webnovel

Love in the Room

Luna terpaksa berhenti menjadi model karena insiden yang membuatnya hamil dan harus menikah dengan Ethan. Ethan yang merasa bersalah menerima pernikahan itu meski Luna tidak mencintainya, bahkan mengacuhkannya dan meminta cerai setelah melahirkan. Luna yang kehilangan popularitasnya dan juga pemberitaan buruk tentangnya sebagai model, semakin galau karena kehadiran Edward. Dia adalah Mantan kekasihnya yang ternyata adalah kakak tiri Ethan. Edward sudah menikah dengan Viona, tetapi itu dia lakukan untuk menyelamatkan perusahaannya. Siapa sangka, Edward bersikeras untuk mendapatkan Luna kembali meski dia memiliki Viona. "Jangan pernah berpikir aku akan kembali padamu, Edward. Karena saat ini juga aku sudah mencintai Ethan!" Edward tidak peduli akan tolakan Luna, dia terus berulah untuk merebut Luna yang sudah mencintai Ethan. Apakah cinta Ethan dan Luna akan mampu bertahan dari gangguan Edward? Kita lihat kelanjutan ceritanya .... Story by Me Art by pinterest

Nonik_Farellidzy · 现代言情
分數不夠
420 Chs

Demam

Sinar matahari menyusup ke kamar mewah bernuansa romansa yang telah menjadi saksi malam sakral antara dua sejoli yang sudah lama menikah tapi baru bercinta. Ethan dan Luna, masih tertidur pulas dengan posisi Luna memeluk Ethan dengan menggunakan tangan suaminya itu sebagai bantalan kepalanya. Mereka mengenakan satu selimut untuk berdua. Ah, mungkin mereka masih naked(Telanjang).

Luna semakin mengeratkan pelukannya, kala ia merasa semakin menggigil. Sesekali dia bersin, membuat aktifitas tidur Ethan terganggu. Pria itu membuka mata saat merasa suhu panas menempel di tubuhnya dan juga karena wanita hamil itu bersin-bersin.

"Luna. Kamu sakit," gumam Ethan saat menunduk menatap istrinya yang menggigil, ia menyentuh kening Luna dengan punggung tangannya.

"Dingin ..." ucap Luna lirih dengan mata yang masih terpejam. Dia enggan untuk membuka mata, mungkin merasa pusing juga.

Ethan jadi khawatir, dia mencium kening Luna lalu melepas pelukannya. Ethan beranjak dari ranjang dan memakai pakaiannya kembali.

"Aku akan telpon dokter dan memintanya datang kesini untuk memeriksamu. Sekarang bangun dulu, kenakan pakaianmu!" ucap Ethan yang kini duduk di tepi ranjang sembari mengusap lembut kepala Luna.

"Tidak perlu panggil dokter. Aku hanya flu biasa Tan," Balas Luna sembari mendudukkan dirinya.

"Tapi wajahmu sangat pucat sayang. Aku akan memanggil dokter sekarang juga. Tolong jangan menolak," pinta Ethan dengan menatap sendu istrinya yang terlihat pucat dan lesu.

Luna menutupi dirinya dengan selimut lalu turun dari ranjang,"Aku mau mandi pakai air hangat."

"kamu demam. Kenapa malah mau mandi?" tanya Ethan.

"Kita semalam bercinta. Ya harus mandi lah. Apalagi mau diperiksa dokter," jawab Luna sembari berjalan menuju kamar mandi.

Etha menghela napasnya,"benar juga. Setelah bercinta harus mandi, itu kan wajib," gumam Ethan. Dia segera menghubungi dokter langganannya.

Sembari menunggu Luna selesai mandi, Erhan membereskan kamarnya yang berantakan penuh dengan bunga-bunga. Sesekali dia tersenyum kala mengingat malam sakral yang telah terjadi semalam. Tapi senyumnya menghilang saat ingat wanita hamil itu sekarang sakit. Ethan jadi khawatir itu penyebabnya adalah karena bercinta semalaman.

