webnovel

Maryam

Siti Maryam, nama perempuan itu. Nama yang sederhana. Sama seperti orang nya yang memiliki sifat sederhana, ramah terhadap orang lain. Dengan bibir yang selalu dihiasi dengan senyuman sehingga membuat orang yang kenal dirinya merasa nyaman. Suatu hari Maryam diberi pilihan; Meninggalkan sosok malaikat kecil yang dibesarkan dirinya atau menikahi pria beristri?

ZAHIRA_BANA · 青春言情
分數不夠
11 Chs

Part 02

"Satu hal yang harus kau ingat, bahwa penafsiran orang lain tentang dirimu takkan memberi pengaruh apapun tentang dirimu disisi Allah. Pujian manusia itu semu. Bila mereka cinta, mereka akan menghiasi dirimu dengan sejuta sanjungan. Namun bila mereka benci, mereka akan membuatmu lebih buruk dari apa yang ada dalam benakmu.

***

"Waaah ....," decakan kagum Arsyad, ketika melihat rumah megah nah mewah itu dari luar pagar. Dilihat dari luar pagar saja sudah tahu bahwa rumah itu besar nan megah

Maryam pun tak kala kagum juga. Melihat rumah yang ia mau lamar kerja besar dan mewah. Maryam berpikir pantesan saja orang yang mempunyai rumah mewah itu mencari orang untuk bekerja dirumah nya. Pasti pembantu rumah disana banyak, tak cukup hanya tiga pembantu. Atau lebih dari sepuluh orang pembantu yang bekerja disana untuk membersihkan rumah mewah itu.

"Bunda ini lumah siapa?" Arsyad memandang bunda sekilas sambil memfokuskan pandangan nya ke rumah mewah itu.

"Insha Allah nanti kalau bunda terima kerja disini kita akan tinggal disini."

"Bekelja?"

"Insha Allah ya sayang. Yuk kita tanya ke satpam dulu."

Maryam menuntun Ar menuju tempat penjaga rumah mewah itu.

"Permisi pak."

"Iya, ada apa?" Rozi, nama satpam itu.

"Gini pak, saya dengar dari teman saya bahwa orang yang mempunyai rumah ini membuka lowongan kerja ya?"

"Bentar ya mbak."

Maryam mengangguk.

Rozi berbicara dengan telpon nya itu. Setelah mengakhiri telpon nya itu Rozi menatap Maryam.

"Mbak silahkan masuk terus didepan pintu ada wanita yang berusia lima puluh tahunan yang menunggu mbak disana."

Rozi membuka gerbang yang menghubungkan antara halaman rumah mewah itu dengan jalan raya.

Maryam menuntun Arsyad untuk masuk menuju rumah mewah itu. Dilihat dari luar saja rumah nya begitu mewah, apalagi ketika masuk kedalam sana. Masya Allah. Maryam tak henti - henti nya berdecak kagum melihat interior rumah yang mewah itu.

Di samping kanan kiri menuju pintu utama ada pohon - pohon rindang yang menyambutnya. Udara sejuk menyambut orang yang hendak kerumahnya mewah itu. Di samping kanan rumah terdapat gerasi mobil.  Di samping kiri terdapat sebuah taman yang di hiasi tumbuhan bunga yang menyejukkan mata. Di depan pintu utama terdalam air pancur ikan, yang dibawah nya dihiasi oleh ikan - ikan koi yang warna warni.

"Assalamualaikum." salam Maryam kepada wanita yang kira - kira berusia lima puluh tahunan.

"Wa'alaikummussalam" jawab wanita itu. Wanita itu memandang Maryam dari atas bawah. Meneliti apakah orang yang ada didepan nya yang akan melamar kerja disini.

Maryam risih dipandang begitu oleh wanita itu. Tapi mau gimana lagi.

"Kamu yang akan melamar kerja di sini?" tanya wanita itu.

"Iya mbak."

"Ada pengalaman kerja menjadi pembantu?"

"Tidak mbak. Saya tidak mempunyai pengalaman bekerja menjadi pembantu mbak, tapi saya dulu menjadi tukang cuci keliling dan juga tukang masak."

"Disini sudah sedia tukang masak, rumah ini ada koki profesional yang memasak menu luar negeri ataupun masakan Indonesia." wanita itu menatap tajam kearah Maryam.

Maryam jadi kikuk sendiri, kepercayaan dirinya turun ketika mendengar ucapan wanita itu. Meskipun ada rasa kecewa di hati nya Maryam tidak akan menyerah, ia akan mencoba lagi.

