webnovel

Love In Time Travel - God Of Egypt

Kisah Cinta Yang berbeda, Penuh Perjuangan dan Pertarungan - Tidak hanya untuk menyelamatkan satu orang, tapi... umat manusia. Ilona adalah seorang wanita muda yang cantik, dan merupakan seorang arkeolog muda berbakat. Sebuah penemuan terbesar saat ia berada di Mesir, membuatnya terjebak dalam perjalanan waktu. Saat itu Ilona bertemu dengan Pangeran Ramses, seorang calon raja Mesir yang sangat tampan, dan juga terkenal dengan sifatnya yang tidak memiliki belas asih dan rasa kasih sayang. Pertemuan Ilona yang tidak sengaja dengan Pangeran Ramses, membuat dirinya dijadikan sebagai kandidat Ratu Mesir. Seiring dengan waktu, Ilona dan Ramses saling mencintai, tapi ketika rasa cinta itu sudah tumbuh - mereka tetap harus terpisahkan. , Karena mereka harus menjalani kutukan 7 masa, agar cinta mereka bisa bersatu untuk selamanya. Mampukah Ilona dan Ramses mewujudkan cinta mereka? Dan melewati kutukan dalam 7 masa? cek virtual karakter yang saya buat ya https://youtu.be/qSQ-uhzxnBg

Sita_eh · 奇幻言情
分數不夠
91 Chs

Mimpi Yang Terasa Nyata

Suara alarm dari jam weker berbunyi dengan nyaring, seorang wanita muda berusia dua puluh empat tahun mengusap wajahnya dengan bantal yang masih terbenam dalam pelukannya. Sepertinya ia tidak rela karena terbangun dengan terpaksa.

Ilona meraba-raba dengan tangannya pada permukaan meja, dan setelah berhasil mendapatkan pelaku utama yang membangunkannya di pagi hari. Langsung saja ia mematikan suara alarm tersebut,

Gumam-man Ilona semakin terdengar ketika ia masih bergerumul dengan bantal dan selimutnya.

Ilona masih ingin bermimpi lagi, rasanya seperti nyata. Ia ingin tahu siapa laki-laki yang membuatnya terpesona. Tapi rasa sakit dan sedihnya terlalu nyata, sampai-sampai Ilona tidak sadar kalau itu hanyalah sebuah mimpi.

Tiba-tiba pikiran Ilona mengagetkannya, wanita itu segera membuka kelopak matanya dan menegakkan tubuhnya dengan segera.

"Ahhh.. ini hanya mimpi Ilona. Pasti karena kau membaca kisah Raja Ramesses semalaman, sampai-sampai kau berkhayal menjadi ratunya." Ilona terkekeh, menertawakan dirinya sendiri.

Ilona mengenakan sandal tipisnya yang berwarna putih, melakukan peregangan pada lehernya yang terasa kaku. Perlahan ia mulai bangkit dan berjalan menghampiri meja kerjanya, menatap sebuah buku kuno kecil.

Buku kuno kecil yang berisikan sejarah Mesir, buku itu-lah yang menyebabkan saat ini ia berada di Mesir.

Ilona menutup buku tersebut, dan ia letakkan di dalam koper hitam kecil khusus. Buku itu sudah terlalu tua, dan ia harus berhati-hati untuk menerjemahkan kata demi kata yang ia lakukan semalaman.

Ilona meraih ponselnya, dan menatap beberapa pesan dari ayahnya. Ian Scott, ayahnya merupakan seorang Hungaria, dan ibu Ilona merupakan seorang Indonesia.

Wajah Hungaria Ilona lebih mendominasi, yang ia dapatkan dari ayahnya. Rambut panjang bergelombang dengan warna cokelat emas, serta mata Ilona yang berwarna biru. Hidungnya mancung, dan bibir bawahnya yang sedikit tebal. Banyak yang tidak menyangka kalau Ilona masih memiliki darah Asia.

Postur tubuh Ilona juga tinggi, seharusnya ia bisa menjadi model atau artis ketimbang menjadi seorang arkeolog. Mungkin memang benar pepatah mengatakan bahwa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Karena Ian Scott, ayah Ilona juga merupakan seorang arkeolog senior.

Ilona tengah membaca pesan dari ayahnya, sebuah foto gading besar yang dipegangi oleh Ian.

Lihat, apa yang kutemukan? Ini gading dari hewan mammoth. Kami masih banyak menemukan bagian yang lainnya, jangan lupa beri kabar terbaru mengenai hasil penemuanmu,OK!

Pesan itu yang dikirimkan oleh ayahnya, senyum Ilona pun mengembang. Ia senang karena ayahnya lebih banyak memikirkan pekerjaan, dan mencari kesibukan. Karena semenjak kematian ibunya lima tahun lalu, sebelumnya Ian Scot lebih tampak terpuruk dan lebih memilih menyendiri, dan murung.

