Tiga jam lamanya Roki tertidur. Suasana yang hening dan gelap gulita membuat ia tidur dengan pulasnya. Udara yang sejuk, membuat dirinya tanpa sadar mendengkur. Mulutnya terbuka sambil meneteskan air liur. Setidaknya ia bisa melupakan mimpi buruk, yang terjadi beberapa saat yang lalu. Terkadang ia memeluk tas hijau, berisi apel layaknya sebuah guling. Beberapa menit kemudian, kedua kelopak matanya pun terbuka. Lalu ia melirik suasana yang gelap gulita.
Lambat laun, penglihatannya mulai berubah. Sebelumnya ia melihat apa yang ada di depannya, dengan gelap gulita. Kini ia melihat seluruh benda, memiliki tiga warna yaitu ungu, oren serta kuning cerah. Ia dapat melihat struktur objek benda, dengan sangat baik di dalam kegelapan, layaknya penglihatan inframerah. Kemudian ia beranjak dari tempat tidurnya, dengan raut wajah masih mengantuk serta sempoyongan. Lalu dia berjalan ke sudut. Setelah itu ia menurunkan celanannya. Dia pun berjongkok, lalu buang air kecil.
Selesai buang air kecil, dia berjalan kembali ke tempat tidur. Setiap langkah kakinya, menganggap semua yang dia lakukan hanyalah sebuah mimpi. Padahal apa yang ia lihat, serta apa yang dilakukan benar ada nya. Lambat laun bau amis mulai tercium. Bau amis itu sangat menyengat, spontan Roki menutup hidung dan mulut dengan kedua tangannya. Ia pun berguling kesana kemari, tak layaknya sebuah setrika, serta kepalanya mulai terasa pening.
Kemudian Roki pun terbangun dari tidurnya. Dia berjalan keluar seorang diri, meninggalkan Angela yang sedang tertidur lelap. Roki pun merasa kebingungan, dengan apa yang ia lihat. Dia pun menepuk pipi, dengan kedua tangannya sendiri. Seolah tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Seluruh tempat yang gelap, kini seluruh tempat memancarkan tiga warna. Dirinya melirik kesana kemari, bagaikan orang linglung.
"Sepertinya ada yang salah dengan mataku." Kata Roki.
"Iyah benar." Profesor muncul begitu saja, dalam bentuk hologram mini.
"Sebenarnya ada apa ini? Apa yang terjadi denganku Profesor?"
"Menurut data yang dikirimkan oleh Genix, syaraf kedua matamu mengalami evolusi."
"Evolusi?"
"Iya. Tepat di bagian fovea tepat di bagian tengah makula, mengalami peningkatan ketajaman dalam menangkap suatu objek, sebanyak 200% dari manusia normal. Serta di dalam bola matamu, terdapat Rhodopsin."
"Apa itu Rhodopsin?" Tanya Roki.
"Rhodopsin adalah pigmen yang ada di sel fotoreseptor dari organ retina yang bertanggung jawab terhadap persepsi cahaya, yang mampu menangkap cahaya yang rendah."
"Impossible." Ujar Roki seolah tidak percaya, dengan apa yang dia alami.
"Apa kamu masih berpikir, bahwa dirimu masih seorang manusia?"
"Setidaknya itulah yang aku yakini saat ini."
Setelah itu Roki berjalan perlahan, sambil memegang pistol laser dengan kedua tangannya. Dia mengendus, berjalan mengikuti arah bau tersebut. Sambil berjalan, Profesor Xenom juga memberitahu bahwa penciumannya mengalami evolusi. Kini kemampuan penciumannya, setara dengan seekor anjing.
Namun kemampuan itu masih belum sempurna. Lalu ia pun berhenti di depan sebuah pintu. Jantungnya berdetak begitu kencang, kedua tangannya gemetar serta berkeringat dingin. Kemudian dia pun membuka daun pintu, secara perlahan. Roki pun melirik kesana kemari, namun tidak ada apapun disana.
Aroma amis tercium dari lantai atas, Roki pun berjalan secara perlahan menaiki anak tangga. Setiap kali dia menginjakkan kaki, ia melihat sebuah pancaran gelombang layaknya sebuah radar. Melihat semua ini membuat kepalanya terasa pusing, sebab belum terbiasa dengan kemampuannya. Butuh waktu yang cukup lama, bagi dirinya untuk beradaptasi. Sesampainya di lantai satu, dia berjalan menelusuri lorong seorang diri dalam kegelapan. Kedua tangannya memegang erat pistolnya, lalu menatap sekitar dengan rasa waspada yang tinggi.
Bau amis tercium semakin kuat, dia pun segera bergegas menuju asal bau tersebut. Tiba-tiba sebuah tangan besi membekap mulutnya, sedangkan tangan kirinya terkunci sangat kuat. Sosok itu langsung menariknya, masuk ke dalam sebuah ruangan yang gelap.
"Sttt." Sosok itu menempelkan jari pada bibirnya, sebagai isyarat agar Roki terdiam.
Roki pun melirik ke arah sosok tersebut, lalu menganggukkan kepala sebagai tanda mengerti. Tiba-tiba sesosok monster berbentuk berlendir, masuk ke dalam ruangan. Lendir itu mengeluarkan cahaya hijau, lalu merambat ke atas. Di dalam lendir itu, terdapat struktur tulang mirip seperti manusia. Tulang itu sangat lunak dan lentur, sehingga bisa berubah bentuk sesuai keinginannya.
