webnovel

IYD

Dua orang menerima tawaran perjodohan dengan tujuan yang berbeda. Seorang CEO muda yang di rumorkan gay terpaksa menerima perjodohan demi menghapus rumor buruk tentangnya. Seorang wanita yang memutuskan untuk tidak menikah terpaksa menerima perjodohan demi membahagiakan neneknya. Demikianlah jalan takdir mereka hingga terikat dalam ikatan sakral pernikahan. Ini adalah kisah seorang pria gynophobic yang berakhir di tangan seorang misandris. Di mana 'ketakutan' bertemu dengan 'kebencian'. _Zayyad Kafa_ Berharap memiliki keluarga kecil yang bahagia, menjadi pria normal, memiliki keturunan, menikah hanya sekali dan untuk selamanya. _Alina_ Tidak ingin menikah. Hanya menyayangi tiga wanita dalam hidupnya. Membenci pria dan tak kira umur. Mengorbankan kebahagiaan untuk yang tersayang. Dan berpikir untuk bercerai setelah semua nya berakhir. Bagaimana nasib pernikahan mereka... Akankah berakhir dengan kata 'perceraian' hingga ikatan mereka terputus -sad ending- atau mungkin 'penerimaan' hingga ikatan keduanya -happy ending- ??? ___ Note: Untuk kelanjutan 'IYD'dapat dibaca di Webnovel. Silahkan ketik judul 'Ikatan Yang Ditakdirkan' di pencarian dan kalian akan menemukannya di sana. Sudah ada ratusan chapter lebih ^_^

Happy_autumn · 现代言情
分數不夠
34 Chs

23. Terlihat Menggemaskan

Zayyad sudah berada didalam minimarket. Ia sudah dua kali memutari tempat itu untuk menemukan di mana letaknya barang yang di katakan Alina. Tapi sampai ia memutar untuk ketiga kalinya, ia tak kunjung mendapatkan nya. Salah seorang staf wanita yang melihatnya seperti seseorang kebingungan mencari sesuatu, pun mendatangi nya.

"Ada yang bisa saya bantu pak?" Ujar staf wanita itu menawarkan bantuan sembari tersenyum ramah. Ketika melihat penampilan Zayyad yang cukup rapi dalam balutan jas, ia langsung menebak orang yang di hadapannya itu seseorang yang mapan.

Zayyad terus bergeser kesamping. Sikapnya yang menjaga jarak itu membuat si staf wanita menjadi canggung. Wanita itu merapikan anak rambutnya ke belakang telinga, merapikan posisi seragam karyawan nya, ia berusaha untuk menutupi kecanggungan nya.

"P-pembalut!" Kata Zayyad kemudian. Kaku.

"Apa?" Staf wanita itu mengangkat telinganya, apa yang dikatakan Zayyad tidak terdengar jelas.

"Pembalut!" Ulang Zayyad, dengan suara tertahan.

"Pembersih?"

"PEMBALUT"

"..." Staf wanita itu terdiam beberapa saat dengan mulut separuh terbuka. Beberapa ibu-ibu yang sedang memilih barang-barang, fokus nya teralihkan kearah Zayyad. Detik itu, Zayyad ingin sekali melenyapkan dirinya dari tempat itu segera. Meremas jari-jemarinya, ia berusaha untuk menekan rasa malu nya.

"Oh! Mari ikut saya pak!"

Zayyad tidak terus mengikuti wanita itu. Setelah melihat staf wanita itu berjalan beberapa langkah di depannya, baru ia mengikuti nya.

"Ini apa yang anda cari pak!"

Zayyad melihat jejeran pembalut wanita yang beraneka jenis tertata rapi di rak, ingin sekali memijit pelipisnya. Jenis apa yang dipakai Alina? Seharusnya ia menanyakan nya lebih mendetail. Tidak mengira membeli benda yang satu itu akan begitu rumit.

"Istri anda biasanya menggunakan merek apa? jenis yang seperti apa? dan bagaimana dengan ukuran nya?" Tanya si staf wanita yang langsung menebak, pria mapan di hadapannya itu baru pertama kali membelikan pembalut untuk istrinya. Itu terlihat jelas dari raut wajahnya yang kebingungan.

Mendengar rentetan pertanyaan itu, Zayyad mengkerut kan dahinya. Alina tidak menyebutkan semua itu! Ia mengeluarkan ponselnya untuk berkirim pesan, tapi nihil! Ia tidak punya kontak Alina dalam ponselnya.

"Kamu pergi saja! Saya bisa menangani nya sendiri" Ucap Zayyad yang sejak awal terus menjaga jarak dengan si staf wanita.

"Baik, kalau begitu saya permisi!"

Zayyad berdiri di hadapan benda-benda itu dan mulai memperhatikan mereknya satu-persatu. Membuka ponselnya, ia menelusuri internet untuk mencari merek pembalut apa yang terbaik untuk wanita. "Ini mengandung klorin, tidak aman!" Zayyad mencari-cari tiap merek lainnya, setelah memastikan bebas dari bahan berbahaya. Ia pun memasukkan nya kedalam ranjang.

Setelahnya ia mengambil beberapa pembalut masih dengan merek yang sama, dengan penggunaan untuk malam dan siang. Lalu ia mengambil satu- persatu dari berbagai macam jenis ukurannya, karena ia sama sekali tidak tau ukuran apa yang biasa dipakai Alina.

