webnovel

Kamu Seperti Kekasihku

Setelah kehilangan kekasihnya sekaligus calon suaminya yang bernama Arkana, Nindya harus menghadapi banyak masalah. Dia harus rela menikah dengan pria bernama Ray karena dia harus melakukan sebuah pernikahan bisnis. Namun, disaat Nindya berada di jurang keputus asaannya. Dia bertemu dengan pria yang 'mirip dengan Arkana.' Akankah Nindya meneruskan pernikahan dengan Ray? Atau mungkin dia memilih untuk bersama dan memperjuangkannya cintanya bersama pria yang mirip dengan Arkana? Lalu, Akankah kematian Arkana mengungkapkan banyak misteri yang tersembunyi selama ini?

Dhini_218 · 现代言情
分數不夠
51 Chs

Sang penyelamat (1)

Axcel melihat jika Nindya pergi dari tempat itu dan mobil yang kini dia tumpangi telah diikuti oleh orang-orang suruhan Fera.

"Sial! Dia benar-benar wanita yang sangat kejam!" Umpat Axcel, dia mulai mengikuti kedua mobil itu dari belakang dan Axcel langsung mengambil ponselnya. Dia menelepon Anjar untuk mengirimkan beberapa orang pengawal pribadinya dan menyuruhnya untuk menyusulnya secepatnya.

Setelah memberi tahu Anjar dan dia menyalakan sinyal GPS. Axcel kembali fokus menyetir dan melihat kearah mobil yang kini menghadang mobil yang Nindya tumpangi saat ini.

Di dalam mobil.

Nindya yang melamun sambil menatap jendela merasa terkejut karena supirnya tiba-tiba menghentikan mobilnya secara mendadak.

Kepala Nindya terbentur jok depan dan meringis kesakitan.

"Aowhhh … ada apa pak? Kenapa bapak berhenti secara mendadak seperti ini?" Tanya Nindya ,dia mengusap dahinya yang sedang kesakitan.

"Mbak Dya, gawat! Gawat sekali! Lihat ke depan mbak!" Ucap supir itu dan dia bersama pak Maman.

Nindya menatap kearah depan dan dia melihat ada beberapa pria bertubuh besar sedang turun dari mobil itu dan kini datang menghampiri mobilnya.

"Oh Tuhan, ada apa ini? Pak apa yang mereka ingin lakukan?" Ucap Nindya, dia merasa ketakutan dan juga rasa panik kini menghantui pikirannya saat ini.

"Mbak Dya, lebih baik nanti mbak keluar dan saya yang akan menghadapinya," ucap pak Maman. Dia akan menjaga Nindya dengan kemampuan yang dia miliki.

"Tidak pak, bapak jangan melakukan hal yang gegabah. Tunggu, aku akan memanggil polisi agar segera datang menolong kita," ucap Nindya dan dia langsung mengambil tas nya. Dia hendak mengambil ponselnya namun ada tangan yang meraihnya.

Nindya pun menoleh dan dia melihat jika pintu mobilnya telah terbuka.

Satu pria bertubuh besar dan berwajah seram kini mencengkeram tangannya.

Nindya merasa sangat terkejut saat melihat itu semua.

Nindya menatap kearah pak Maman yang ternyata dia juga sudah bekerja sama dengan para penjahat itu.

"Pak, ini ada apa? Kenapa bapak membuka pintu mobil ini?" Tanya Nindya dengan nada bingung.

Pak Maman tersenyum dan dia langsung memalingkan wajahnya.

"Mohon maaf mbak Dya, saya terpaksa melakukannya. Karena cucu saya sedang ditahan oleh seseorang. Jadi saya hanya bisa mengikuti perintahnya saat ini," ucap pak Maman. Bibirnya bergetar dan sebenarnya dia melakukan itu dengan terpaksa.

Nindya menghela nafas panjang dan dia tahu jika pak Maman melakukannya dengan terpaksa jadi dia tidak mungkin menyalahkannya.

