webnovel

Kecurigaan Atas Kotaro

"Bu, tadi itu mama yang menghubungiku. Tapi kini terputus lagi." Sambil tubuhnya mundur ke belakang sofa.

Melihat itu, Evelin segera memeluk anak itu lagi.

"Menangislah. Agar kamu dapat menenangkan diri."

Tetapi Sinto tidak dapat menangis. Pikirannya malah memikirkan lagi pembicaraannya dengan mamanya itu.

Lalu ia bertanya dengan nada perlahan, "Oh iya. Kamu kenal dengan orang yang bernama Gintada. Tadi, mamaku menyebutkan namanya. Dan beliau berpesan agar cari dia saja."

Evelin diam sesaat. Ia mencoba mengingat-ingat nama yang disebutkan oleh Sinto. Lalu ia juga berkata dengan perlahan, "Aku sih belum pernah mendengar nama yang kamu sebutkan. Mungkin ada di dataku. Coba sebentar aku carikan." Kata Bu Evelin sambil melepaskan pelukannya dari Sinto. Dan membiarkan anak itu merebahkan kepalanya di paha kakinya. Sedangkan ia sendiri kembali mengutak-atik laptopnya kembali.

Setelah beberapa saat kemudian Ia menoleh ke arah Anak itu. ternyata Shinto sudah tertidur kembali.

Wanita itu mengecup keningnya dan ia pun membiarkan kepala anak itu tetap di situ. Sedangkan ia sendiri menyenderkan kepalanya ke belakang sofa.

Matanya sendiri pun sayup-sayup terasa kembali berat sekali.

Ia pun memundurkan tubuhnya ke belakang sofa agar tidak mengganggu tuan mudanya yang tertidur di pahanya. Kemudian dengan ponselnya ia mengirim pesan ke atasannya yaitu Ibu Kartika. Untuk menanyakan perihal tentang orang yang bernama Gintada.

Setelah itu Ia memandang ke jam di dinding kamar tersebut, "Sudah hampir jam lima." Gumamnya pelan.

****

Shinto pun akhirnya terbangun dan betapa terkejut dirinya ketika ia membuka matanya dan posisi kepalanya berada di dekat kaki wanita itu.

Sedangkan Bu Evelin menatapnya sambil tersenyum, lalu ia menyapanya dengan menggunakan bahasa Belanda, "Goedemorgen Tuan Muda."

Shinto menatap wanita itu dengan tatapan agak bingung.

"Artinya selamat pagi dalam Bahasa Belanda tuan muda." Jelas Bu Evelin.

Shinto membentuk huruf o pada bibirnya. Lalu ia pun membalasnya dengan bahasa Jepang, "Ohayou gozaimasu." Yang artinya selamat pagi juga.

Bu Evelin pun tersenyum dan membalasnya dengan berkata, "Doitashimashite."

"yang artinya sama-sama." Jelas Bu Evelin.

"Wah ternyata guruku yang cantik ini, pandai berbahasa Jepang pula." Puji Shinto sambil bangkit berdiri.

"Sudah jam lima lewat Shinto." Kata Bu Evelin sambil kembali membuka laptopnya.

Tak lama kemudian ponselnya Bu Evelin berbunyi, tampak balasan dari Bu Kartika atasannya Bu Evelin.

Saat itu Shinto sedang membuka pintu kamarnya.

Melihat anak itu hendak keluar. Ia tidak jadi memanggilnya. "Toh masih banyak waktu bicara dengan dia." Pikir Bu Evelin demikian.

Ia pun membaca sendiri berita yang dikirim atasannya itu.

Betapa terkejunya Ia melihat jawaban dari atasannya itu.

Atasannya itu mengatakan kalau orang yang bernama Gintada itu adalah salah satu orang berbahaya yang tergabung dalam Klan Shiroi. Dia adalah pemilik Klan Kuda Terbang. Yang sedari awal memang menghendaki klan mafianya selalu di jalur haram. Karena jalur haram itu sangat menguntungkan. Tetapi semenjak diakuisisi oleh Klan Shiroi milik Kenjiwa. Klan Kuda Terbang ini tidak dapat lagi melakukan kegiatan haram. Sehingga keuntungannya menurun hingga lima puluh persen lebih.

Ia langsung mengirim berita lagi ke atasannya itu, "Apakah harus aku beritahu kepada tuan muda tentang semua ini?"

Kemudian dengan cepat Ia mendapatkan balasannya, "Jangan dahulu. Bilang saja ke anak itu, kalau Aku sedang mencari tahu. Bilang saja sabar. Semoga dalam dua hari ini kita akan mendapatkan jawabannya."

Pada saat Bu Evelin mendapatkan balasan seperti itu. Shinto pun masuk kembali ke kamar.

Sambil tangannya menutup ponselnya. Bu Evelin menyampaikan berita yang sama persis dengan yang ia terima. Terakhir kalinya dari atasannya Bu Kartika.

