webnovel

2. Laki-laki Ambisius

Ghina Adinata menyeringai makin lebar membuat Sam semakin jijik melihatnya.

"Perusahaan itu milik kamu dan jangan lupa, kalau kamu ingin perusahaan kamu seperti sebelumnya bahkan bisa lebih berkembang lagi maka kamu harus menikah denganku!"

"Atau kamu bisa mengucapkan selamat tinggal kepada Perusahaan kamu," lanjut Ghina dengan cepat.

Sam mengumpat dalam hati, dia menjadi semakin kesal pada Ghina Adinata karena perempuan itu membuatnya harus membuat pilihan yang sulit. Dia harus memilih untuk menikahi Ghina Adinata atau perusahaan yang telah dirintisnya beberapa tahun lalu hancur berantakan. Sam sangat tahu Ghina Adinata memiliki kemampuan untuk itu dengan satu kata saja dan Sam tak ingin itu terjadi.

Tapi menikah dengan Ghina Adinata sepertinya juga bukan hal yang bisa dia lakukan. Sam adalah makhluk visual yang suka keindahan, dia suka perempuan cantik dan normal sedang perempuan di depannya selain cacat, wajahnya juga sangat jelek. Sam tak bisa membayangkan bagaimana dia akan berada di sisi perempuan itu, melihatnya saja dia sudah merasa jijik dan mual. Dia juga pasti akan malu pada mantan-mantannya yang cantik-cantik.

"Pikirkan pilihan mana yang akan menjadi pilihan kamu tapi aku tidak bisa lama. Semakin lama kamu memberi jawabannya, mungkin aku akan berubah pikiran dan kamu tak lagi bisa memilih!" tegas Ghina.

Sam menatap Ghina dengan mata terbelalak, andai saat ini dia memegang sebuah pistol rasanya dia ingin meledakkannya di kepala Ghina yang otoriter.

"Pikirkan baik-baik dan segera beritahu aku apa keputusan kamu. Aku tidak punya banyak waktu untuk disia-siakan," suara dingin Ghina Adinata membuat Sam langsung membeku.

Ghina Adinata segera meninggalkan ruangan meeting tanpa menoleh diikuti sekretarisnya yang berjalan di belakang kursi roda Ghina. Sam mengepalkan tinjunya, rasanya dia ingin membunuh perempuan buruk rupa dan lumpuh itu. Sepertinya perempuan itu adalah iblis dalam arti yang sebenarnya.

Tidak! Ini tidak boleh terjadi! Samudra Tech adalah impiannya sejak dulu. Perusahaan itu adalah darah, air mata dan keringatnya karena itu tidak boleh hancur hanya karena seorang perempuan buruk rupa bernama Ghina Adinata. Sam telah mencurahkan seluruh hidupnya di perusahaan itu dan membesarkannya, meski saat ini belum menjadi perusahaan besar tapi dia yakin suatu saat perusahaannya akan menjadi perusahaan besar seiring perjalanan waktu.

Untuk waktu yang lama, Sam masih berada di ruangan itu. Sam masih merutuki Ghina Adinata dengan segala sumpah serapah.

Setelah cukup lama mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari dua pilihan yang diberikan Ghina Adinata. Sam akhirnya berlari tergesa mengejar Ghina Adinata yang hampir memasuki ruangannya. Sam menahan kursi roda Ghina Adinata dan menyatakan persetujuannya menikahi dengan perempuan itu.

"Tapi aku perlu jaminan kalau kamu tidak menipuku dan mengembalikan klienku," pinta Sam setelah Ghina Adinata menerima pilihan yang dipilih Sam.

"Setelah kita menikah, aku akan menelepon ketiga perusahaan klien kamu agar melanjutkan transaksi mereka," Ghina berkata dengan ringan dengan sebuah senyum manis di bibirnya yang tetap saja terlihat mengerikan di mata Sam.

"Kapan kita akan menikah?" tanya Sam tak sabar.

"Terserah kamu, tentunya semakin lama kamu menunda waktu pernikahan kita, kamu bisa menghitung sendiri berapa banyak kerugian kamu," Ghina tersenyum sinis menatap Sam lalu dia segera memerintahkan sekretarisnya untuk mengurus pernikahannya dengan Sam.

Setelah memerintahkan hal itu Ghina Adinata segera memasuki ruangannya dan menutup pintunya tanpa menatap Sam sama sekali.

