Setelah terdengar deru napas teratur, pertanda Arga sudah terlelap dalam tidur. Perlahan Sinta turun dari ranjang, berjalan ke luar kamar mengambil ponselnya yang tersimpan di tas yang ia letakan di nakas samping tempat tidur Tata.
"Assalamualaikum." Dari seberang terdengar suara parau Lelis mengucap salam.
"Waalaikumsalam, maaf, Lis sudah ganggu tidur Kamu,"
"Kebetulan aku belum tidur kok, tapi bentar ya, ke kamar mandi dulu, maklum habis olahraga malam dua ronde sekaligus Beib."
KLIK, sambungan telepon terputus sepihak.
"'Astagfirullah al adzim, baru setengah sepuluh malam udah dua ronde, gila sore-sore udah mulai dong," beo Sinta lirih sambil menuruni anak tangga.
Sinta berjalan ke arah ruang tamu, menyalakan lampu dan duduk di long sofa. Kakinya selonjor, punggungnya diganjal bantal dan dia menyenderkan badan mencari posisi nyaman, hingga ponselnya berkedip menandakan panggilan dari Lelis.
"Maaf Sin, lama ya?" oceh Lelis tanpa salam pembuka, begitu Sinta mengangkat panggilannya.
"Kirain nambah satu ronde lagi?" gurau Sinta membuat Lelis tertawa.
"Maunya sih gitu, tapi kan kamu nungguin."
"Astaghfirullah, Lelis gak cape apa?"
"Ya namanya olahraga cape Beib, tapi kan nikmatnya itu bikin lega, obat stress dan obat tidur paling mujarab."
Lelis lalu menanyakan maksud Sinta menelponnya malam-malam. Sinta menceritakan kejadian di rumah makan saat dia mendapati suaminya dengan 'Ulat Bulu', panggian untuk wanita yang keganjenan nemplok di lengan Arga. Tidak lupa dia juga menceritakan kalimat yang didengarnya dari Arga yang menjadikan alasan utama Sinta menelepon Lelis.
Sesekali Lelis kembali memanggil Sinta dengan sebutan Nyonya, panggilan sayang dari dia dan tiga temannya yang lain. Di antara mereka berlima, Sinta yang paling kaya dan sangat tercukupi kebutuhan financial-nya ketika masih jadi mahasiswa dan hidup mengontrak dengan mereka. Tidak jarang di akhir bulan ketika uang makan mereka sudah menipis, setipis kulit bawang. Sinta yang membeli bahan pokok makanan untuk dimasak di dapur kos mereka. Dan sebagai balasan terima kasih dari keempat temannya. Sinta selalu dibebaskan dari tugas beres-beres, cuci piring dan lain sebagainya. Sehingga tercetuslah panggilan Nyonya untuk Sinta, karena sering kali Dinda sang ketua kontrakan bertitah 'Jangan ganggu Nyonya, Nyonya mah terima beres.'
"Nya, emang dalam seminggu berapa kali sih kamu kasih service si Arga," tanya Lelis setelah mendengarkan cerita Sinta. Sinta awalnya enggan menjawab, tetapi Lelis mengultimatum kalau pertanyaan-pertanyaan yang dia ajukan tidak dijawab lebih baik dia matikan teleponnya saja.
"Ya kadang seminggu sekali, kadang dua kali, ya gak nentu Lis," jawab Sinta.
"Ya Allah Sinta Puji Lestari, rumah tangga macam apa itu, olahraga cuma seminggu sekali," maki Lelis sarkas dengan penuh penekanan ketika menyebut nama lengkap Sinta.
"Emang mestinya bagaimana?" tanya Sinta bingung.
"Kalau kamu merasa fine-fine saja dengan durasi olahraga sekali seminggu, kamu perlu menanyakan kembali, 'apakah kamu dan Arga baik-baik saja?' Baik-baik saja menurut kamu belum tentu untuk Arga juga demikian.
Terkait frekuensi ideal olahraga malam, selalu berpulang kepada masing-masing pasangan. Nih kalau menurut aku idealnya minimal tiga sampai empat kali seminggu, gak bisa jadi patokan buat kamu dan Arga. Jadi untuk urusan ini komunikasikan berdua itu akan lebih baik untuk keharmonisan keluarga kalian." terang Lelis panjang lebar.
"Kamu maniak apa hyper, itu minimalnya aja tiga sampai empat kali,"
Lelis kembali menjelaskan apa itu hypers*x menurut pemahamannya. Dari beberapa sumber yang dia dapat dorongan s*ksual yang tinggi dan diekspresikan dengan seringnya ingin bermesraan dan melakukan hubungan s*ksual, bukan berarti dia hiper.
