webnovel

Kembalilah Padaku Stella!

Diabaikan oleh suami sendiri adalah hal yang sangat menyakitkan. Stella sudah cukup lelah menunggu cinta dari Saga. Hingga tiba saatnya Stella mengajukan surat perceraian dan melamar kerja diperusahaan musuh bebuyutan Saga, pria itu justru menaruh ketertarikan pada Stella. Satria yang merupakan kakak tingkat Stella dulu selalu melindungi Stella dari Saga, tapi Saga yang ambisius dan egois telah menekankan bahwa Ia akan mendapatkan segala yang dia inginkan cepat atau lambat. Stella tidak akan mungkin tergiur untuk kembali pada Saga, tapi apakah Stella akan memilih Satria sebagai suami barunya?

ClarissaFidlya · 青春言情
分數不夠
420 Chs

Perceraian

"Jangan, ah… jangan…"

"Kau ingin aku berhenti atau meneruskannya, hm?"

"T-tidak, jangan. Nanti ada yang melihat kita …"

Stella berdiri di depan pintu ruangan Direktur Utama Maheswara Corp dan mendengar percakapan yang berasal dari dalam ruangan itu. Dia dapat mendengar suara Saga Maheswara, dan desahan seorang wanita.

"Nyonya, sepertinya Pak Saga sedang sibuk sekarang, atau ..." ujar asisten Saga, Dirga, yang berdiri di sebelahnya sambil melirik Stella dengan rasa malu dan simpati.

"Tidak perlu ..." balas Stella, kemudian kembali memakai kacamata hitam nya, dan berkata, "Kau bisa memberikan ini padanya. Aku sudah ada urusan lainnya, jadi aku pergi dulu." Setelah berbicara, Stella pergi dari situ.

Hatinya sangat sakit sampai tubuhnya lemas. Untungnya, dia memakai kacamata hitam terbesarnya hari ini, yang menutup ekspresi sedih di wajah dan matanya yang sudah berwarna merah.

Stella tahu bahwa Saga membencinya, bahkan saat Stella sudah menyelamatkan nyawa pria itu lima tahun yang lalu, kemudian menikah selama hampir tiga tahun lamanya, Saga tidak pernah menganggapnya ada dalam hidupnya.

Dia menyukai Saga selama bertahun-tahun, dia sudah lelah dan tidak ingin menunggu Saga untuk mencintainya lagi.

Semuanya sudah berakhir! batin Stella sembari berjalan ke luar dari gedung kantor itu.

Di sisi lain, Dirga melihat file di tangannya yang tadi diberikan oleh Stella, ekspresinya tiba-tiba berubah, dan dia segera membuka pintu dan masuk kedalam ruangan kantor Saga.

Saat sudah berada di dalam ruangan, Dirga dapat melihat Saga yang duduk sambil menatapnya dengan pandangan kaku, sedangkan si sekertaris, perempuan yang didengar Stella tadi, berdiri agak jauh dari tempat Saga dan ekspresinya seperti khawatir.

Dirga yang melihat keduanya yang tampak tenang, menjadi heran karena apa yang dia pikirkan tadi tidak sesuai dengan kenyataan yang dia lihat sekarang.

Dia berpikir jika semua kejadian dan suara-suara tadi hanyalah akal-akalan Saga, untuk mempermalukan dan membuat kesal Stella, istrinya.

Dirga berdehem sebentar, kemudian berkata, "Pak Saga, Nyonya Stella sudah pergi. Sebelum Nyonya pergi, Nyonya memberikan berkas ini pada saya dan menyuruh untuk memberikannya kepada Anda." Kemudian, dia lalu mendekat ke meja Saga dan menyerahkan berkasnya pada pria itu.

Saga menerima berkasnya, kemudian mengeluarkan sebuah kertas dalam amplop coklat itu.

Dia mengerutkan keningnya saat melihat berkas yang berjudul "Surat Perceraian" di tangannya itu.

Apa yang wanita itu inginkan? Apakah dia benar-benar ingin bercerai? batin Saga bertanya-tanya.

"Jangan khawatirkan tentang Stella, Dirga." Saga melihat surat perceraian itu dengan eskspresi jijik, kemudian kembali berkata, "Aku ingin melihat trik apa yang akan wanita itu mainkan padaku!"

_______

Sesampainya di rumah, Stella segera mandi. Setelah itu dia mengemasi barang-barangnya sendiri di kamar karena menurutnya dia tidak akan tinggal di rumah itu lagi setelah mereka bercerai.

Untungnya, dia sudah setuju dengan tawaran temannya, Bella, sebelumnya. Bella memiliki sebuah rumah di pusat kota, dan dia sekarang sedang berkuliah di luar negeri, dan tidak akan kembali sampai bulan depan, dan membiarkan Stella untuk tinggal di rumahnya sementara waktu.

Setelah itu, Stella langsung pergi ke rumahnya. Setelah membersihkan dan menata barang-barangnya, dia langsung mencari pekerjaan di internet.

