webnovel

Lapar Di Alam Baka

Aphrobeauty datang tak hanya dengan tangan kosong. Dia juga hendak memberikan sesuatu kepada Madesh. Memang setiap mengunjungi Madesh Aphrobeauty tak pernah lupa membawakan hadiah kecil untuk Madesh.

"Hai, Madesh!" sapa Aphrobeauty dengan begitu ramah.

Madesh juga melihat sebuah kotak kecil yang berada di tangan Aphrobeauty. Walaupun Aphrobeauty baik padanya namun Madesh tetap saja bersikap cuek karena Madesh benar-benar tidak menyukai Aphrobeauty.

"Sekarang apa yang kau inginkan? Aku sedang tidak punya banyak waktu!" jawab Madesh dengan dingin.

"Aku, aku ke sini hanya untuk memberikan sesuatu padamu! Walaupun kamu terus saja menolak aku tetapi aku tetap akan berjuang untukmu! Ini, terimalah hadiah kecil dariku! Semoga kamu suka!" Aphrobeauty memberikan kotak kecil yang ia bawa tadi kepada Madesh.

Madesh tidak pernah mengira jika Aphrobeauty akan begitu keras kepalanya. Padahal sudah jelas-jelas Madesh menolaknya namun Aphrobeauty tetap tak mau menyerah.

"Sebenarnya kenapa kau terus mengejarku bahkan aku sudah menolak dirimu. Tetapi kau masih saja mengejarku tanpa henti," ujar Madesh yang hampir frustasi karena Aphrobeauty.

"Karena aku mencintaimu dan aku tidak punya alasan untuk berhenti mengejar dirimu," jawab Aphrobeauty dengan begitu jujur.

Rupanya begitu besar cintanya Aphrobeauty pada Madesh namun sayangnya Madesh tak dapat membalas perasaannya. Lagi-lagi Madesh berusaha untuk mengembalikan barang pemberian dari Aphrobeauty namun Aphrobeauty enggan menerimanya kembali.

"Lain kali jangan membawakan apapun lagi untukku! Aku kembalikan ini padamu." Madesh menyodorkan hadiah pemberian Aphrobeauty.

Kedua tangan Aphrobeauty menahan Madesh untuk melakukan hal itu. "Tidak, aku tulus memberikannya padamu seperti hadiah-hadiah yang lain. Setidaknya kalau kamu tidak mau menerima cintaku kamu mau menerima hadiah pemberianku."

Madesh tidak tega melihat mata Aphrobeauty yang berkaca-kaca saat ia hendak mengembalikan hadiah itu. Dan pada akhirnya Madesh tetap menerima hadiahnya.

Namun karena Madesh teringat akan Azura yang berada di dalam kamarnya ia tidak bisa lagi berbincang-bincang dengan Aphrobeauty. Madesh takut jika Azura sudah sadar dan tiba-tiba keluar dari kamarnya. Akan gawat kalau sampai dewa atau dewi lain melihat keberadaan manusia di alam mereka.

"Baiklah kalau begitu aku akan menerima hadiah pemberian darimu! Aku masuk dulu masih banyak yang harus aku kerjakan!" pamit Madesh lalu masuk ke dalam rumahnya meninggalkan Aphrobeauty di luar.

"Baiklah, kalau begitu aku akan kembali," jawab Aphrobeauty yang ikut pergi meninggalkan rumah Madesh dengan senyuman kebahagiaan karena Madesh mau menerima hadiah pemberian dari dirinya.

Azura yang tadi pingsan kini telah terbangun dari pingsannya. Kepalanya terasa berat dan berputar-putar sehingga Azura harus memegangi kepalanya saat ia hendak duduk.

"Arrghh, kepalaku pusing sekali," gumam Azura yang kesakitan sambil melihat ke sekelilingnya.

Azura pikir jika dia hanya bermimpi saat bertemu dengan Madesh dan Madesh bilang jika mereka ada di rumahnya. Namun ternyata semua itu adalah kenyataan.

"Haih, aku pikir aku akan terbebas dari sini saat terbangun karena aku pikir semuanya hanya mimpi. Namun ternyata semuanya bukanlah sebuah mimpi. Sekarang apa yang harus aku lakukan?" gumam Azura yang benar-benar bingung.

Tak lama kemudian Madesh masuk ke dalam dan melihat keadaan Azura. Azura yang melihat Madesh dari pintu kamar itu langsung memalingkan wajahnya.

