Dua hari kemudian, Lilia kembali datang ke kantor Alfred di kampus.
Hari ini dia memakai blus putih dan rok panjang berwarna kuning cerah yang membuatnya terlihat lebih muda dari biasanya. Dengan penampilannya itu, Lilia dapat disangka sebagai salah satu mahasiswi di sini.
Alfred duduk di samping Lilia. Pria itu akan bersikap sebagai pihak netral dalam kasus ini. Pakaian dosen itu terlihat sederhana dan tidak menarik perhatian. Lilia merasa kalau penampilan Alfred ini sesuai dengan karakternya yang rendah hati.
"Bapak Alfred, sudah berapa lama Anda mengajar di sini?" Lilia membuka percakapan sambil menunggu kedatangan orangtua mahasiswi itu.
"Baru sekitar 4 tahun. Aku alumni kampus ini, dan langsung mengajar sebagai dosen setelah aku lulus." Jawab Alfred sambil tersenyum ramah.
"4 tahun? Berarti Anda hanya 2 tahun lebih tua dari saya?" Lilia menghitung-hitung usia Alfred dan terkejut saat tahu pria itu baru berusia 26 tahun. "Wow, Anda pasti sangat cerdas karena bisa langsung mengajar sebagai dosen!"
"Tidak juga, aku beruntung bisa diterima karena ada rekomendasi dari dosen-dosenku. Tanpa mereka, aku tidak akan bisa ada di sini sekarang." Alfred menekankan dengan wajah memerah. "Ah, Nona Lilia juga tidak perlu bersikap terlalu formal denganku. Karena usia kita tidak berbeda jauh, anggap saja aku seperti kakak tingkatmu."
"Baiklah, Kak Alfred." Lilia mengangguk sambil berpikir kalau wajah malu Alfred tampak menggemaskan.
Saat Alfred sedang menuangkan teh untuk Lilia, dia kebetulan melihat label merek di lengan baju Alfred. Mata Lilia melebar penuh kekagetan. Bukankah ini merek baju level internasional yang terkenal mahal itu? Harga sehelai T-shirt dengan merek ini saja bisa mencapai jutaan Rupiah, apalagi baju yang dikenakan Alfred tampak seperti kemeja yang dijahit khusus untuknya.
Sejak kapan gaji dosen di universitas ini menjadi sangat tinggi?!
Sebelum Lilia bisa bertanya, keduanya mendengar langkah kaki menuju ke ruangan ini.
"Sepertinya mereka sudah datang." Ekspresi Alfred berubah serius layaknya seorang dosen.
Ketika pintu berayun terbuka, Lilia berdiri dari kursinya sebagai bentuk sopan santun. Sepasang suami-istri masuk ke ruangan, diikuti seorang wanita muda yang memakai baju terusan berwarna putih bersih. Mahasiswi itu tampak gugup, matanya terus melirik ke sekeliling ruangan itu.
"Bapak dan Ibu Iswara, silakan duduk." Alfred juga bangkit dari kursinya dan mempersilakan mereka duduk.
Pasangan itu bertukar pandang sejenak sebelum duduk di sofa seberang Lilia tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Putri mereka bergerak-gerak gelisah di dekat sofa dengan kepala tertunduk.
"Lacy, silakan kamu duduk juga." Panggil Alfred lembut.
Mahasiswi itu terlonjak saat mendengar namanya dipanggil. Setelah melirik kedua orangtuanya, barulah mahasiswi itu duduk di tepi sofa. Selama sesaat, hanya ada keheningan dalam ruangan itu.
"Apa kamu wali anak laki-laki tidak tahu diri itu?" Ibu Lacy, Madel, memulai pembicaraan dengan suara ketus.
Tatapan Lilia menyapu pasangan suami-istri itu. Dia bisa melihat kalau kedua orang itu sama sekali tidak berniat menyelesaikan kasus ini secara damai.
Lilia menegakkan tubuh dan tiba-tiba membungkuk ke arah orangtua Lacy. "Aku benar-benar minta maaf atas masalah yang ditimbulkan adikku." Lilia berkata dengan nada yang sopan. Dia tidak merendahkan diri namun juga tidak bersikap arogan.