"Baiklah, aku sangat mengerti. Bapak tidak perlu menyalahkan diri bapak karena bapak juga tidak memiliki pilihan lain," ucap Nindya.

Tangan Nindya pun ditarik oleh pria besar itu dan dia dipaksa untuk keluar.

"Ayo, cepat kamu keluar dari sini!" Ucap pria besar itu dengan suara keras dan juga sangat menakutkan.

Nindya pun merasa kesakitan karena pergelangan tangannya dicengkeram erat oleh pria itu.

"Awww … sakit! Aku bisa pergi sendiri dan kalian tidak perlu memaksa aku seperti ini," teriak Nindya dan dia akhirnya mengikuti pria besar itu masuk ke dalam mobilnya.

Axcel mengepalkan tangannya dan dia pun langsung keluar dari mobilnya saat ini.

"Hei tunggu!" Teriak Axcel.

Nindya dan beberapa pria besar itu pun langsung menoleh.

Saat melihat Axcel, Nindya tersenyum senang karena akhirnya ada yang datang untuk menolongnya. Namun, dia merasa sangat sedih karena Nindya takut jika para penjahat ini akan menyakiti Axcel. Karena biar bagaimana pun Axcel adalah pria yang sangat baik dan juga dialah yang selalu ada disaat dia membutuhkan pertolongan.

"Ax, kenapa kamu ada disini?" Tanya Nindya, dia menatap Axcel dengan tatapan sedih.

"Dya, kamu jangan takut! Aku pasti menolong kamu. Jangan menangis ya! Aku mohon jangan menangis!" Teriak Axcel, dia melihat wajah Nindya yang kini terlihat mulai menitikkan air matanya.

Axcel berjalan dan mendekati Nindya secara perlahan.

"Jangan! Ar, kamu jangan kesini, aku mohon! Aku tidak mau kehilangan kamu lagi Ar," teriak Nindya, tiba-tiba Nindya melihat Axcel adalah Arkana dan yang berada dihadapannya saat ini adalah Arkana bukanlah Axcel. Tanpa dia sadari, Nindya telah memanggil Axcel dengan nama Arkana.

Axcel menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan Nindya. Walaupun dia dipanggil Arkana tapi dia tidak merasa keberatan sama sekali. Asalkan Nindya mau menerimanya entah menjadi Axcel atau Arkana, dia tidak merasa peduli sama sekali.

"Terserah kamu saja Dya, mau Arkana atau Axcel, aku tidak peduli sama sekali. Yang penting kamu mengatakan jika kamu tidak ingin kehilangan aku kan? Hehehehe … aku akan tetap ada untuk kamu Dya," gumam Axcel tepat didalam hatinya. Dia menyeringai dan kembali melanjutkan langkahnya untuk mendekati Nindya.

Beberapa pria itu pun tertawa keras saat melihat satu orang pria yang berani ingin melawannya saat ini.

"Hahahaha … hei kamu! Kamu hanya sendiri dan tubuh kamu tidak sebesar kami, hahahaha … kamu sama saja telah mengantarkan nyawa kamu kemari," ucap pria itu dengan sombongnya.

Mereka pun tertawa terbahak-bahak dan meremehkan Axcel saat ini juga.

Axcel menyeringai, dia tidak takut sama sekali kepada mereka. Karena Axcel sejak kecil ikut latihan bela diri bersama kakeknya. Jadi baginya dia tidak merasa takut sama sekali tapi baginya ini adalah kesempatan dia untuk melakukan peregangan otot karena sudah lama tidak berkelahi dengan orang lain.

Axcel sibuk dengan perusahaannya jadi tidak ada waktu untuk berlatih bela diri lagi.

Axcel terus berjalan dan kini, dia berada tepat didepan Nindya dan juga beberapa pria besar itu. Pria-pria yang hendak menculik Nindya.

Axcel berdiri dengan kokoh dan terlihat jika dia tidak merasa takut sama sekali.