Stella pernah belajar tentang desain perhiasan, jadi dia mengirim resumenya ke beberapa perusahaan desain perhiasan terkenal.

Dua hari kemudian, dia menerima pemberitahuan wawancara di Antares Corp, salah satu perusahaan desain perhiasan terkenal di negaranya.

Pagi harinya, dia sudah bersiap-siap, dan setelah mandi, wanita itu langsung pergi ke Antares Corp.

Saat sudah sampai di lobi perusahaan, Stella melihat sosok yang dikenalnya, yang membuatnya menegang, dan wajahnya menjadi pucat. Dia dapat melihat sesosok pria yang berada dalam lift di depannya …

S-saga! Bagaimana dia bisa berada di sini? batinnya.

Tempat ini adalah Antares Corp, bukan Maheswara Corp dan saat Stella mengirimkan resumenya ke beberapa perusahaan, dia sengaja tidak mengirimkan ke perusahaan Saga yang lain. Jadi, dia terkejut saat bertemu dengan Saga di situ.

"Ini pasti kebetulan. Yah, hanya kebetulan saja!" ujarnya meyakinkan diri.

Namun, dirinya masih sedikit bingung, dan kembali merasakan sakit di hatinya ...

Bagaimanapun, dia dan Saga sudah bercerai, dan mereka tidak ada hubungannya satu sama lain.

Tidak apa-apa. Tidak apa-apa, batin Stella.

Mengambil napas dalam-dalam, menghembuskannya, Stella menenangkan dirinya, kemudian berjalan menuju lift yang tidak jauh darinya, dan langsung masuk ke dalamnya, lalu menekan tombol angka tiga belas. Lantai tiga belas adalah tempat dirinya melakukan wawancara nanti.

Setelah tiba di lantai tiga belas, dia duduk di depan sebuah ruangan bersama para pelamar lainnya.

Hingga, tiba gilirannya dipanggil.

"Stella ..." panggil seseorang.

Stella segera berdiri dan masuk ke dalam ruangan itu. Saat sudah berada di dalamnya, dia dapat melihat lima orang pewawancara yang duduk di depannya.

Dia langsung segera duduk di kursi yang telah disiapkan.

Manajer departemen desain melihat resume Stella dan mengerutkan keningnya, kemudian berkata, "Tidak ada pengalaman kerja? Bagaimana HRD bisa meloloskanmu? Kau tidak memenuhi persyaratan pekerjaan kami, jadi kau bisa pergi."

Saat mendengar itu, Stella terkejut dan tidak menyangka jika dirinya tidak diterima bekerja di Antares Corp karena belum memiliki pengalaman kerja.

Dia juga termasuk yang salah satu mahasiswa terbaik di kampusnya pada saat itu, tetapi karena semua pemikirannya tertuju pada Saga, dia mengabaikan semua pekerjaan dan masa depannya sendiri, hingga tidak memiliki pengalaman kerja sama sekali dan mengabaikan hubungan sosialnya dengan orang lain. Dalam pikirannya, hanya ada Saga, tidak ada yang lain.

Jadi, saat tidak diterima bekerja, sudah terlambat untuk menyesal sekarang.

"Baik, terima kasih." Stella menghela nafas, berdiri dari duduknya dengan tubuh lemas, kemudian saat akan pergi dari ruangan itu, seseorang memanggil namanya yang membuatnya menoleh.

"Stella ..." panggil seseorang.

Stella pemandangan ke arah pewawancara yang terlihat lebih muda dibandingkan dengan pewawancara lainya. Pria itu sangat tampan dan Stella merasa seperti [pernah bertemu dengannya, tetapi dia tidak dapat mengingat di mana dia melihatnya.

Sedangkan, saat melihat ekspresi kebingungan Stella, pria itu tertawa dan berkata, "Stella, aku ingin memberimu kesempatan untuk bekerja di Antares Corp selama satu bulan, namun tidak akan digaji. Jika kau dapat memenuhi standar pekerjaan kami dalam satu bulan, kau akan diterima menjadi karyawan tetap, bagaimana? "

Saat mendengar itu Stella agak terkejut dengan tawaran pria itu, dan dia hanya bisa terdiam.

Di sisi lain, manajer desain yang mendengarnya terlihat tidak setuju dan segera berkata pada pria itu, "Pak Satria, kita tidak memiliki peraturan seperti itu!"

"Kalau begitu itu akan menjadi aturan baru di perusahaan kita dan akan berlaku mulai dari sekarang!" Satria menyipitkan matanya ke arah si manajer, lalu berdiri dan menghadap Stella yang masih terbengong, kemudian berkata, "Apa kau bersedia bekerja di perusahaan kami?"

Stella yang tersadar segera menjawab, "Y-ya. Saya bersedia!" Stella mengangguk dengan cepat.

Antares adalah perusahaan desain perhiasan terkenal. Jika dia bisa bekerja dan bisa belajar di perusahaan itu selama satu bulan, dia yakin kemampuannya akan berkembang dengan sangat cepat.

