Stella tiba-tiba merasakan jantungnya berdetak lebih cepat, kemudian melihat ke arah pintu masuk, dan melihat seorang pria berjas hitam yang memasuki restoran. Pria itu memiliki bahu lebar, tubuh tinggi dan ramping, dan wajahnya sangat tampan.
Pria tampan seperti itu, langsung menjadi pusat perhatian orang-orang di dalam restoran.
Itu benar-b-benar dia! Saga! batin Stella.
Wajah Stella menjadi pucat, dia tidak berharap untuk bertemu Saga secepat ini.
Dia juga tiba-tiba menjadi lebih gugup dan ingin pergi dari tempat itu secepat mungkin.
Tolong jangan melihatku ... tolong jangan melihatku …, doa Stella dalam hatinya. Tapi harapannya tidak terkabul karena Saga telah melihat mereka, dan pria itu berjalan ke arah mereka dengan langkah yang agak cepat.
"Pak Satria, saya tidak mengira kita akan bertemu di sini " ujar Saga saat sudah berada di meja mereka.
"Pak Saga, senang bertemu dengan Anda. Tolong ajari saya yang masih orang baru ini cara berbisnis" ujar Satria sambil tersenyum.
Sedangkan, Stella yang berdiri di samping Satria, hanya bisa menundukkan kepalanya, tubuhnya gemetar, dan dia terus saja memegangi tangannya dengan gugup.
"Baiklah, saya bisa mengajarkan Anda." Saga tersenyum, kemudian melanjutkan, "Untuk penawaran bisnis saya sebelumnya, saya khawatir Anda kembali tidak tertarik seperti sebelumnya.."
Satria yang mendengarnya ikut tersenyum dan membalas, "Saya tidak bisa memprediksi hasil tender kemarin, dan belum perusahaan kami yang menang. Jadi, kemarin itu hanya berhati-hati saja."
"Saya pikir, Anda sudah cukup berpengalaman dalam hal itu. Anda tampaknya merupakan seseorang yang cukup teliti dan cermat. Tampaknya Pak Satria tidak sehebat yang saya kira" ujar Saga, kemudian mengambil gelas yang berisi wine dari pelayan yang lewat, lalu meminumnya.
Sedangkan, Satria hanya mendengus, tapi tidak menjawab.
Saat menyadari situasi permusuhan antara bosnya dan Saga, Stella mendongakkan kepalanya.
Dia melirik Saga, dan kembali menundukkan kepalanya karena terkejut, dan dengan cepat menghindari tatapan Saga padanya.
Setelah percakapan dua orang pria itu, Stella bisa melihat bahwa hubungan antara Saga dan Satria sangat buruk. Oleh karena itu, dia tidak ingin kehilangan pekerjaannya karena hubungan pribadinya dengan Saga.
Dirinya hanya ingin Saga mengabaikannya dan tidak menganggapnya ada di situ.
"Pak Satria, sekretaris Anda yang lama sangatlah cerdas. Dia tahu kesempatan bagus hingga memilih untuk bergabung dengan Maheswara Corp dan Saya tidak tahu setelah kepergian sekretaris itu, Anda dengan cepat sudah memperoleh sekertaris baru?" ujar Saga, lalu tertawa.
Ini akan menjadi hal menarik, batinnya, saat mengetahui Satria yang dengan cepat memperoleh sekertaris baru. Dia juga ingin sedikit menggoda musuh dalam berbisnisnya itu kali ini.
Ketika Stella mendengar Saga membicarakannya, dia tiba-tiba menjadi tegang, dan tahu bahwa Saga sangat membencinya dan pasti pria itu akan berkata hal-hal aneh tentang dirinya pada Satria.
"Pak Saga, Apa maksud Anda?" Satria menarik Stella ke belakangnya, menatap Saga dengan ekspresi waspada.
"Pak Satria, jangan terlalu gugup begitu, menurutku sekretaris barumu itu sangat cantik dan aku baru saja kehilangan sosok wanita cantik dalam hidupku" ujar Saga sambil tersenyum, dan melanjutkan, "Nona ini, apa masih single?"
Stella melotot setelah mendengar kata-kata mantan suaminya itu dan memandang Saga dengan tatapan tidak percaya.
Apa maksudnya? batin Stella.
Dia kembali mengingat, jika selama pernikahan mereka, Saga tidak pernah menatapnya. Bahkan, mereka hanya berbicara sesekali lewat telepon dan Saga selalu menghinanya dengan kata-kata kejam.
Dia kaget saat Saga memuji dirinya cantik di depan Satria.
Stella berpikir jika mantan suaminya itu sudah gila karena perubahan sikapnya yang entah pura-pura tidak ingat atau memang lupa akan dirinya.
"Pak Saga, saya rasa Anda harus menjaga sikap" ujar Satria dengan marah.
Sedangkan, Saga yang awalnya hanya ingin menggoda sekretaris baru itu, merasakan semakin menariknya situasi mereka saat melihat Satria yang bersikap melindungi sekretarisnya.
"Pak Satria, jangan terlalu kaku begitu. Saya hanya ingin lebih akrab dengan sekertaris Anda" ujarnya, kemudian mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya dan memberikan itu pada Stella sambil berkata, "Ini kartu namaku. Kau bisa menghubungiku kapan saja" lalu langsung meletakkan kartu namanya ke tangan Stella, bahkan bersalaman dengannya.
Tubuh Stella menegang saat melihat perlakuan Saga padanya yang tidak dia duga.
