webnovel

Nina

Mata Nina menyapu ke seluruh penjuru sekolah, jam pulang sudah berlaku lima belas menit yang lalu, seketika itu juga sekolah juga sepi dari lima belas menit yang lalu.

Namun, sosok wanita yang bertubuh semampai dengan kulit putih bersih dan wajah yang cantik belum ingin pergi meninggalkan sekolah.

Ia duduk di kursi panjang di depan kelasnya. Entah apa yang membuat ia tak ingin pulang saat ini, padahal mama nya menyuruh dirinya untuk pulang cepat hari ini.

"Lo tau nggak sih si Naura itu,"

"Naura siapa?"

Mendengar suara itu membuat Nina menoleh ke arah kiri dimana suara itu berasal.

Matanya menyipit saat melihat laki-laki yang sangat ia kenali sedang berjalan ke arahnya.

"Mengapa mereka masih ada disini? Padahal kan jam pulang sudah berbunyi sejak tadi? Biasanya mereka paling cepat pulang nya." Sinis Nina dan kemudian memakai hoodie jaket yang ia kenakan untuk menutupi wajahnya agar tidak dikenali oleh Lana dan juga Gilang.

"Itu loh yang suka sama Lo itu Lan, yang waktu itu pernah nembak Lo pas kita lagi basket. Ingat nggak sih?" Jawab Gilang mengingatkan sahabatnya itu tentang Yang sudah lalu itu.

Lana nampak berpikir sebentar mengingat yang mana satu yang bernama Naura.

Beberapa saat kemudian ia langsung teringat setelah beberapa kenangan tentang waktu basket itu muncul di ingatannya.

"Ah iya, kenapa dengan dia?" Tanya Lana yang sedikit malas untuk membahas tentang wanita itu. Ditambah lagi dengan usahanya yang begitu gigih meskipun sering sekali ditolak, benar-benar tidak punya malu sama sekali jadi wanita.

"Nah Lo ingatkan? Jadi tu, tadi gue nggak sengaja balik dari kantin eh tiba-tiba liat dia masukin sesuatu ke tas Lo. Nggak tau sih apa. Lo udah liat?" Tanya Gilang yang sontak membuat langkah Lana langsung terhenti.

Pantas saja ia merasa tasya sedikit berat. Padahal tadi ketika ia datang tas itu tak berat sama sekali.

"Wait, mari kita liat apa yang diberikan oleh cewek itu." Ucap Lana dan kemudian mulai membuka isi tas nya.

Sementara di tempatnya berada yang saat ini sudah begitu dekat dengan Lana dan Gilang, Nina terlihat begitu menikmati setiap pembahasan mereka. Entah apa yang saat ini ada dalam pikiran Nina.

"Kalau makanan bagi gue ya Lan." Jawab Gilang, ia jadi tak sabar dengan apa yang diberikan wanita bernama Naura kepada Lana.

"Penasaran gue, apa ya isinya." Lanjut Gilang lagi mencoba untuk menekan-nekan isi bingkisan yang saat ini dibalut dengan kertas kado..

"Kok gue liat nya nggak selera ya?" Sinis Lana sambil menatap bingkisan yang ada di hadapan nya itu.

"Terus yang seperti mana lagi yang buat Lo selera huh?" Ketus Gilang dan kemudian menyambar bingkisan Yang ada di tangan Lana.

Terlihat Lana sangat tidak tertarik dengan hadiah yang diberikan oleh adik kelasnya itu hingga ia kembali menutup tasnya.

"Wah jam tangan. Mahal nih," ucap Gilang ketika sudah membuka bingkisan yang diberikan itu.

"Mahal atau nggak nya itu bukan urusan Lo." Sambar Lana, ia yang ingin pergi itu langsung mengambil jam tangan itu dengan cepat agar Gilang tak ada niatan untuk memintanya.

"Ck! Dasar Lo! Gaya nya nggak mau ambil bingkisan itu, tapi pas tahu hadiahnya mahal main sambar aja. Takut banget sih gue minta!"