Satria yang melihat itu tertawa, kemudian berujar, "Bagus! Jadi, kau akan menjadi bawahanku mulai hari ini. Ikut aku."

Pria itu kemudian berjalan dan keluar dari ruangan, dan Stella langsung berjalan menyusulnya.

Saat mereka sudah berada di ruangan direktur utama, Stella memandang pria yang duduk di depannya dengan ekspresi heran.

wanita itu sedikit gugup dan bingung saat berkata, "Pak Satria, mengapa Anda memberikan saya kesempatan ini?"

"Kau tidak mengingatku?" tanya Satria yang tidak menjawab pertanyaan Stella. Pria itu hanya memandangnya sambil masih tersenyum.

"Adik tingkat, Stella, kan?" tanya pria itu lagi.

Ha? Adik tingkat? Apa maksud Pak Satria? batin Stella dengan bingung.

Setelah beberapa saat, Stella mengingat sesuatu, dan segera berkata dengan ekspresi yang terkejut, "Kak Satria?"

wanita itu tidak menyangka jika kakak tingkatnya, Kak Satria di kampus, adalah direktur utama Antares Corp.

Satria yang melihat Stella terkejut, tertawa. "Kau masih mengingatku rupanya" ujarnya pada wanita itu.

Sedangkan, Stella sedikit malu karena tidak mengenali Satria sebelumnya, dengan ekspresi malu-malu dia berkata: "Aku tidak mengenali Kak Satria sebelumnya, karena Kakak semakin tampan."

Stella tidak memuji Satria, namun itu adalah fakta. Pria itu yang selalu memakai kemeja lusuh, dan berkacamata, kini menjadi sangat tampan saat memakai setelan jas rapinya. Oleh karena itu, dia tidak mengenali Satria awalnya tadi.

Saat dia masih kuliah, Satria adalah Himpunan Mahasiswa di jurusannya, dan dia adalah sekretaris ketua. Mereka dulu bekerja sama dengan baik. Stella menjabat sebagai sekretarisnya hanya selama satu tahun karena Satria yang lebih tua tiga tahun darinya, lulus duluan.

Dia kembali mengingat masa-masa mereka saat bekerja sama dan baginya itu adalah pengalaman yang menyenangkan bisa bekerja sama dengan Satria selama mereka masih berkuliah.

"Kau tidak berubah sama sekali, wajahmu masih sama, Stella" ujar Satria sambil tersenyum, kemudian melanjutkan, "Aku sudah mengenalmu dan percaya pada kemampuanmu, jadi aku bersedia memberimu kesempatan ini, tetapi untuk menghindari gosip dari departemen desain nanti. Dalam satu bulan ini, kau akan bekerja langsung bersamaku di sini, dan untuk sementara kau bisa membiasakan diri dulu bekerja di sini sebagai sekertarisku. Aku juga akan mengajarimu langsung, sambil melihat perkembanganmu."

Stella tersenyum dan membalas, "Benarkah? Baiklah. Terima kasih, Kak Satria."

Dia tentu saja sangat senang saat diterima bekerja di Antares Corp, salah satu perusahaan desain perhiasan yang terkenal dan sukses.

Dan dia sekarang sudah resmi bergabung dengan Antares Corp.

Karena Stella pernah bekerja sama dengan Satria sebelumnya saat kuliah, dia memahami kebiasaan Satria yang sangat tertib. Jadi, dia akan berusaha bekerja dengan sangat tertib agar membuat Satria percaya dengan kemampuannya, hingga pria itu menjadikannya sebagai pegawai tetap di Antares Corp.

Kemudian, dia segera bekerja di sana.

Saat Stella menyampaikan jadwal kepada Satria untuk hari ini, pria itu segera berdiri dan berkata padanya, "Stella, aku kan ikut makan malam bisnis hari ini. Kau akan pergi denganku."

"Baik, Pak" ujar Stella.

Setelah itu, mereka pergi dari ruangan. Satria, pergi ke ruangan lain, sedangkan Stella pergi ke toilet untuk merias diri, bersiap-siap untuk makan malam.

Hingga, sore harinya, mereka berdua pergi ke salah satu hotel bintang lima yang ada di kota itu.

Makan malam bisnis yang dibicarakan Satria, adalah makan malam para petinggi perusahaan di sebuah restoran di hotel bintang lima.

Saat mereka tiba di depan pintu restorannya, semua pelayan menyambut Satria dengan ramah. "Selamat malam Pak Satria, saya dengar Tuan Saga akan datang ke sini malam ini ..." ujar salah satu pelayan.

Sedangkan, Stella, yang berdiri di sebelah bosnya, merasakan perasaan tidak enak saat mendengar nama "Saga" disebut.

Mereka kemudian masuk bersama ke dalam restoran.

Saat sudah sampai di dalam, Stella dapat mendengar seseorang berteriak, "Pak Saga, sudah datang … "