Azura masih begitu kesal terhadap Madesh yang menculik dirinya. Dan kini Madesh sudah berada di samping Azura dan duduk di atas ranjang tempat Azura duduk.

"Bagaimana keadaanmu? Apa kau sudah lebih baikan?" tanya Madesh dengan begitu lembut.

Namun sayangnya Azura masih enggan menatap Madesh dan terus membuang mukanya. Madesh tahu jika Azura masih marah jadi Madesh tidak akan memaksanya.

Dan kebetulan sekali karena Madesh tidak mau menerima hadiah pemberian dari Aphrobeauty jadi Madesh memberikannya kepada Azura.

"Tidak masalah kalau kau masih marah padaku. Aku ingin memberikan sesuatu padamu. Terimalah,"ujar Madesh lalu meletakkan hadiah dari Aphrobeauty ke sebelah Azura.

Azura masih saja membuang muka dan enggan menatap Madesh. Jadi Madesh memilih untuk keluar agar suasana hati Azura menjadi lebih baik.

"Kalau begitu aku keluar dulu! Jika kau butuh apa-apa aku ada di depan!" pamit Madesh lalu pergi dari dalam kamarnya.

Usai kepergian Madesh, Azura melihat sebuah kotak kecil pemberian dari Madesh. Azura mengambil kotak itu dan memperhatikannya.

"Apa ini?" gumam Azura yang penasaran.

Langsung saja Azura membuka kotak itu untuk melihat isinya. Dan setelah terbuka rupanya isinya adalah sebuah gelang rantai yang terbuat dari berlian asli.

Azura terkejut dengan hadiah pemberian Madesh yang jika diuangkan harganya begitu mahal. Azura pun mencoba untuk memeriksa apakah itu benar-benar berlian asli atau bukan.

"Ini… ini adalah berlian asli! Bagaimana bisa dia memberiku sebuah berlian? Apakah dia membeli atau mencurinya?" gumam Azura yang penasaran.

Sebenarnya Azura menyukai gelang itu karena bentuknya yang sederhana namun nampak begitu indah. Tetapi Azura enggan untuk memakainya.

Azura pikir jika dia memakainya maka Madesh akan menganggap jika dirinya telah memaafkan Madesh dan membuat Madesh berpikir kalau Azura mau tinggal di sini.

Jadi Azura memutuskan untuk mengembalikan gelang itu ke dalam kotaknya semula dan menaruhnya di meja di samping tempat tidurnya.

"Heh, aku bukanlah gadis matre! Sogokanmu tidak akan mempan untukku! Yang aku mau adalah pulang! Bukan gelang ataupun harta yang lainnya!" gerutu Azura yang kesal.

Azura pun memilih untuk berbaring dan meratapi nasibnya yang harus mendekam di penjara alam baka seorang diri. Akan sulit bagi dirinya untuk keluar dari sana.

Sudah tidak ada teman, tidak ada orang tua bahkan ponsel pun taka da. Azura begitu merasakan kesepian dan kerinduan yang dahsyat.

"Mama, Papa, bagaimana bisa Azura tersesat ke ala mini? Azura tidak mau di sini, Azura ingin pulang, Ma, Pa, selamatkan Azura," rengek Azura yang tiba-tiba mengeluarkan air matanya.

Saat Azura tengah meratapi kesedihannya hal yang tak terduga pun terjadi. Perut Azura keroncongan karena sudah seharian Azura belum makan.

Azura yang tadinya berbaring kini terduduk dan memegang perutnya yang keroncongan sambil memanyunkan bibirnya.

"Haduh, kenapa aku harus lapar? Kenapa aku juga belum makan? Ini semua karena Arthur si brengsek itu sehingga aku kelaparan di sini! Aku harus mencari makan ke mana?" gumam Azura yang kebingungan.

Azura tadinya enggan keluar dari kamar karena tidak mau bertemu dengan Madesh. Namun jika dia tidak keluar dari sana dia akan mati kelaparan.

Jadi setelah pertimbangan yang matang dengan sedikit keterpaksaan Azura keluar dari dalam kamar Madesh.

Azura berjalan ke sembarang arah karena tidak tahu seluk beluk rumah itu. Walaupun kelihatannya rumah itu kecil namun sebenarnya bagian dalamnya sangat luas.

"Dapurnya ada di sebelah mana, ya? Apakah Dewa Kematian juga punya dapur dan sesuatu untuk dimasak?" gumam Azura yang terus berjalan mencari ruangan dapur.

TBC…