namun ada wajah yang memperhatikan mereka dengan penuh pertanyaan. " apa yang mereka kerjakan sekarang, bukankah dina sudah di serahi tugas" . fikir Rifah.

rifah mencoba ingin tau dengan melangkahkan kakinya ke ruangan kerja CEO baru. baru mau masuk iapun di cegat pengawal uncle lee.

"maaf,, ini perintah bos, siapa pun tak boleh masuk atas perintahnya."

Rifah yang mendengarnya, memandangi wajah pengawal dengan kesal dan pergi meninggalkan. Dalam benaknya berbagai pertanyaan bermunculan. bahkan ia sempat memuji tadi, cara kerja mantan istrinya yang tegas. "aku harus mencari cara,agar riri mau memaafkan ku kembali" bukankah kalau ia kembali pada riri maka posisi wakil direktur akan ia sandang, bahkan mungkin lebih dari itu. fikirnya.

*****

Zhi han yang baru saja kembali dari pertemuan luar kerjanya sangat terkejut waktu tau papi mertuanya dan satria sekarang berada di ruangannya. ia pun segera menemui dan menyapa mereka di ruangan kerjanya sambil menyuruh karyawan mempersiapkan makanan kecil dan minuman dingin karena cuaca yang mulai panas.

papi riri tengah asyik meliat liat isi ruangan kerja menantunya, sangat luas bahkan hampir mirip ruang kerja anaknya, hanya saja tak ada pantry kecil. ia memandangi foto gagah Zhi han yang memakai jas mewah dengan wajah tampan nya tanpa senyuman sedang duduk di kursi goyang yang elegan.

begitu Zhi han melihat yang di lakukan papi mertuanya ia pun berujar..

" saya tampan kan pi.." lagaknya sedikit sombong sambil memandangi fotonya sendiri.

"mmmm... fotonya biasa saja"..jawab papi riri dengan cueknya.

" kenapa kau tak memajang foto pernikahan kalian.." tanyanya pada menantunya.

Zhi han yang mendengarnya sama sekali tak menyangka ada pertanyaan seperti itu tertuju padanya.

"mmmm....kami belum sempat mengambil foto pernikahan pii..." jawab Zhi han lesu.

" kalau begitu..aku yang akan mengaturnya.." ucap papi sambil meminum minumannya kemudian beranjak pamit.

Zhi han pun mengantar mereka sampai ke perusahaan utama riri karena jaraknya yang berseberangan.

"yaaa...kenapa kau mengikutiku.." ucap papi riri.

" papiii...ruangan kerja saya juga ada di perusahaan putri papi..kok lupa siih..." ucap Zhi han sambil mengedipkan sebelah matanya dan pamit pergi ke ruangannya.

"benar benar pencuri!!"ucap papi riri.

papi riri langsung menuju ruang kerja putrinya. begitu ia tak melihat putrinya di ruangan ia pun duduk dengan santainya bahkan menuju teras kantor yang berhubungan langsung dengan ruangan kerja anaknya. ia memandangi di kejauhan sampai tertuju ke perusahaan menantunya. pantas... mereka sepertinya saling jatuh cinta karena sering bertemu di teras ini. fikir papi riri. ia pun beranjak kembali ke ruangan dan merebahkan dirinya di sofa kerja ruangan putrinya.

sementara Zhi han yang tengah sibuk mempersiapkan dokumen tambahan untuk penilaian nanti memicingkan pandangannya pada satu perusahaan yang di tinggalkan kakak riri. itu adalah perusahaan majalah yang berada di shanghai. perusahaan itu sepertinya tak berjalan selama ini. lalu kenapa riri tak mempergunakannya. sepertinya banyak juga perusahaan yang hanya setengah jalan dijalankan. Zhi han sangat penasaran.

"boss...ini file yang anda minta" ucap pengawal Kwang.

Zhi han membukanya sambil membaca dan melihat beberapa foto.

" segera kita menanamkan saham di dua perusahaan yang di pegang istriku. dua perusahaan ini harus kita kembangkan kembali. urus tanpa ada yang tau sementara waktu ini." ucapnya.