"Aku akan menunggu telponmu, Nona" ujar Saga, kemudian meneguk winenya lagi, lalu berkata pada Stella, "Aku menunggumu." Setelah itu, dia segera pergi dari situ.
Sedangkan, Wajah Stella hampir pucat saat menyadari sikap Saga seperti itu padanya. Bahkan, Stella merasa mantan suaminya itu seperti orang yang berbeda dari sebelumnya.
Pria itu bahkan tidak tahu bahwa dia adalah istrinya yang telah menikah selama tiga tahun dengannya! batin Stella.
Stella menjadi bingung dan kesal saat mantan suaminya tidak mengenali mantan istrinya sendiri setelah menikah tiga tahun lamanya.
wanita itu mendengus dan mengejek dirinya sendiri dalam hati. Haruskah dia bersyukur bahwa suaminya tidak tahu seperti apa dia, jadi dia menghindari rasa malu di depan bosnya?
Setelah melihat kepergian Saga, Satria menoleh pada Stella dan berkata, "Apa yang dia katakan, jangan terlalu dipikirkan."
"Ya…" Stella mengangguk. Dia hanya merasa panik sekarang, oleh karena itu Stella segera izin pada bosnya, "Kak Satria, aku merasa sedikit bosan di sini. Aku akan keluar sebentar mencari angin."
"Pergilah, aku akan menyapa beberapa kolegaku. Kau harus cepat kembali, ya." kata Satria dengan ekspresi serius.
Stella mengangguk, kemudian berjalan keluar dari restoran.
Meski telah menceraikan Saga, Stella masih merasa sedih karena Saga tidak mengenali dirinya tadi.
Apa dia sungguh menganggap diriku tidak ada dalam hidupnya? batin Stella.
Dia segera keluar dari restoran.
"Sialan, Saga! Dasar pria bajingan ..." Stella mengutuk dan mengumpat, kemudian merasa kembali agak lebih tenang dari sebelumnya.
Saat akan kembali masuk, Stella berhenti saat mendengar sebuah suara panik seorang wanita.
"Aku tahu aku salah, kau bisa mengampuni aku kali ini ..." ujar suara itu.
"Aku ingin sekali mengampunimu, tapi ..." ujar pria itu lalu terkekeh pelan dan melanjutkan dengan suara rendah, "Jika kau melakukan sesuatu yang salah, kau akan dihukum, benar kan?"
"Pak Saga, tolong ampuni aku kali ini, aku tidak akan berani lagi ... Akh! .. khh..." Sebelum dapat menyelesaikan kalimatnya, wanita itu berteriak kesakitan.
Stella yang bersembunyi di balik dinding, tidak jauh dari sumber suara, dan wajahnya menjadi pucat saat mendengar teriakan wanita itu.
Apa ini? Apakah seseorang menyakiti orang lain?! batinnya.
Namun, dia seperti mengenal suara pria barusan.
Saat memikirkannya, pria itu kembali berkata, "Kirim dia ke rumah sakit, jangan biarkan dia mati seperti ini, atau itu akan terlalu murah untuknya" Kemudian, Stella dapat mendengar suara tubuh yang diseret.
Dia menjadi sangat ketakutan hingga tubuhnya sedikit gemetar.
Sebuah tangan tiba-tiba terulur, dan meraih lengannya, lalu sosok itu merangkul tubuhnya dengan erat.
Dia terkejut hingga mulai berontak. Namun, pria dengan jari agak kapalan itu,mencekiknya dan membekap mulutnya dengan erat.
"Ternyata ada orang yang sedang menguping rupanya. Menurutmu apa yang harus aku lakukan padamu?" ujar pria itu dengan tenang.
Stella melotot terkejut dan memandangnya dengan takut saat dapat melihat wajah pria yang membekapnya.
Saga?! batinnya.
Stella berpikir jika seseorang yang baru saja melakukan tindak kejahatan tadi adalah Saga, mantan suaminya hingga membuat jantungnya berdebar lebih keras dari sebelumnya.
"Ah. Rupanya itu kau, Sekertaris Baru ..." Saga juga melihat wajah Stella dengan jelas. Dapat dirinya lihat jika wanita itu melotot padanya dan terlihat ketakutan, yang menurutnya sangat lucu.
"sfjbjsab" ujar Stella tidak jelas, kemudian menggelengkan kepalanya dan memberi isyarat pada Saga untuk melepaskan bekapannya.
Melihat itu, Saga perlahan melepaskan tangannya, kemudian membelai leher Stella dengan pelan.
"S-saga ..." ujar Stella, namun saat sadar dengan apa yang barusan dilakukan Saga dia berkata, "Pak Galang, apa yang Anda lakukan?"
"Apa yang aku lakukan?" ujar Saga sambil menyeringai, kemudian melanjutkan, "Kau sudah menguping percakapanku dengan orang lain dan sekarang bertanya apa yang ingin aku lakukan? Hah?"
"Saya tidak mendengar apa-apa." Stella berpura-pura tenang. Dirinya mencoba untuk tidak kembali terpesona pada pria di depannya itu.
"Baiklah. Jika, orang lain tahu ..." ujar Saga, lalu menyeringai yang menurut Stella terlihat sangat menakutkan.
"Saya tidak tahu apa-apa ..." Stella segera berkata padanya. Kemudian, saat akan melarikan diri, Saga dengan cepat mengulurkan tangannya dan memegang dengan kuat kedua tangan Stella.
"Pak Galang, Apa yang akan Anda lakukan pada Saya?" tanya Stella yang sudah merasa tidak berdaya.