"Bukannya takut tapi sangat tidak wajar jika Lo mengambilnya."

"Cih! Ya sudah kalau seperti itu. Gue bilangin ya ke Naura kalau Lo senang dengan hadiah yang dia Kasi."

"Tak ada jawaban apapun dari Lana, laki-laki itu melangkah sangat cepat sekali menghindari Gilang. Bahkan ia sama sekali tak menyadari seseorang yang menutupi wajahnya dengan Hoodie adalah Nina, wanita yang sedang mereka cari tahu itu benar-benar seperti patung saat ini.

Ia takut akan ketahuan dengan kedua orang laki-laki yang terus menghantuinya selama ini.

"Lan, katanya kalau Lo terima hadiah dari dia berarti Lo terima cintanya. Jadi sekarang Lo terima cintanya kan?"

"Bukan urusan Lo ya Lang."

"Ck! Jelas dong ini urusan gue karena lo itu teman baik gue. Berita bahagia ini seperti nya harus di kasi tahu sama Nanda dulu deh." Ucap Gilang sambil berjalan melewati Nina yang menundukkan kepalanya sambil main HP.

Sementara Lana kini sudah hilang dari pandangan mata. Cukup cepat juga Lana bergerak.

Tak berselang lama, terdengar suara mobil yang meninggalkan kan sekolah itu hingga membuat Nina menarik napas nya dengan lega.

Ah, hampir saja ia ketahuan dengan mereka. Jika sampai ketahuan bagaimana ia akan tetap bersikap angkuh seperti biasanya.

Tiba-tiba saja ponsel miliknya berbunyi, Nina dengan cepat langsung masuk pada room chat grup sekolah mereka.

Matanya melebar dengan sempurna, baru saja di bilang kini berita tentang jadiannya Lana dan juga Naura.

"Wow, sekolah ini benar-benar sangat cepat sekali informasi tersebar ya."

"Namanya juga orang ganteng terus terkenal lagi di sekolah tentu saja banyak wanita ngantri ingin di dekat dengan Lana dan geng nya." Sinis Nina, ada rasa tak suka disana namun Nina bersikap begitu biasa saja.

Beberapa saat setelah itu, Nina terasa rambutnya yang tadi terus melambai-lambai itu tak lagi terasa.

Ia mendongak ke atas ketika menyadari ada orang lain lagi yang ada sini

Ketika mata mereka berdua saling adu pandang, Nona langsung memutuskan kontak mata itu lebih dulu.

"Ck! Enyahlah dari pandangan gue. Gue eneg liat Lo." Sinis Nina dan kemudian mengambil tas yang berada di atas kursi panjang dan kemudian langsung pergi meninggalkan Laki-laki yang baru saja tiba tanpa sempat mengatakan apapun pada Nina.

Namun meskipun begitu ia tersenyum penuh bahagia saat ini melihat punggung kecil yang semakin lama semakin jauh meninggalkan dirinya yang selalu saja berisik di belakang Nina. Mau di anggap ataupun tidak, ia serahkan itu semua nya pada Nina.

"Nina, Aku mencintaimu." Ucap laki-laki itu dengan sangat lantang sekalI hingga membuat Nina yang mini sudah berada di ambang pintu pagar langsung menoleh ke arah laki-laki itu.

"Terserah, tapi sayang nya gue nggak cinta sama Lo! Lo urus aja wanita Lo itu! Nggak usah sok ngejar-ngejar gue! Gue bukan wanita yang bodoh." Sinis Nina dengan wajah ketusnya ketika melihat ke arah Lana.

Namun bukannya marah dengan apa yang diucapkan oleh Nina, ia malah tersenyum tanpa berniat untuk mengejar Nina yang berlari itu.

"Nanti pada masanya gue yakin Lo pasti akan berbalik cuma untuk liat gue. Dan gue akan menunggu hari itu tiba Nin." Gumam Lana dalam hatinya.