webnovel

Masa Mudaku Kisah Cintaku

Aku jatuh cinta. Cinta terlarang dengan teman sekelas. Seseorang dengan semua perbedaan yang banyak dan sulit. Bisakah aku mempertahankan cinta ini? Tidak banyak angsa pelangi di kelas buaya karena ada satu dua rubah betina dari planet lain yang suka merundung junior mereka. Bukankah itu hal biasa dalam sekolah? Atau masalah utamanya ada pada Anggi sendiri? Bagaimana rasanya setiap tahun berpindah sekolah? Itu adalah yang selalu dirasakan Anggi, ngenes kata orang. Lalu, ketika kamu sudah merasa telah menemukan kehidupan baru dan memiliki beberapa teman yang mengerti dan nyaman akan hal itu. Tiba-tiba kamu harus pindah sekolah lagi? - cover is mine

Ningsih_Nh · 现代言情
分數不夠
314 Chs

MKC 32 Ante Meridiem

Dan, tanpa disangka-sangka Andi datang lagi membawa satu botol kecil vitamin C untuk diberikan ke gue sebagai bentuk pertolongan pertama bagi penderita sariawan bohongan gue. Berlagak seperti pramuka yang baik, menolong sesama.

"Mba dipanggil dengan nama apa oleh teman satu regu?" tanya Andi sopan kala itu.

"Anggi." jawab gue lirih.

"Kalo saya...Andi." kenal Andi, senyum cerah diwajah tidak lupa dia berikan. Gue tau kok, jelas terlihat dari name tag dia.

Akhirnya begitu, seterusnya gue hanya mendengarkan cerita dia mulai dari rumah sampai kriteria cewek idaman yang tidak lain dan tidak bukan merujuk ke gue. Sialan banget itu bocah.

Lain lagi cerita bagaimana gue bisa dekat dengan Annalia.

Waktu itu, karena bete harus mendengarkan cerita Andi gue kabur di jam istirahat sore. Gue panjat pohon jambu biji yang tidak terlalu tinggi namun bercabang banyak ditepian lapangan voli. Ngadem, kasihan banget telinga gue terpaksa kepanasan karena kebohongan gue sendiri.

Tidak lama berselang, datang rombongan yang terdiri dari Ana dan trio kibul. Mereka duduk dan asyik mengobrol dibawah pohon. Jelas gue dengar obrolan mereka yang tidak berfaedah dan lebih banyak lelucon yang keluar dari mulut mereka.

Gue sama sekali tidak keberatan hingga tiba-tiba gue jadi kebelet buang air. Lama gue tahan perut gue yang makin lama makin mules tapi mereka tidak ada niat mau pergi. Sampai akhirnya gue memberanikan diri permisi turun demi mengeluarkan hajat perut gue.

Sontak mereka kaget, tahu kalau dari tadi gue ada di atas mereka. Lirih gue meminta maaf dan berjalan pelan memegang perut kearah WC, lebih mirip seperti orang sedang break dance patah-patah saking tidak tahan.

Lalu, larilah Ana menolong gue. Menuntun gue sampai di depan WC. Gue juga tidak mendengar bisikan tawa dari trio kibul dibelakang, suatu hal yang akan wajar anak-anak lakukan saat melihat penderitaan anak yang lain. Namun hanya sunyi sepi.

"Lo tadi makan apa sih?" desak Ana yang ternyata nungguin gue tidak jauh dari WC.

"Kayaknya kebanyakan telan vitamin C dari Andi itu deh." gue binggung sendiri. Karena biasanya perut gue nggak selemah ini.

"Makanya nggak usah pake bohong. Kena karma deh lo." cebik Ana namun tetap berdiri disamping gue. Raut wajah khawatir terlihat jelas walau pun barusan dia ngomong pedas ke gue seperti itu.

"Iya deh. Nggak akan lain kali."

Kemudian berlanjut kami berlima makan sore di warung nasi padang depan sekolah. Enggak tahu kenapa kok gue merasa enak-enak saja berada di sekitar mereka berempat.

Gue yang biasanya menjaga jarak dengan anak-anak karena trauma berteman dekat dengan cewek yang namanya kalau gue sebut hanya akan menimbulkan nyeri didada. Perkara sepele telah merusak pertemanan kami dulu.

Uang, dibelahan dunia mana manusia tidak membutuhkan uang. Kecuali orang gila yang mungkin akan mereka sobek jika diberi uang kertas. Sedangkan gue bukan anak yang punya uang berlebih untuk sekedar menarik orang lain untuk mau berteman dengan gue yang misquen.

Tapi Annalia berbeda, dia itu anak orang berada, terlihat jelas dari pakaian bermerk yang dikenakannya. Ana tidak sekalipun memandang gue seperti kecoak yang musti dimusnahkan dari muka bumi karena gue bukan dari golongan mana pun. Maksudnya, udik bukan kota bukan. Gue ini anak jalanan yang kadang tersesat, lalu mencari rel kereta dengan harapan bisa menemukan jalan pulang.