Dan saat ini Ilona tidak perlu terlalu khawatir mengetahui ayahnya bisa mengalihkan pikirannya, Ilona metelakkan ponselnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk merapikan dirinya.

Ilona sudah keluar dari kamar hotelnya, ia mengenakan celana jeans biru panjang, serta kemeja tanpa lengan dengan kerah V. Sudah hari ketiga ia menginjakkan kakinya di Mesir, sebuah penelitian besar mengenai latar sejarah Ramesses yang sempat dikatakan menghilang.

"Pagi Nona Ilona." Seorang pria dengan tubuh gempal dan pendek, serta kumisnya yang tebal menghampiri Ilona yang sudah tiba di lobi utama hotel.

"Siang, Hamadi . Huhh... Pagi sekali mesir sudah sangat panas ya." Balas Ilona, dan mengibaskan kedua tangannya dengan cepat.

"Nona Ilona anda harus terbiasa. Karena saat musim panas seperti ini, Mesir bisa mencapai suhu hingga empat puluh lima derajat. Saya harap anda membawa stok minuman yang banyak. Jika anda tidak ingin mati kehausan."

Hamadi, pria itu memiliki tanggung jawab untuk mengantar pulang dan pergi Ilona. Dan saat ini mereka akan pergi kembali ke lokasi piramida yang berada di wilayah Giza.

Mobil jeep milik Hamadi tidak memiliki atap, hal itu karena Ilona sendiri yang meminta agar ia tetap bisa merasakan angin segar.

Walaupun Ilona harus mengenakan topi dan kacamata, dan merelakan kulitnya yang menjadi semakin mengcokelat.

Penampungan sementara dan beberapa tenda darurat sudah dibangun disekitar lokasi pembongkaran. Beberapa pekerja sudah memulai kegiatan mereka, Ilona memperhatikan sebuah lubang besar, diamana para pekerja hilir mudik diwilayah tersebut.

"Profesor Saburo, bagaimana perkembangannya saat ini?" Tanya Ilona, dan ikut berjalan bersama dengan Saburo kearah dalam lubang yang mereka buat sebagai jalan masuk.

Saburo, seorang arkeolog sekaligus penanggung jawab utama dari proyek mereka saat ini. Pria yang berasal dari negeri Sakura tersebut, merupakan pria yang cukup tampan dan usianya hanya terpaut lima tahun dari Ilona.

"Berkat anda Nona Ilona, kami sudah menemukan lokasi makam raja Ramses. Kau hebat karena bisa mengetahui tulisan mesir kuno yang sangat sulit dipahami. Dan aku sangat kagum, ketika kau terlalu mudah untuk mengartikannya" Ucap Saburo dengan bersemangat.

"Kau sudah tertinggal banyak, semalaman ini aku bahkan tidak tidur. Dan meminta para pekerja untuk lembur dan terus menggali."

"Wahh.. Anda terlalu memaksakan diri Profesor. Kuharap hasilnya tidak akan mengecewakan." Ucap Ilona terkagum.

Seorang pekerja pria dengan wajah lusuh dan penuh dengan noda tanah, menghampiri kearah mereka berdua dengan napas tersengal. "Tuan.. Anda harus lihat sekarang! Kami sudah menemukan peti jenazahnya. Dan peti itu sangat berat sekali, tidak cukup sepuluh orang untuk mengeluarkannya."

Ilona dan Saburo segera mempercepat langkah mereka, melewati lorong sempit dari jalan buatan. Bau lembab, dinding yang basah, dan tanah yang tidak rata. Harus dilalui dengan kehati-hatian.

Jalan berbelok akhirnya mereka lalui, dan celah sempit mereka masuki agar bisa berjalan menuju ruangan yang dimaksud oleh sang pekerja yang masih memimpin jalan didepan mereka saat ini.

Mereka tidak akan menyangka jalan pintas yang mereka tuju, menyambungkan mereka pada sebuah ruang makam yang sangat luas dan besar. Beberapa patung mengelilingi ruangan tersebut, dan beberapa lampu obor yang menempel pada dinding menyala dengan terang.

Ada empat pekerja yang sedang mengelilingi peti tersebut, salah satu pekerja lainnya mendekati pekerja yang memimpin jalan Saboru dan Ilona. "Kita bisa beristirahat sekarang?" Tanyanya dengan wajah lelah.

"Kalian beristiratlah, aku dan Ilona akan memeriksa terlebih dahulu." Ucap Saboru, para pekerja menyambut dengan senang, dan mulai meninggalkan Ilona dan Saboru.

Mata Ilona berbinar melihat peti besar dihadapannya, langkahnya sudah dekat dan mulai meraba halus permukaan peti mati yang kasar.