Ayah Lacy, Freddy Iswara, diam-diam menyenggol istrinya. Mata pria itu berkilat penuh ketamakan saat dia mengenali identitas Lilia. "Nona Lilia Pangestu, benar? Karena kamu tahu adikmu sudah membuat masalah, apa yang akan kamu lakukan untuk mengkompensasi kami?" Kata Freddy dingin.
Madel segera mengangguk penuh semangat. "Putri kami hamil gara-gara adikmu! Kalau kamu tidak bisa memberi kompensasi yang layak, kami tidak keberatan menyelesaikan ini di pengadilan!"
Alfred mengerutkan kening saat pasangan itu sengaja mengancam Lilia untuk membuatnya terintimidasi. Tatapan matanya berubah dingin dan dia mempersiapkan diri untuk menginterupsi apabila situasinya semakin parah.
Lacy, yang sejak tadi diam saja, mencuri pandang ke arah Lilia. Namun saat tatapan mereka bertemu, mahasiswi itu buru-buru menundukkan kepala lagi.
Lilia mengembalikan pandangannya pada pasangan itu. Ekspresinya tenang seolah situasi ini berada dalam kendalinya, bahkan dia masih bisa tersenyum kecil. "Aku kira Keluarga Iswara bersedia bertemu hari ini untuk membicarakan solusinya? Kalau kalian bersikeras menyelesaikannya di pengadilan, kita tidak perlu melanjutkan diskusi hari ini. Bagaimana menurut Anda, Bapak Alfred?" Lilia melemparkan pertanyaan itu pada pria di sampingnya.
Alfred melihat kepercayaan diri di mata Lilia dan memutuskan untuk mempercayai rencana wanita itu. Dia mengangguk dengan wajah serius. "Aku setuju dengan pendapatmu, Nona Lilia. Sebaiknya kita akhiri saja pertemuan ini."
Sikap Lilia dan Alfred membuat Freddy dan Madel panik. Mereka mengira kalau Lilia tidak ingin kasus ini dibawa ke pengadilan sehingga wanita muda itu akan memenuhi apapun permintaan mereka. Tapi kenapa situasinya justru berbalik seperti ini?!
Freddy berdeham dan berusaha memperbaiki situasi. "T-Tunggu sebentar. Karena kita sudah jauh-jauh datang ke sini, aku tidak keberatan mendiskusikan solusinya sebelum maju ke pengadilan. Kompensasi apa yang bisa kamu tawarkan untuk menyelesaikan masalah ini? Putriku adalah anak yang polos dan tidak tahu apa-apa. Dia bahkan tidak pernah punya pacar. Tapi sekarang dia hamil karena adikmu. Sebagai orangtuanya, aku merasa sangat sedih!" Kata-kata Freddy terdengar sangat berlebihan dan dibuat-buat.
Lilia hampir tertawa mendengarnya. Polos dan tidak tahu apa-apa? Dia tidak percaya kalau mahasiswi yang berpacaran dengan beberapa laki-laki sekaligus itu masih polos!
Lilia melontarkan tatapan penuh sarkasme pada Lacy sebelum menjawab, "Benarkah? Karena Lacy bersedia saat diajak pergi oleh adikku, sudah jelas kalau dia juga punya perasaan terhadap Daniel, kan? Kalau tidak, mana mungkin anak yang polos dan tidak tahu apa-apa sepertinya berani pergi malam-malam dengan seorang laki-laki!"
Hallo Teman-teman terima kasih atas supportnya selama ini.
Memang bulan juli ini penuh perjuangan yang keras untuk bisa selalu membagi waktu di kehidupan nyata (bekerja office hours) dan melanjutkan menulis novel ini.
mohon bantuan nya untuk selalu vote power stone+tambah kan ke dalam rak buku untuk novel saya ini.
Bulan depan awal Agustus saya usaha kan untuk bisa menulis 2 sampai 3 chapter tiap hari nya,sehingga kalian bisa lebih enjoy lagi.
dan bagi kalian yang mau support saya,bisa beri gift lho di bawah tombol vote.
Happy reading.