" baik boss." balas pengawal Kwang sambil berlalu pamit dan mengambil beberapa pasport dan memesan tiket.

Riri dan Uncle lee yang baru sampai ruangan kerja utama riri mendengar suara keras dari arah sofa. uncle lee langsung berjaga jaga takut ada sesuatu yang bersembunyi. ia pun mengambil bantal yang tersimpan di lemari,dengan langkah pelan layaknya detektif gadungan ia melayangkan pukulan ke sumber suara. telak saja menimbulkan suara gaduh yang ternyata itu adalah papi riri.

"yaaa...siapa kamu..!! apa yang kamu lakukan pada saya!" teriak papi riri yang setengah sadar dan membalas pukulan tersebut dengan bantal yang ia tiduri, karena terbangun mendadak akibat sebuah pukulan barusan.

"kamu yang siapa...beraninya kamu masuk ruangan ini tanpa ijin".. bentak uncle lee tanpa menyadari siapa yang barusan dipukulnya. hingga isi bantalpun bertebaran terbang dan jatuh berserakan di lantai. namun...ia seperti mengenali nya.

"Tttuuuaaan besar!"..ucapnya sambil berhenti memukul.

di teras kantor riri uncle lee yang bersimpuh sambil mengangkat tangannya mendapatkan hukuman dari tuan besarnya. tuan yang menyelamatkan hidupnya dari kemiskinan.

riri bersama Zhi han yang membawa makanan dan minuman untuk bersantai sore itu pun hanya mampu menahan tawa. karena kelakuan kocak dua orangtua ini. Uncle lee yang wajah dan rambutnya penuh dengan sisa isi bantal sedang papi riri yang semrawutan rambut klimisnya berantakan.

"udah dong pii.. udah lumayan lama uncle lee dapat hukuman " bujuk riri merayu papinya.

"kauu...selalu membelanya,, apa aku bukan papimu??" ucap papi riri yang merajuk.

Zhi han memandangi mereka berdua dan mulai mengerti mengapa riri sangat menyayangi paman nya.

" ayoolah pii...papi tetap no.satu di hati riri " sambil mengedipkan sebelah matanya dan beranjak membantu uncle lee berdiri.

papi riri pun segera duduk begitu Zhi han menuangkan secangkir teh melati kesukaannya. riri yang memperhatikannya pun setengah menggoda.

"akur banget..." ucapnya

"yaa..tak ada anak lelaki lain yang memperhatikanku selain kakakmu..??" balas papi riri setengah menyindir.

Zhi han pun senang mendengarnya.

"tuan..maafkan saya, saya tak tau anda berada di sini," ucap uncle lee sambil meminum minumannya pula.

"apa kalian tak memberitaunya aq datang" ucap papi riri pada riri dan Zhi han.

"lupaa"! ucap Zhi han dan riri bersamaan.

"mmm...kapan kalian mengambil foto untuk pernikahan kalian, tak ada foto pernikahan yang terpajang di ruangan kerja kalian". ucap papi riri.

riri dan Zhi han saling berpandangan. tak mengerti.

"bukankah dengan adanya pajangan foto pernikahan status kalian jelas."

"papi...please..jangan ikut campur untuk urusan resepsi kami, kami tak akan mengadakan acara itu"

Zhi han pun memandangi pamannya. dengan wajah yang meminta bantuan.

" bagaimana...kalau prewedding saja tuan, lagian nyonya besar belum mengetahui perihal pernikahan mereka berdua " bujuk uncle lee yang dalam keadaan serba salah. karena kalau ia membela ucapan tuan besarnya, itu bearti keinginan nonanya untuk merahasiakan dari publik akan terbongkar, otomatis para pencari berita akan memburu mereka. itu akan membuat nona majikannya sangat kerepotan dan membencinya. namun kalau tak membuat resepsi pernikahan ia tak bisa menolong Zhi han yang ingin membuat pernikahannya berlangsung lama.

"mmmm... apa ada yang kalian rahasiakan dariku" ucap papi riri setengah curiga.

" gak ada tuh.." ucap riri bersamaan dengan Zhi han dan uncle lee kompak menyahuti sambil mengangkat bahu mereka.