webnovel

3. Trauma Ghina.

Ghina menatap wajahnya di cermin sebelum melepas topeng kulit yang dipakainya. Wajahnya memang terlihat sangat mengerikan tapi dia sudah terlanjur nyaman dengan wajah itu. Wajah yang akan membuat semua laki-laki menjauh darinya termasuk Sam. Bahkan dulu Dika juga tak tahu kalau dia hanya mengenakan sebuah topeng kulit karena topeng itu terlihat asli, sama seperti kulitnya.

Wajah Ghina Adinata segera berubah menjadi sangat cantik saat perempuan itu melepas topengnya dan meletakkannya di sebuah wadah khusus. Ghina mulai membersihkan wajahnya dan menghapus lem khusus yang menempel di sana.

Bukan tanpa alasan Ghina mengenakan topeng yang selama ini dipakainya. Ghina memakai topeng itu setelah kematian sahabatnya, saat itu dia masih kelas dua SMA. Sahabat Ghina yang bernama Tania juga sama cantiknya dengan dirinya. Ghina dan Tania menjadi idola di sekolah mereka, banyak laki-laki yang mengejar mereka.

Akhirnya Tania menerima salah satu penggemarnya yang merupakan salah satu bad boy di sekolah mereka menjadi pacarnya sedang Ghina memilih tetap sendiri. Ghina belum tertarik untuk menjalin hubungan romantis dengan laki-laki karena dia ingin fokus pada pendidikannya dulu ditambah lagi ayahnya sangat keras mengenai hal itu.

Ghina sering menemani Tania berkencan dengan pacarnya, kadang tak hanya mereka bertiga tapi teman-teman pacar Tania juga bergabung bersama mereka. Suatu ketika Tania memintanya menemani gadis itu berkencan seperti biasanya. Pagi itu Tania akan pergi dengan pacarnya ke sebuah tempat wisata dan mampir ke rumah teman pacarnya yang berada tak jauh dari tempat wisata yang akan mereka kunjungi.

Awalnya Ghina mengiyakan permintaan Tania, dia juga sudah berada di mobil pacar Tania dan sudah sampai di batas kota saat salah satu asisten ayahnya mengabarkan orang tuanya mengalami kecelakaan dan sekarang keduanya dalam keadaan kritis. Karena itulah Ghina kemudian meminta maaf karena tak bisa menemani mereka. Ghina kemudian menuju rumah sakit menggunakan taksi online dan segera disambut asisten ayahnya.

Kecelakaan itu membuat ibunya meninggal sedang ayahnya berada di ICU karena itu Ghina segera melupakan Tania pergi dengan pacarnya.Toh Tania pergi dengan pacarnya jadi Ghina merasa tak perlu mencemaskannya karena Yosi pasti akan melindunginya kalau terjadi sesuatu pada Tania.

Ghina masih berada di pemakaman setelah prosesi pemakaman ibunya saat dua orang polisi menemuinya. Ghina mengira kedatangan kedua polisi itu ada hubungannya dengan kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya tapi dugaannya salah. Kedua polisi itu justru mengabarkan Tania yang tengah kritis setelah ditemukan di sebuah kosong sendirian dalam kondisi yang tak sadarkan diri dan tanpa busana yang menutupi tubuhnya. Tania diperkosa setelah dicekoki minuman keras dan ditinggalkan begitu saja. Tania ditemukan seorang pencari rumput yang kebetulan lewat di depan rumah kosong tersebut karena mendengar rintihan Tania yang baru sadar dari pingsannya. Pencari rumput itu kemudian mengabari warga dan membawanya ke rumah sakit. Tania sempat histeris saat warga hendak menolongnya hingga akhirnya dia kembali tak sadarkan diri.

Polisi itu mencari Ghina karena nomor ponsel Ghina adalah nomor terakhir yang dihubungi Tania. Gadis itu berusaha menghubungi Ghina hingga puluhan kali tapi Ghina tak Ghina sama sekali tak meresponnya karena dia meninggalkan ponselnya di rumah sakit.