Shinto hanya mengangguk saja. Lalu katanya pelan, "Bu, sebaiknya Ibu tidak ke sekolah hari ini. takutnya mereka akan menghadang kita lagi seperti kemarin."

Bu Evelin tersenyum lalu berkata, "Aku adalah pengawalmu. Mana mungkin aku membiarkan dirimu pergi sendirian ke sekolah."

"Aku tidak mau kamu terluka, karena diriku." Ucap Sinto dengan tatapan mata yang terlihat sangat mengkhawatirkan wanita itu.

"Tuan muda. Eh maaf, Sinto. Aku pun menyayangimu. Rasa sayang itu timbul semenjak aku melihatmu pertama kali di sekolah. Jadi tanggung jawabku dari Bu Kartika untuk mengawalmu. Harus aku lakukan." Ucap Evelin sambil mendekap wajah anak itu dengan kedua tangannya.

"Oh iya. Masih ada yang hendak aku tanyakan. Kalau atasanmu sendiri itu apanya ayahku ya?"

"Seperti yang sudah aku katakan kemarin, Bu Kartika adalah salah satu dari sekian banyak orang yang direkrut oleh kesatuan khusus. Kesatuan khusus ini dibentuk oleh beberapa negara. Dan bekerja sama dengan Group ayahmu. Sebenarnya kesatuan khusus ini terbentuk dari usul ayahmu."

Mendengar itu Sinto hanya menganggukkan kepala saja.

Lalu katanya perlahan, "Apakah sesungguhnya Bu kartika sedang mengawasi gerak-gerik keluarga ini. sepertinya ayahku yang sesungguhnya tidak percaya dengan keluarga ini."

Evelin mengangguk pelan. Lalu katanya lagi, "Sayang sekali. Sampai saat ini kita masih belum juga bisa menangkap basah kegiatan haram yang dilakukan oleh Brahmana. Karena dia sangat lihai. Tangan kanannya banyak sekali."

"Tetapi rumah ini tidak ada penjaganya sama sekali ya." Ucap Sinto masih dengan suara perlahan.

"Sebenarnya ada. Kamu tidak jeli saja." Ucap Evelin sambil tersenyum.

"Masa sih. Memangnya ada yang terlewatkan ya?" tanya Sinto sambil menggaruk-garuk kepalanya sendiri.

Ia mencoba mengingat-ingat lagi dari turun pesawat pribadi ayahnya sampai masuk ke rumah ini. dan sampai kemarin malam.

"Hanya Paman Kotaro saja." Celetuk Sinto sambil matanya refleks memandang ke arah sebuah cctv yang ada di dalam kamarnya.

Pada saat itu pesawat telepon di dalam kamarnya berbunyi.

Sinto segera mengangkatnya. Ternyata yang telepon itu pamannya Kotaro.

"Sinto maafkan kalau Pamanmu ini memata-mataimu. Tetapi tenang saja. Untuk hal-hal yang tertentu, paman tidak bicarakan kepada ayah angkatmu." Ucapnya sambil tertawa pelan.

"Tapi Paman." Kata Sinto mengalihkan pembicaraannya.

"Semalam paman tahu siapa yang menyusup kamarku?" tanya Sinto penasaran.

"Memangnya ada yang menyusup?" Tanya pamannya dengan nada terkejut.

"Sebentar Paman cek." Katanya lagi.

Setelah menunggu beberapa saat, "Sinto. Maaf sekali. Sepertinya ada yang menyabotase cctv kamarmu ini. sehingga aku tidak dapat mengetahui siapa yang masuk secara diam-diam ke dalam kamarmu." Jelas Kotaro dengan nada menyesal

"Iya sudah kalau begitu Paman." Keluh Sinto sambil menutup telepon itu.

"Sebaiknya aku mandi dulu." Kata Sinto sambil masuk ke kamar mandi yang berada di dalam kamarnya itu.

Karena saat itu sudah jam setengah enam pagi.

Sebelum Sinto masuk ke dalam kamar mandi, "Sepertinya AC di kamar kamu pakai timer ya. Sehingga sudah mati dari jam tiga pagi." Kata Evelin sambil memandang AC di kamar itu.

"Oh ya. Kalau kamu mau pakai AC lagi. Nyalakan saja." Kata Sinto sambil menutup pintu kamar mandinya.

"Tidak usah, lagi pula kita kan sebentar lagi sudah mau berangkat." Ucap Evelin lagi.

Sambil menunggu Sinto Mandi, Bu Evelin hendak mematikan laptopnya dan merapikan. Ternyata pada saat ia hendak mematikannya, muncul berita lagi yang di kirimkan oleh Bu Kartika. Ternyata berita itu tentang Kotaro pamannya.

Begitu ia buka dan membacanya. Bahwa Kotaro itu adalah adik dari istri Kenjiro. Saudara kembarnya Kenjiwa. "Kenapa Kenjiwa bilang kalau Kotaro adalah adik kandungnya yang sah." Gumam Evelin pelan.