Faktor hubungan s*ksual yang dilakukan selalu menyenangkan bisa jadi alasan suami atau istri jadi ketagihan bermesraan dengan pasangannya, apalagi tubuh dan psikisnya sehat, jadi wajar kalau selalu ada keinginan untuk mengulangi lagi pengalaman yang menyenangkan itu. Itu jelas berbeda dengan hypers*ksual, karena Hipers*ksual memiliki gambaran bahwa hubungan s*ksual merupakan kebutuhan yang tidak pernah terpuaskan, orang yang hyper sering melakukan s*x di antara kesibukan mereka, semata-mata ingin mengejar orgasm* yang sering. Rata-rata mereka melakukan hubungan itu tanpa emosi didalamnya, jadi hanya untuk kenikmatannya sendiri. Tidak memperdulikan apa yang di rasakan pasangan mereka.
Jadi sangat wajar kalau suami istri melakukan olahraga malam dengan sering, asal sama-sama terpuaskan, sama-sama mengerti kondisi pasangan. Tidak ada dampak buruk sepanjang dilakukan sesuai dengan kemauan dan kemampuan bersama.
"Jadi lebih baik kamu obrolin baik-baik dengan Arga mengenai hal itu, karena Ketidakmampuan menyeimbangi libid* pasangan penting untuk diperbaiki. Kecuali, kamu bersedia membiarkan para ulat bulu yang nemplok ke Arga. Jalin komunikasi yang baik, setidaknya pillow talk dulu lah sebelum kalian tidur. Bukan malah kamu molor dulua. Lagian kamu kan Nyonya, udah sih gak usah repot sama urusan butik. Mending kamu selalu siap ngangkang setiap malam, atau kalau perlu kamu yang ngangkangin Arga."
"Makasih ya Beib, nanti lah besok malam aku coba pillow talk ...."
"Apa? Besok malam? Sekalian saja tahun depan biar Ulat Bulu makin lengket. Lama bener besok malam, habis salat subuh kan bisa tuh ngobrol, bermanjaan sama Arga. Percuma Sin, kamu cantik, rajin perawatan, pakaian branded dengan penampilan elegan. Kalau di depan suami masih malu-malu kucing kaya gitu, apa yang aku sebutkan tadi gak bakal bikin Arga puas," potong Lelis sebelum Sinta menyelesaikan kalimatnya.
"Kok gitu sih, kan aku cantik juga buat dia," protes Sinta.
"Eh Nya, dengerin Nyonya Sinta Puji Lestari," perintah Lelis.
"Kamu bilang cantikmu buat Arga, tapi pernah gak ngerayu dia duluan, pake lingerie sexy dengan menampilkan kecantikan kamu seutuhnya buat layanin Arga?"
Sinta menggeleng merespon pertanyaan Lelis, padahal hal itu tidak mungkin terlihat oleh Lelis, karena mereka melakukan panggilan suara bukan video call.
"Jawab dong, Nya," desak Lelis.
"Nggak Beib, enggak. Tadi kan udah ngomong mas Arga malah sering protes karena aku sering tidur duluan."
"Yah cemen banget kan," ejek Lelis pada sahabatnya.
Karena waktu sudah semakin malam akhirnya Lelis memberikan PR untuk dikerjakan Lelis ketika bangun tidur sampai Arga berangkat ke kantornya.
Satu, morning kiss dengan senyuman selamat pagi yang menggoda. Dua, setelah shalat subuh, berbaring dipangkuan Arga sejenak untuk mengungkapkan kerinduan yang bakal dia rasakan ketika jauh dari Arga. Tiga, siapkan pakaian untuk Arga dan cumbu Arga dengan mesra ketika membantunya berpakaian.
Tentu saja Sinta protes dengan PR yang diberikan Lelis, belum apa-apa dia sudah ngerasa jijik dan muak duluan. Tapi Lelis kembali mengingatkan kalau ganjen ke suami itu balasannya pahala dan diakhiri sebuah kalimat sarkas bernada mengancam.
"Kalo kamu gak mau bertingkah kegatelan di depan Arga, biar saja Ulat Bulu yang dengan kegatelannya menebar racun sampai Arga terbiasa dengan kehadirannya. Finally, dia akan menggantikan tugas kamu sebagai istri, dia pasti senang hati nemplok kegatelan sama suami kamu," ancam Lelis.