Ukiran-ukiran, dan simbol-simbol yang ia lihat mulai ia pelajari dengan hati-hati.

"Ini benar-benar peti mati dari Raja Ramesses V, aku tidak pernah menyangka kita akan menemukannya. Sejarah mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang tahu mengenai keberadaan dari jenazah Ramesses. V" Ilona masih terus meraba setiap tulisan yang tertera pada peti mati tersebut.

"Apa kita bisa membukanya ilona?" Saboru lebih penasaran, dan ikut mencari celah yang mungkin saja bisa mengeser penutup dari peti jenazah tersebut.

"Seharusnya kita bisa membukanya, walau hanya sedikit menggesernya. Beri aku waktu sebentar." Ilona mulai memperhatikan setiap simbol yang berada di pinggir sisi peti. Mata Ilona bergerak-gerak dan mulutnya berucap tanpa ada suara.

"Ada apa?" Tanya Saboru, "Entahlah tapi ini seperti sebuah mantra.." Jawab Ilona yang juga bingung.

Ilona terus saja berucap, ia bisa membaca dengan jelas simbol-simbol hieroglif yang terukir . Tapi Ilona belum bisa paham dengan maksud semua simbol tersebut.

Disaat Ilona masih berpusat pada peti jenazah Ramses, disaat itu juga mereka merasakan tanah mereka mulai bergetar dengan kuat.

"Ilona.." Panggil Saboru dengan gelisah.

Ilona seperti sedang terhipnotis, ketika ia semakin dalam dan semakin menghayati membaca simbol hieroglif.

Tanpa aba-aba, cahaya biru yang teramat terang bermunculan dari balik celah peti zenajah Ramesses,

"Ilona... hentikan..!!" Saboru memanggil kembali dan mulai melangkah mundur.

Getaran semakin kuat, batu-batu kecil mulai berjatuhan. "Ilona... kita keluar dari tempat ini. Sepertinya ada gempa bumi." Panggil Saboru khawatir, dan mencoba menarik lengan Ilona.

Seperti ada sebuah kekuatan besar yang muncul tiba-tiba pada diri Ilona, ia bisa menghempas tubuh Saboru dengan sekali serangan.

"Aargghh... Ilona apa yang kau lakukan?" Ucap Saboru ketika tubuhnya menghantam dinding yang bersebelahan dengan celah sempit yang merupakan satu-satunya jalan masuk dan keluar mereka.

Ruangan itu semain bergetar, dan dinding batu disekitar mereka mulai retak dan terlihat banyak titik air yang mulai bermunculan. Ilona masih duduk dan terus membacakan sesuatu yang Saboru sendiri tidak paham.

"ILONA...!!!" Saboru memanggil lebih lantang, dan tidak ada respon dari wanita itu.

Tidak lama kemudian tubuh Ilona terangkat dan melayang di udara, tangannya merentang lurus kearah sampingnya. Wanita itu belum tersadar, dan entah apa yang sedang terjadi dengannya.

"Ilona... Maafkan aku."

Saboru beranjak bangun dan segera masuk kedalam celah sempit, tempat dimana ia bisa keluar meninggalkan ruangan tersebut. Sebuah batu besar langsung terjatuh ketika Saboru sudah tidak terlihat, dan menutup jalan sempit tersebut.

Getaran yang kuat seperti sebuah gempa bumi, membuat dinding pada ruangan tersebut semakin retak. Air semakin banyak masuk dan memenuhi ruangan tersebut, dan Ilona masih saja belum tersadar.

Tidak perlu menunggu waktu yang lama, air sudah memenuhi ruangan tersebut. Dan sudah hampir menutupi mulut dan hidung Ilona.

Mata Ilona melebar tiba-tiba, ia sudah tersadar dan tercengang ketika melihat dirinya sudah berada didalam air. Ilona hampir menghabiskan sisa oksigen yang dia punya, ketika ia tidak sengaja meminum air yang cukup banyak.

Ilona berusaha berenang sekuat mungkin didalam kegelapan, ia tidak bisa melihat cahaya apapun yang mungkin akan bisa menyelematkannya. Tangannya masih mencari-cari, tapi ia sadar bahwa pergerakan detak jantungnya semakin lambat. Dan ia sudah mulai kehabisan oksigen, paru-parunya mulai terasa sangat sesak didadanya.

Wajah Ilona memucat dengan cepat, dan matanya mulai melebar. Ia sudah pasrah dengan keadaan dan mungkin saja ia akan mati diusianya yang masih muda. "Ayah.. maafkan aku." Batin Ilona dan menutup matanya.

Dukung Author ya...

berikan power stone dan ulasan . jangan lupa komentarnya.

novel sy lainnya yang sudah dikontrak resmi WN not a Cinder-Ella.. jangan lupa mampir ;)

Sita_ehcreators' thoughts