"Sepertinya sudah mulai sore, aku mau kembali ke penginapan."ucap Rizel. Sebenarnya Rizel hanya ingin berpamitan bukan mengajak. Rasanya tidak sopan jika Rizel pergi begitu saja. Andi melihat ke sekitarnya untuk memastikan apa yang Rizel katakan.
"Ya udah yuk, nanti keburu malam."ajak Andi sembari menoleh kepada Rizel. Rizel pun mengangguk dan mereka berjalan kembali ke penginapan.
Sepanjang perjalanan Rizel tidak mengatakan apapun dan hanya fokus menatap jalan dan sekitarnya. Rizel hanya merasa tidak nyaman dengan situasi saat ini, Rizel sedikit khawatir jika nantinya ia membuat Sekar salah paham karena ia bersama dengan Andi.
Berbeda dengan Rizel, Andi justru terlihat santai seolah itu adalah hal yang biasa saja. Hal itu membuat Rizel berpikir, mungkin dirinya benar-benar sangat kaku dengan suatu hubungan, maklum saja Rizel tidak memiliki banyak pengalaman menjalani hubungan percintaan, tapi Rizel cukup berpengalaman mencintai dalam diam.
"Kalian dari mana?"tanya Risa saat melihat Rizel dan Andi datang bersamaan. Rizel sedikit terkejut dengan kehadiran Risa, ia pikir mereka semua masih beristirahat.
"Habis jalan-jalan, cari udara segar."jawab Andi santai sembari berjalan menuju kulkas, tempat di mana Risa berdiri saat ini.
"Apa kamu ma---"belum sempat ia menyelesaikan pertanyaannya, Rizel sudah terlebih dahulu meninggalkan ia dan Risa.
"Kenapa kamu bisa bersama Rizel?"tanya Risa penuh curiga.
"Kebetulan ketemu, jadi sekalian aja."jawab Andi sembari menutup kembali kulkas yang ada di hadapannya.
"Jangan aneh-aneh kamu."ucap Risa memperingati Andi. Risa pun berlalu meninggalkan Andi, Andi hanya bersikap acuh tak acuh mendengar peringatan dari Risa itu.
...
Risa, Sekar, Rizel, Irfan dan Andi tengah mempersiapkan bahan-bahan yang akan mereka gunakan untuk makan malam. Mereka mengadakan berbeque party sebagai perayaan liburan pertama mereka. Tak berapa lama, Kalila juga menyusul dan tak lama kemudian Dirgi juga telah berkumpul bersama mereka.
"Apa ini akan baik-baik saja?"tanya Rizel yang tidak yakin dengan hasil bakarannya. Sekar yang ada di sampingnya, justru sibuk mengipasi asap yang mengenainya.
"Sepertinya apinya kebesaran, kamu hanya akan membuat makanan itu menjadi gosong."ucap Andi yang kemudian berdiri di antara Sekar dan Rizel.
Andi pun mengeluarkan beberapa bara api yang digunakan sebagai bahan bakar. Setelah api mengecil ia mengembalikan kembali makanan tadi ke atasnya.
"Sepertinya sudah gosong."ucap Rizel yang sedari tadi memperhatikan. Ini pertama kalinya Rizel dan Sekar mengadakan pesta berbeque seperti ini, jadi mereka bersemangat untuk memanggang bahan-bahan itu.
"Sebaiknya kamu potong menjadi lebih kecil, biar proses memanggangnya sempurna." saran Andi sembari menyodorkan gunting kepada Rizel.
Rizel pun menerima gunting itu dan melakukan sesuai perintah. Rizel tidak yakin dengan rasanya, karena sebenarnya ia tidak begitu suka dengan makanan yang dibakar/dipanggang, kecuali yang dimasukkan ke dalam oven.
"Apa kamu baik-baik saja?"tanya Andi yang kini menoleh kepada Sekar yang sedari tadi masih sibuk mengibas asap dari wajahnya.
"Sepertinya aku nggak berbakat berada di depan sini."gerutu Sekar.
"Sebaiknya kamu duduk di sana bersama mereka, biar aku yang menyelesaikan ini."ucap Andi sembari mengusap pipi Sekar. Rizel yang berada di dekat mereka tentu mendengar percakapan mereka.
"Tapi kan aku pengen nyoba juga."ucap Sekar dengan manja.
"Jangan dipaksa, aku tahu kalau kamu nggak nyaman berada di depan sini."ucap Andi lagi.
"Ok baiklah."jawab Sekar, Andi memang paling mengerti dirinya.