CEKLEK

Terlihat Luna keluar dari kamar mandi dengan mengenakan bathrope. Dia mendudukkan dirinya di depan cermin. Mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

Ethan mendekati istrinya itu dan mengambil hair drayer lalu menyalakannya, bermaksud membatu mengeringkan rambut istrinya itu.

"Aku bisa sendiri Tan," Ucap Luna.

"Biar cepat kerinng," balas Ethan.

Luna menghela napas, menatap suaminya yang kelewat perhatian, "Mending kamu mandi, keburu dokter datang!" seru Luna datar. Sesekali dia masih saja bersin.

"Yasudah, aku mandi dulu." Ethan menyerahkan hair drayer itu kepada Luna. Dia segera ke kamar mandi.

___

Di tempat lain, Viona sedang sarapan bersama Edward. Hanya ada keheningan di antara mereka berdua, karena sang pria tidak mencintai istrinya. Dia enggan untuk sekedar mengobrol. Apalagi semenjak Luna jadi adik iparnya. Dia semakin malas dengan Viona.

Hasrat Edward untuk merebut Luna dari adiknya sangatlah kuat. Apalagi wanita itu pernah mengisi hatinya hampir selama dua tahun. Dia ingin segera lepas dari Viona yang tidak ia cintai itu.

"Viona," panggil Edward. Membuyarkan suasana hening pagi sarapan mereka.

"Iya. kenapa?" Tanya Viona dengan menaikkan alisnya.

"Lebih baik, kamu berhenti menyuntikkan dana ke perusahaanku," Jawab Edward datar sembari melanjutkan aktivitas makannya.

"Kenapa memangnya, bukankah kamu membutuhkannya?" Tanya Viona lagi. Dia mulai merasa ada tidak yang tidak beres.

"Perusahaanku sudah mulai stabil. Aku tidak ingin terus menerus memakai uang ayahmu," jawab Edward.

Viona menghela napas. Dia merasa takut, pria di hadapannya itu bisa saja menceraikannya setelah lepas dari bantuan ayahnya. Apalagi dia belum melihat tanda-tanda cinta di mata Edward untuknya.

"Iya nanti aku akan bilang ke ayah," Ucap Viona dengan senyum meyakinkan. Edward membalasnya dengan senyum kaku. Coba bayangkan, Bagaimana bisa kita tersenyum pada wanita yang samasekali tidak kita cintai, bahkan menikahinya karena terpaksa. Itu semua terasa seperti makan tanpa selera.

"Aku akan tetap menahanmu untuk selalu jadi suamiku Edward!! Apapun caranya," Batin Viona sembari melanjutkan aktivitas sarapannya.

____

Luna rebahan di ranjang, dia mengenakan daster di balut dengan blazer. Setelah mandi, dia semakin menggil. Ethan sedang ke dapur untuk mengambil sarapan dan membuatkan susu untuknya.

Calon hot daddy itu sudah rapi mengenakan tuxedo, dia akan berangkat ke kantor setelah istrinya di periksa doktet yang belum juga datang. Ah. mungkin masih macet. Jakarta kalau pagi kan jalanan padat, sering macet.

"Sarapan dulu sayang!" seru Ethan yang baru memasuki kamar dengan membawa sup ayam dan segelas susu.

Luna merona, dia menyadari suaminya itu baru saja punya panggilan baru untuknya.

"Sejak kapan panggilan "sayang" itu?" Tanya Luna dengan menyinggungkan senyum di bibirnya.

"Sejak ...sejak semalam, mungkin kamu tidak ingat karena sedang menikmati malam kita," jawab Ethan dengan senyum merona. Ah mereka tampak seperti orang baru jadian

"Jangan dibahas. Aku malu!" Luna melirik suaminya yang sudah tampan dan rapi.

"Iya. Sekarang makan dulu, biar punya tenaga. Biar adik bayi juga sehat!" seru Ethan sembari menyentuh perut istrinya yang semakin hari semakin besar saja.

Luna merona, dia tersenyum sembari mengambil semangkuk sup ayam itu lalu mulai makan. Ethan menunggunya dengan sabar hingga selesai dan memeberinya susu.

