"Peresmian butiknya satu pekan lagi, Lyora. Ku harap kau benar-benar memenuhi mimpimu," tutur Luciano di sebrang sana. Lyora mengagguk mengerti meski dirinya tau jika Luciano tak melihatnya dari sini.
Senyum Lyora bahkan sedari tadi tak pernah luntur, "Terimakasih, Dad."
"Sama-sama. Ku tutup dulu telponnya, jangan lupakan itu!"
Tut... Tut...
Lyora benar-benar merasa senang, akhirnya— setelah sekian lama dirinya mengharapkan memiliki sebuah butik dan kini impiannya tercapai. Bukan— bukan Sean tak mampu membelikannya sebuah butik, Sean selalu menawarkan itu pada Lyora dengan syarat Lyora tak boleh turun tangan mengurus butik itu, bukankah sangat percuma? Dan Lyora tak ingin sistemnya seperti itu.
"Sayang." Tatapan Lyora teralihkan pada kekasihnya yang tengah berjalan berniat menghampiri dirinya. Lyora memutar bola matanya malas, dirinya masih merasa sangat kesal pada Sean karena pria itu pergi tanpa persetujuannya.
Sean memeluk Lyora lalu menciumnya penuh kasih sayang, "Maaf--
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者