"Kamu hanya tunggu, dan makan. Aku akan menyiapkan makanan yang enak buat kamu."ucap Andi lagi, Sekar pun mengangguk dan berbalik meninggalkan Andi dan Rizel.
Rizel merasa canggung mendengar percakapan mereka. Apalagi nada-nada manja yang mereka berdua keluarkan membuat Rizel bergidik ngeri. Rizel tidak lagi mengingat bagaimana bersikap dan bertindak ketika pacaran, jadi ia tidak begitu tahu, apakah itu hal-hal yang dilakukan sepasang kekasih. Tapi sepertinya Andi memang sangat mencintai Sekar dan memperlakukan Sekar dengan baik.
Andi menoleh kepada Rizel yang masih sibuk memotong bahan-bahan itu menggunakan gunting. Andi tersenyum, ia tahu saat ini Rizel merasa canggung.
"Sini aku aja yang mengerjakannya."ucap Andi hendak memgambil gunting dari tangan Rizel, tapi Rizel dengan sigap menjauhkan gunting itu.
"Aku aja, udah tinggal dikit kok."jawab Rizel.
Andi pun membiarkan Rizel melanjutkan kegiatannya itu, sedangkan Andi pun membalik-balikkan bahan yang sudah dipotong Rizel agar matang dengan sempurna. Mereka bekerja dalam diam, Sedangkan di sisi lain, Risa tengah memperhatikan Rizel dan Andi.
"Apa kamu mau mencobanya?"tanya Andi sembari menyodorkan sepotong daging berukuran sangat kecil kepada Rizel. Tentu saja Rizel menolak, namun Andi memaksa dan membuat Rizel tak bisa menolak lagi.
"Gimana?"tanya Andi dengan ekspresi harap-harap cemas, matanya tertuju kepada Rizel yang masih mencoba merasakan daging di dalam mulutnya itu.
Rizel pun mengangguk sebagai jawaban. Rizel tidak terlalu mengerti tapi dagingnya sudah empuk, jadi Rizel pikir sudah baik-baik saja. Andi tersenyum setelah melihat reaksi Rizel, ia pun mengambil sepotong daging dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
"Hmm, tidak telalu buruk."ucap Andi sembari mengangguk. Rizel hanya tersenyum melihat Andi yang tampak bahagia hanya karena daging itu.
"Sepertinya kamu berhasil membuatnya dengan baik."ucap Andi memuji Rizel.
"Aku tidak melakukan apa-apa, hanya meletakkannya di atas situ."bantah Rizel. Mereka memang membeli daging yang telah dibumbui, sehingga mereka tidak perlu repot-repot untuk membumbuinya lagi.
"Meskipun begitu tetap saja, kamu telah memanggangnya dengan baik. Tidak semua orang bisa melakukannya."ucap Andi lagi sembari memperlihatkan gigi-giginya.
"Makasih atas pujiannya."jawab Rizel merasa lebih baik.
Awalnya Rizel pikir, Andi mendekatinya karena memiliki maksud tertentu. Maklum saja, Rizel sering menemukan pria-pria seperti itu, jadi ia hanya tidak ingin termakan rayuan pria seperti itu. Kini, Rizel sudah bisa merasa sedikit santai, karena sepertinya Andi hanya ingin berteman dengannya, dan Rizel juga sudah melihat perlakuan Andi kepada Sekar.
Seharusnya Rizel tidak salah paham kepada Andi. Justru ia harusnya berterima kasih karena Andi mencoba untuk membuatnya merasa nyaman dengan liburan bersama mereka ini.
"Akhirnya selesai juga."ucap Andi sembari membawa tiga buah piring menuju anak-anak yang lainnya. Rizel menyusul Andi di belakang dengan membawa dua piring lainnya.
"Saatnya menyantap makanan."ucap Andi yang disambut sorakan anak-anak lainnya.
"Buruan, keburu mati kelaparan kita di sini."keluh Sekar. Irfan dan Dirgi pun beranjak dari duduknya untuk membawa makanan lainnya yang telah diletakkan di atas piring oleh Andi dan Rizel.
Mereka pun duduk secara acak, setidaknya Rizel berterima kasih karena mereka tidak begitu memperlihatkan keromantisan mereka. Ini benar-benar seperti liburan bersama teman-teman, di mana mereka bisa berbaur dengan siapa saja.
"Terima kasih atas makanannya."ucap mereka secara bersahut-sahutan. Rizel hanya tersenyum menanggapinya, untuk malam ini Rizel bahagia karena telah melakukan apa yang dari dulu ingin ia lakukan.