TOK...TOKK...TOKKK.

Terdengar pintu kamar di ketuk. Ethan segera berjalan kearah pintu dan membukanya.

"Dokternya sudah datang tuan," ucap Ira.

"Suruh masuk kesini saja!" Seru Ethan datar.

Ira mengangguk dan berbalik memanggil dokter untuk masuk ke kamar majikannya itu.

Dokter segera masuk, kebetulan Luna sudah selesai sarapan. Ethan hanya diam memperhatikan dokter yang tengah memeriksa istrinya.

"Anda hanya kelelahan. Dan flu itu biasa Hindari minum es, keluar malam, terlalu banyak aktifitas, bepergian jauh. Itu bisa mempengaruhi kesehatan bayi dalam kandungan anda. Apalagi, ini kehamilan pertama dan kembar. Tubuh anda sangat rentan," jelas dokter setelah selesai memeriksa Luna.

Luna hanya mengangguk paham. Karena nyatanya memang dia lumayan lelah setelah ke singapura.

"Apa melakukan hubungan suami istri juga akan membuat keadaan wanita hamil jadi buruk dok?" timpal Ethan dengan polosnya.

Mata Luna sukses terbelalak menatap suaminya yang terang-terangan menanyakan tentang hal yang tabu itu. Dia sangat malu pada dokter cantik itu.

"Itu tidak masalah. Hanya saja, jangan terlalu sering." jawab dokter itu dengan melempar senyumnya pada Luna yang malu-malu. Sedangkan Ethan. Ah, jangan ditanya. Dia terlalu polos dan tidak malu samasekali. Baginya, yang penting dia mendapat pengetahuan supaya tidak salah sangka dan khawatir berlebihan. Tentu dia senang masih bisa terus bercinta selama istrinya hamil.

"Ini saya beri resep obat. Nanti anda tebus di apotik." Dokter menyodorkan kertas bertuliskan nama obat dan aturan minum pada Ethan.

"Iya. Terimakasih dok," ucap Ethan sembari mengambil kertas itu.

"Semoga lekas sembuh. Saya permisi dulu," pamit dokter sembari menyalami Luna dan Ethan.

Setelah dokter sudah keluar dari kamar, Luna melirik tajam suaminya yang tampak biasa saja.

"TANN," Pekik Luna.

"Eh. iya kenapa?" Tanya Ethan dengan menaikkan alisnya.

"Seharusnya kamu tidak perlu tanya-tanya masalah itu, memalukan. Kita kan bisa cari info melalui internet," jawab Luna dengan bersungut-sungut, sayangnya dia tidak punya tanduk.

"Mumpung ada yang ahli. Ya aku tanya saja. Tidak pelu malu, kan dia dokter. Dia pasti sudah biasa dengan orang seperti kita," ucap Ethan sembari mendudukkan dirinya di tepi ranjang.

Luna merengut, dia bergeser menyandarkan kepalanya ke pundak suaminya, "Jangan ke kantor. Dirumah saja!!" Pinta Luna dengan nada manja.

Ethan tersenyum menanggapi istrinya yang manja itu, "Yasudah, aku akan menelpon sekretarisku untuk membatalkan meeting hari ini," balas Ethan.

"Ya harus begitu. Pokoknya seharian temani aku!!" Luna melirik suaminya yang semakin hari membuatnya jatuh cinta.

"Iya. Tapi aku harus beli obat di apotik sekarang," ucap Ethan sembari menoleh menatap Luna.

"Suruh saja mbak Ira, atau supir. Pokoknya kamu di rumah saja. Tidak ada penolakan!!" seru Luna sembari merebahkan tubuhnya dengan kepalanya yang bertumpu pada paha Ethan.

Ethan meghela napasnya. Dia hanya bisa pasrah menuruti semua permintaan Luna. Jika tidak, kebahagiaan semalam akan luntur begitu saja. Dia tidak ingin istri yang baru menerimanya itu marah dan kembali membencinya. Masalah kantor gampang. Kan dia bosnya.