Kekesalan di hati Sam, semakin membuncah melihat perempuan itu berbuat seenaknya tapi dia harus bersabar dengan semua sikap Ghina Adinata. Dia sudah bertekad untuk memanfaatkan Ghina Adinata untuk keuntungannya sendiri. Dia bertekad untuk menikahi Ghina saat ini, nanti saat perusahaannya sudah besar dan kuat, dia akan menceraikan gadis itu dan menendangnya. Pemikiran itu membuatnya memilih untuk menikahi Ghina Adinata.

Sam bergegas mengikuti langkah sekretaris Ghina ke ruangannya untuk mengurus pernikahannya dengan Ghina Adinata.

Di ruangannya, Ghina Adinata tersenyum lebar, dia memang memerintahkan orang-orangnya untuk menyelidiki Samudra Sebastian dan perusahaannya setelah peristiwa itu. Sebelumnya dia tak mengenal siapa Sam dan Samudra Tech. Setelah penyelidikan itu Ghina mulai tertarik dengan beberapa proyek yang digagas laki-laki itu. Ghina yakin produk-produk yang dihasilkan perusahaan milik Sam akan menambah pundi-pundi penghasilan Adinata Company apabila dia yakin kalau penelitian yang dikembangkan Sam dan para penelitinya akan semakin berkembang saat bergabung dengan Adinata Grup.

Ghina tahu Sam seorang yang ambisius dan juga pekerja keras. Dia pasti akan memilih menikahinya daripada harus kehilangan Samudra Tech yang menjadi kebanggaannya.

Ghina meraba wajahnya dan menggunakan aplikasi kamera di ponselnya untuk melihat wajahnya. Ghina menyeringai saat mengingat tatapan jijik Sam kepadanya. Itu adalah tatapan yang biasa diterimanya sejak dia memakai topeng ini beberapa tahun yang lalu. Dia sengaja mengenakan topeng ini untuk menutupi wajahnya yang cantik jelita untuk melihat bagaimana orang-orang melihatnya.

Entah berapa lama Ghina dalam pemikirannya hingga terdengar ketukan di pintu ruangannya. Seorang laki-laki tampan segera memasuki ruangan itu setelah Ghina mempersilahkannya untuk masuk.

"Gila kamu, Ghin!" kata Dika sambil menyerahkan beberapa dokumen untuk diperiksa atasannya yang juga saudara sepupunya sambil tersenyum.

Ghina Adinata hanya tersenyum lebar sementara Dika tak bisa menahan tawanya.

'Dia masih kesal?" tanya Ghina sambil membuka dokumen yang diletakkan Dika di atas meja.

"Kenapa kamu memilihnya menjadi suami kamu?" bukannya menjawab Dika malah balik bertanya.

Ghina tertawa terbahak.

"Dia good-looking tentu saja! Kehidupannya juga bersih, meski dia pernah memiliki pacar sebelumnya tapi dia sangat baik memperlakukan pacarnya. Dan yang pasti ide-idenya akan membuat Adinata Grup makin maju kedepannya. Selain proyek robot yang tengah dia kerjakan, saat ini perusahaannya sedang mengembangkan microchip yang membuat banyak perusahaan berlomba-lomba untuk mendapatkan microchip itu untuk meningkatkan performa produk mereka. Hanya saja berita ini masih rahasia karena masih di awal penelitian,"

"Kamu memang gila, Ghin. Aku yakin pasti Ashton yang mengabarkan berita ini ke kamu," Dika bersungut-sungut. Sepupunya itu selalu mendapatkan informasi yang diinginkannya dengan cepat dan akurat.

Ghina kembali tertawa.

"Tapi kamu mesti hati-hati, Ghin. Sam itu terlalu ambisius, aku kuatir dia hanya akan memanfaatkan kamu dengan menyetujui pernikahan ini. Tidakkah kamu lihat bagaimana wajahnya terlihat sangat jijik saat menatap kamu tadi?"

"Aku tahu!" Gina mengedikkan bahunya.

"Aku yakin kalau kamu melepas topengmu dia akan langsung setuju untuk menikah denganmu!" Dika tertawa menggoda Ghina.

"Tidak perlu! Kalau aku membuka topengku, aku yakin sebagian besar laki-laki akan langsung bertekuk lutut padaku dan menggodaku. Mereka tak akan merasa takut lagi padaku dan itu akan menurunkan citraku."

Dika menggelengkan kepalanya sambil menahan senyum, apa yang dikatakan Ghina benar. Dia sama sekali tak mengerti dengan jalan pikiran sepupunya yang malah berusaha menyembunyikan kecantikannya dengan topeng kulit yang membuatnya terlihat mengerikan.

***