Ana itu tomboy, karena anaknya begitu jadilah dia tidak pernah mempermasalahkan tentang gue. Dan gue juga merasa nyaman-nyaman saja dengan segala omongan Ana yang bisa dibilang lebih sarkas, sadis, cuek, ketus ketimbang yang biasa keluar dari mulut gue sendiri.

"Nggi...udah ketemu mau ambil yang mana?" tanya Ana tiba-tiba muncul dari samping kiri rak komik.

"Udah." lalu gue mengambil asal salah satu seri komik Dektektif Conan di depan gue.

"Cari makan yuk. Gue laper." ujar Ana setelah selesai membayar di kasir.

"Lo sih bangun kesiangan. Nggak mau sarapan juga." celetuk gue, kesal mengingat bagaimana susahnya tadi mencoba membangunkan Ana dan meminta untuk mandi. Tingkah manjanya melebihi Anggoro, adik gue.

"Gue pingin ke Ichiban. Lo suka sushi kan?" ajak Ana tanpa menunggu jawaban gue yang pasti tidak diperlukan.

"Jono kemana sih?" tanya gue setelah berhasil mendapatkan tempat duduk di pojok.

"Dia itu...?" tampak Ana tengah berpikir keras sampai keningnya berkerut. "...yang gue tahu ngurus bisnis online gitu-gitu deh." lanjut dia akhirnya.

"Oh..lo juga nggak tahu kan?" tebak gue yang dijawab Ana dengan mengangkat bahu.

"Gue nggak doyan cari tahu." kata Ana asal saja. Lalu mengambil buku menu dan memesan aneka menu begitu saja.

"Makasih ya Ann. Dah traktir." ucap gue sebelum memakan sushi yang baru datang.

Ana mengambil satu mangkok ramen yang dia habiskan dengan lahab tidak sampai lima menit. Kelihatan laper banget anaknya sampai mangkok ramen gue yang belum tersentuh diambil dan dihabiskan dalam waktu yang sama.

"Nggi...lo makan kayak siput gitu sih. Lama banget." komentar Ana setelah sendawa keluar dari mulutnya.

"Gue heran sama lo, tadi lo doyan apa laper?" ...

"Duanya. Ini sushi gue makan loh." kata Ana tanpa menggubris gue yang protes jatah gue dia makan juga. Dasar kanibal berbulu malaikat. Tadi dia kata semua buat gue, eh ternyata yang dimaksud gue ya dia sendiri.

Kita ketemu Jono didepan gerai Pizza Hut sudah bersama dua sepupunya. Mereka tengah ngobrol serius hingga Ana menepuk punggung Ebi yang reflek menoleh.

"Kayaknya kita harus pulang hari ini. Maaf ya Nggi...lo pasti belum puas jalan-jalannya. Lain kali deh kita kesini lagi." kata Jono lalu meminta kita turun ke parkiran.

Dia juga sudah memesan tiket pulang nanti jam enam sore. Setidaknya masih ada waktu tiga jam untuk perjalanan pulang dari mall ke hotel lalu beres-beres.

Kalau pun gue harus jalan-jalan di mall itu pasti butuh uang sedangkan gue nggak cukup waktu bawa uang banyak karena kemarin mendadak banget berangkatnya. Seperti mimpi. Juga seperti mimpi saat kita harus segera balik ke Prembun.

Gue baru pertama kali ini menginjakkan kaki di Surabaya yang ruwet jalanannya. Masa harus ke bundaran musti muter-muter dulu, padahal cuma diseberang hotel. Masih mending di Prembun kemana-mana. Gue ini penganut aliran yang mudah-mudah saja. Hidup sudah sulit, nggak perlu dipersulit dengan jalanan kota yang bikin sembelit.

Apa jadinya perjagadan sekolah jika libur semester tidak ada dalam kalender pendidikan SMK Petaka Jaya?

Setelah perjalanan satu hari satu malam bolak balik Prembun - Surabaya, tidak ada kata liburan. Setidaknya buat gue.

Penerimaan raport hanyalah simbol akhir perjalanan siswa setelah belajar satu semester. Tidak bagi gue, Budi, Firman, Wawan dan Purnomo yang kebetulan rumah kami paling dekat dengan sekolah mendapat mandat mengawal panen raya. Lebih tepat karena hanya kami berlima yang tidak mempunyai agenda apapun selama libur dua pekan.

-TBC-

cerita Masa Mudaku Kisah Cintaku versi lengkap hanya ada di Webnovel dengan link berikut ini: https://www.webnovel.com/book/masa-mudaku-kisah-cintaku_19160430606630705

Terima kasih telah membaca. Bagaimana perasaanmu setelah membaca bab ini?

Ada beberapa cara untuk kamu mendukung cerita ini yaitu: Tambahkan cerita ini ke dalam daftar bacaanmu, Untuk semakin meriah kamu bisa menuliskan paragraf komen atau chapter komen sekali pun itu hanya tulisan NEXT, Berikan PS (Power Stone) sebanyak mungkin supaya aku tahu nama kamu telah mendukung cerita ini, Semoga harimu menyenangkan.

Yuk follow akun IG Anggi di @anggisekararum atau di sini https://www.instagram.com/anggisekararum/