"Saya bisa bersih - bersih, mengepel, membersihkan kaca, mencuci baju, mencuci piring, apapun saya bisa mengerjakan nya mbak." Maryam mencoba lagi, siapa tahu wanita itu berubah pikiran.

"Maaf tak bisa."

"Saya mohon mbak." Maryam menangkup kedua tangan meminta belas kasih kepada wanita itu.

Wanita itu menatap Maryam yang berpenampilan sederhana dengan jilbab yang warna nya pun memudar. Kemudian mata nya memandang anak yang digandeng oleh Maryam. Anak kecil itu terlihat berbinar memandang rumah majikan dirinya.

"Oke, saya terima. Tapi ada syarat nya, kalau pekerjaan mu tak becus mohon maaf saya terpaksa harus memecat mu."

Maryam bahagia bukan kepalang. Ia akan bersungguh - sungguh bekerja, supaya nanti nya ia bisa membeli rumah biar ia dan Ar tidak pindah - pindah tempat lagi.

"Sebutkan nama kamu siapa? Umur berapa? Status apa? Oya kenalin saya Bibi Mus, kepala pelayan disini."

Maryam sudah menduga dari tadi kalau bibi Mus adalah kepala pelayan disini. Karena bibi Mus memiliki sifat yang tegas terhadap orang, mungkin karena menjadi kepala pelayan bibi Mus tegas terhadap orang yang melamar kerja di rumah itu atau kepada anak didik yang bekerja di rumah itu.

"Iya bi, saya Maryam. Usia saya dua puluh tahun. Hmmm status saya janda." Maryam tak enak hati berbohong. Mau gimana lagi, ia tak mau Ar di pandang sebelah mata oleh orang karena tak tahu asal usul nya.

Maryam lupa bahwa pandangan orang terhadap dirinya tak akan pernah pengaruh apapun di sisi Allah.  Allah hanya memandang dari segi keimanan saja. Bukan dari segi fisik ataupun dari keluarga nya siapa.

Bibi Mus mencatat indititas Maryam dibuku note. Nanti nya buku note itu akan diberikan kepada sang tuan. Sebagai orang yang dipercaya oleh sang tuan, bibi Mus tak segan memberi laporan ketika ada salah satu pelayan melanggar peraturan dirumah sang tuan.

"Mari ikut saya kedalam."

Bibi Mus mengiring Maryam untuk kedalam rumah itu.

Maryam mengangguk, lalu mengikutinya langkah bibi Mus kedalam rumah itu sambil mengandeng Ar. Ketika masuk rumah itu Maryam disambut dengan guci besar yang berada sisi kanan dan kiri. Sofa yang tertera rapi, serta lampu yang bergelantungan layaknya istana.

Maryam bener - benar takjub, ketika melihat isi dalam rumah mewah itu. Bener - bener orang kaya ini, mungkin membangun rumah itu satu milyaran atau lebih. Masya Allah.

Ar bertepuk tangan dengan mata berbinar memandang sekeliling rumah itu mewah.

Bibi Mus berhenti, lalu membalikkan badan nya. Ia melihat ibu dan anak itu yang memandang takjub rumah majikan nya. Ia tersenyum kecil ketika anak Maryam bertepuk tangan bahagia melihat rumah majikan nya.

"Khem." bibi Mus berdehem ketika ibu dan anak itu masih berhenti bahkan tak mengikuti dirinya lagi.

Maryam tersadar, ketika mendengar deheman bibi Mus. Maryam salah tingkah telah tepergok karena terlalu bengong melihat interior rumah mewah itu.

"Nak, gak boleh tepuk tangan gitu. Ini rumah orang harus sopan ya." Maryam menegur Ar yang masih tak berhenti bertepuk tangan.

Ar memamerkan deretan gigi sambil tertawa kecil "lumah nya besal dan bagus iya bunda? Nanti kalau Al udah besal Al, akan membuat lumah kaya ini buat bunda."

Maryam hanya tersenyum menangapi coletahan Ar tak henti mengagumi rumah itu.

"Hanya ini kamar kosong, gak papa kan?"

"Gak papa bi, malahan saya makasih udah kasi tumpang tidur disini."

"Iya, saya permisi dulu."

Maryam mengangguk. Bibi Mus berlalu dari situ.

Maryam memandangi kamar yang kecil itu, hanya satu rajang. Yang tak muat disini dua orang dewasa. Satu buah lemari kecil. Kamar itu tak terlalu besar dan tak terlalu kecil.

Maryam bersyukur, bisa diterima kerja disini dengan fasilitas tempat tidur.