Kesedihan Ghina terasa berkali lipat. Ibunya meninggal, ayahnya koma dan kini sahabatnya juga koma. Padahal sebelumnya Ghina masih melihat Tania yang begitu ceria bercerita tentang banyak hal saat di mobil karena itu Ghina merasa syok saat melihat kondisi sahabatnya yang terbaring di ICU dengan berbagai selang yang menancap di tubuhnya.

Polisi akhirnya menangkap pacar Tania berdasar keterangan dari Ghina yang mengatakan kalau dia meninggalkan Tania bersama Yosi waktu itu. Awalnya Yosi mengelak kalau dia memperkosa Tania, laki-laki populer di sekolahnya itu mengaku kalau dia dan Tania sempat bertengkar sebelum dia meninggalkan Tania di tempat yang tak jauh dari rumah kosong itu. Sayangnya polisi tak percaya begitu saja pada keterangan Yosi. Setelah Yosi tak bisa mengelak dan akhirnya mengakui perbuatannya polisi akhirnya menangkap teman-teman Yosi yang diduga ikut melakukan perbuatan itu.

Dari keterangan polisi, Ghina kemudian tahu bahwa sebenarnya ia juga akan dijadikan sasaran pemerkosaan oleh mereka. Mereka memperkosa Tania karena Tania menolak diajak berhubungan intim oleh Yosi karena itu Yosi memaksa Tania meminum minuman beralkohol hingga gadis itu pingsan dan mereka bisa mengerjainya.

Beberapa hari kemudian, Tania dinyatakan meninggal dunia karena mengalami sepsis. Infeksi yang terjadi karena perkosaan itu telah menyebar di seluruh tubuhnya dan membuatnya tak bisa bertahan. Tania meninggal tanpa pernah sadar setelah masuk ke rumah sakit. Mungkin itu yang terbaik untuk Tania karena kalau dia mampu bertahan bisa jadi dia akan hidup dalam trauma sepanjang hidupnya.

Berhari-hari Ghina hanya dapat menangisi kepergian sahabatnya dan nasib malang yang menimpanya. Ghina menduga kalau hari itu dia jadi ikut Tania dan Yosi, bisa jadi apa yang menimpa Tania juga akan menimpanya. Menurut keterangan polisi yang didapat daripada tersangka, mereka sengaja meminta Tania untuk mengajak Ghina karena mereka ingin mengerjainya. Mereka memang menyukai Ghina karena Ghina cantik tapi sayangnya mereka tak bisa memiliki Ghina karena itu mereka merasa sakit hati dan berniat melakukan hal untuk mempermalukan gadis itu.

Ghina merasakan seluruh tubuhnya merinding. Ghina tak tahu apakah dia harus merasa bersedih kata bersyukur atas kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya itu, karena kalau tidak dialah yang akan mengalami hal yang mengerikan.

Tapi Ghina tak sepenuhnya merasa lega, meski para pemerkosa Tania sudah ditangkap, mereka bisa melenggang keluar penjara dalam waktu yang tak lama karena mereka adalah anak-anak orang kaya atau pejabat karena itu hukuman ya mereka sangat ringan bahkan tuduhan yang diberikan kepada mereka hanya berupa kelalaian. Hal itu tentu saja membuat Ghina ketakutan karena mungkin mereka akan mencarinya karena dia ikut andil memenjarakan mereka.

Satu-satunya penghiburan bagi Ghina adalah kondisi ayahnya yang semakin membaik dan sudah dipindahkan ke ruang perawatan biasa.

Sebuah ketukan di pintu, membuat Ghina kembali dari ingatan masa lalunya. Bi Wati segera memasuki kamar Ghina setelah perempuan itu menyuruhnya masuk.

"Makan malamnya sudah siap, Non," Bi Wati memberitahu Ghina, dia tersenyum ramah kemudian menundukkan wajahnya. Bi Wati tahu majikannya tak suka kalau dia memandangi wajah cantiknya yang secantik bidadari. Bi Wati tak tahu apa yang membuat sang majikan lebih suka tampil dengan wajah mengerikan daripada dengan wajah cantiknya.

"Terima kasih, Bi, aku keluar sebentar lagi," sahut Bi Wati, perempuan setengah baya itu keluar dari kamar Ghina dengan langkah cepat.

Ghina menghembus nafasnya dengan kasar dan kembali menatap cermin sebentar sebelum akhirnya mengikuti Bi Wati.