Deg! Deg! Deg! Deg!
Jantung Roki berdegup semakin kencang, kedua kaki serta tangannya gemetar. Monster itu semakin lama semakin mendekat. Tinggal 30 cm, monster itu berhasil menyentuh kulitnya. Kemudian monster itu berbalik arah, lalu merambat pergi meninggalkan mereka berdua. Setelah monster itu cukup jauh, sosok tangan besi langsung melepaskannya, hingga Roki tersungkur ke depan. Roki pun menghirup udara sebanyak mungkin, lalu menghembuskannya secara perlahan.
Setelah itu dia pun berdiri, lalu melirik ke arah sosok tersebut. Wujud asli dari Sang Pemilik tangan besi, terlihat jelas di balik sinar rembulan. Dari bagian tangan, hingga ujung kaki memiliki tubuh terbuat dari besi, memiliki rambut pendek agak keriting, serta seperempat wajah mirip seperti robot. Diatas kedua tangannya, terdapat dua turet memiliki panjang 15 cm, untuk menembakkan laser dan timah panas. Bagian belakang punggungnya terdapat sebuah katana.
"Siapa kamu?! Makhluk apa itu tadi?!" Tanya Roki.
"Perkenalkan namaku YM100. Makhluk itu adalah zombie slime."
"Zombie slime?!"
"Iyah, zombie mutan yang memiliki tubuh seperti lendir. Sifatnya yang cair, membuatnya bergerak lincah, serta mudah memasuki celah tersempit."
"Jangan-jangan kamu, Ninja Cyborg yang terkenal itu?!" Profesor muncul secara tiba-tiba, memotong pembicaraan dalam bentuk hologram mini.
"Benar."
"Tidak aku sangka, diriku beruntung bisa bertemu Ninja Cyborg generasi terakhir di sini. Ngomong-ngomong, apa yang sedang kamu lakukan disini?" Tanya Sang Profesor.
"Ninja Cyborg? Apa kamu mengetahuinya? Sebenarnya ada apa ini?" Tanya Roki.
Seketika Profesor teringat dengan Angela, yang sedang tertidur pulas di dalam APC. Ia sangat khawatir, dengan keberadaannya saat ini. Sebab menurut informasi radar, yang diberikan oleh Genix, zombie mutan itu sedang menuju ke lantai dasar.
"Bicaranya nanti saja! Sekarang Angela sedang dalam bahaya!"
"Ya ampun bodohnya aku! Mengapa aku sampai melupakannya?!" Roki menyalahkan diri sendiri.
Mereka berdua pun lari mengejar zombie itu. Tetapi ketika hendak keluar ruangan, tiba-tiba sosok zombie mutan aneh, menyerang mereka berdua. Spontan Roki melompat, lalu berguling ke depan. Sementara cyborg itu melompat ke belakang. Roki pun menatap zombie di hadapannya. Zombie itu memiliki kulit berwarna hitam, kepala lonjong tak memiliki mata dan telinga, perut buncit, serta memiliki tangan, serta kaki yang sangat panjang.
Tiba-tiba zombie mutan itu, menyemburkan sebuah cairan aneh dari dalam mulutnya. Dengan mudah Roki menghindarinya. Cairan itu mengenai besi serta lempengan tembaga. Lalu secara perlahan besi itu meleleh.
Door! Door! Door!
Roki menembaknya tepat di bagian kepalanya. Kepala zombie itu terputus, namun badannya masih berdiri tegak. Zombie itu tiba-tiba melompat, spontan Roki melakukan tendangan putaran, seratus delapan puluh derajat. Tubuh zombie itu terputus dengan sendirinya. Potongan tubuh itu berjalan secara perlahan mendekati Roki. Spontan Cyborg itu,, menembakkan turret dari kedua tangannya, di sambung oleh beberapa lemparan kunai. Akhirnya potongan tubuh zombie itu tidak bisa bergerak, dan benar-benar mati.
Roki melihat beberapa potongan tubuh keluar dari saluran air. Rupanya zombie tadi, datang tak sendiri. Ia membawa beberapa kawanannya untuk berpesta. Potongan tubuh itu menyatu satu sama lain, hingga membentuk wujud aslinya. Dari saluran air zombie keluar satu persatu. Roki semakin khawatir dengan keselamatan Angela. Jika terjadi sesuatu pada gadis kecil itu, dia tak bisa membayangkan apa yang terjadi selanjutnya.
"Biar aku hadapi mereka, cepat kejar monster itu!" Kata Cyborg, sambil mengeluarkan katana dari sangkurnya, berjalan ke arah musuhnya dengan gagah berani.
"Terimakasih! Mohon bantuannya!" Roki pun membalikkan badannya.
Setelah itu Roki pun berlari mengejar Zombie slime. Ia sangat khawatir, dengan keselamatan Angela. Sambil berlari, Roki mengeluarkan pedang laser dari kantong mantel miliknya. Lalu ia memencet tombol hingga, cahaya pedang laser itu menyala. Dalam hati dia berdoa, semoga dirinya sempat menyelamatkannya.
Selamat pagi, siang dan malam wahai readers yang terhormat. Seperti biasa, jangan lupa collection, komen, review and power stone :)