Untuk semua hal itu, ia menghabiskan waktunya satu jam penuh. Sebelum pergi ke kasir, ia mengingat sesuatu. "Teh chamomile" Ia pun terus memutar ke deretan belakang yang terdapat beberapa jenis bubuk teh. Dan mengambil satu kotak bubuk teh chamomile. Setelahnya ia baru meletakkan semua hasil belanjaan nya itu di meja kasir

"Huk huk!" Wanita penjaga kasir yang sedang minum kopi itu, nyaris tersedak dan terbatuk-batuk ketika melihat apa yang ada di dalam keranjang belanjaan Zayyad. Semua itu penuh dengan pembalut wanita dengan merek yang sama. Siapa yang membeli pembalut sebanyak ini? Batinnya. Bahkan jika untuk stok tiga bulan saja tidak akan sampai sebanyak itu.

"Berapa semuanya?" Zayyad tau, dirinya lah pemicu si penjaga kasir itu tersedak hingga batuk-batuk. Hanya saja ia bersikap seakan tidak mengetahui apa-apa.

"Baik, sebentar!" Si penjaga kasir pun mulai menghitung barang belanjaan Zayyad.

Dan Zayyad menanti dengan tidak sabaran. Rasanya ingin sekali ia menggerakkan kakinya dan berlari detik itu juga. Aku harap untuk seterusnya, aku tidak akan sebodoh ini! Ia tak tau harus tertawa atau menangisi kekonyolan nya itu.

•••

"Kemana dia? Kenapa beli itu saja lama sekali!" Alina meringkuk di balik selimut, tangan nya menekan perut bawahnya yang terasa nyeri. Di samping itu ia merasa sangat tidak nyaman. Ingin bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Hanya saja barang yang di nantinya belum juga datang.

Ceklek! Suara pintu terbuka.

"Akhirnya kau datang!" Alina mendongak dari balik selimut. "Di mana pembalut nya?" Tanyanya lagi sambil menyingkirkan selimut itu dari tubuhnya. Ia pun melangkah turun dari kasur.

"Ini!" Zayyad meletakkan sekantong plastik besar hasil belanjaan nya tadi. Melihat hal itu, Alina melongo. Aku hanya memesan pembalut, tapi kenapa barang belanjaan nya begitu banyak?

Alina membuka kantong belanjaan itu. Melihat isi didalamnya, ia tak sanggup untuk tidak tertawa. "Bwhahha.."

"..." Zayyad bersikap seakan tidak mengetahui apapun.

"Kau membeli sebanyak ini, untuk stok ku selama setahun?" Alina menggeleng-geleng kan kepalanya dengan rasa tak percaya. Apakah memang seperti ini cara seorang pria kaya berbelanja atau-- "Kau membeli semuanya dengan merek yang sama?" Jika pria itu kebingungan, tidak mungkin mengambil begitu banyak tapi dengan merek yang sama.

"Merek itu yang aman kau gunakan"

"Benarkah? Aku sebelumnya tidak pernah menggunakan ini. Harganya sangat mahal"

"Kedepannya gunakan yang itu saja"

"Tidak! Harganya terlalu mahal" Alina masih mengobrak-abrik satu-persatu isi di dalam kantong belanjaan itu.

"Biar mahal tapi itu aman untuk kau gunakan, sama sekali tidak mengandung klorin di dalamnya"

"Kau cukup paham ternyata! Kalau ada hal-hal yang seperti itu!"

"Aku sudah membacanya dari beberapa situs di internet yang membahas hal itu"

"Jadi kau menghabiskan waktu cukup lama membeli semua ini, dengan menyesuaikan hasil dari informasi yang kau dapatkan itu?"

Zayyad mengangguk kan kepalanya.

Alina tertegun. Ia bahkan tidak sampai seperti itu.

"Sangat teliti! Bagus" Alina mengacungkan dua jempol kearah Zayyad.

Tapi membayangkan pria itu yang berdiam bermenit-menit lamanya di depan barisan pembalut sambil membaca beberapa artikel di web. Menyesuaikan nya, memilah nya, lalu baru mengambilnya. Terlebih seorang pria yang melakukan nya, dengan ekspresi yang serius, dan penuh ketelitian, kira-kira akan seperti apa itu? Menggembung kan pipinya, Alina bersikeras untuk tidak tertawa.

"Lalu kenapa kau membeli sebanyak ini? Satu saja sudah cukup!"

"Itu ada pilihan untuk malam dan siang, berbagai macam ukuran hingga yang wing dan non-wing!"

"Huk..huk.." Mendengar rincian itu, Alina nyaris terbatuk-batuk. "Apakah ini cukup membingungkan untuk mu?"

Zayyad dengan polosnya mengangguk. Ia memang sangat bingung. Di mata Alina, entah kenapa itu terlihat sangat imut. Tangannya terasa gatal untuk mencubit pipi pria itu.

"Kemari!"

"Apa?"

"Cepatlah kemari!"

"Tidak!" Zayyad menggelengkan kepalanya, menolak.

"Dua langkah saja?"

Zayyad masih diam.

"Satu langkah?"

Akhirnya Zayyad mengambil satu langkah maju kedepan. Detik itu Alina terus bergerak cepat, mengambil dua langkah kedepan dengan cepat. Ia berjinjit dan segera mencubit kedua pipi pria itu.

"Ah! Kenapa kau terlihat sangat menggemaskan"

Deg!

Zayyad tercengang!

•••

Dear readers ♥️

Alhamdulillah, cerita yang di singkat 'IYD' sekarang sudah official di Webnovel.

Kalian tidak akan menemukan pembaruan bab nya disini, jadi bagi kalian yang penasaran akan kelanjutannya. Silakan mampir dengan mengetikkan judulnya di kolom pencarian dengan judul:

—Ikatan Yang Ditakdirkan—

Dan kalian akan menemukannya. Sudah ada seratus chapter lebih.

Semoga kalian semua sehat selalu...

Salam sayang❤️

_Sifa Azz_