webnovel

Inverse : When The Past Changes

Warn! 21+ : berisi kekerasan dan adegan sexual sesuai rating cerita. Akankah takdir berubah saat masa lalu berusaha kita ubah? Daniel Alvern Adyatama, seorang ilmuwan yang menciptakan sebuah mesin waktu bernama Chronos. Ide gilanya ini bermula saat bertemu dengan seorang gadis muda bernama Caelia Eloise yang mana sudah dinyatakan meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Gadis itu adalah korban dari sebuah kecelakaan yang menewaskan Adeeva, ibu kandung Daniel dan juga Caelia. Melihat bahwa Caelia tumbuh sehat, Daniel jadi bertanya-tanya. Hingga akhirnya, dia mempercayai sebuah mitos mengenai dunia paralel. Di sisi lain, Caelia memiliki sebuah buku peninggalan neneknya yang membahas mengenai dunia paralel dan mesin waktu. Melalui pengetahuan buku kuno tersebut, mereka menciptakan Chronos. Akankah semua berjalan semestinya? Atau justru, kehancuran melanda? ——————————- - Cerita murni pemikiran author. Apabila ada kesamaan nama tokoh, alur, dan yang lainnya, maka itu terjadi secara ke tidak sengajaan -

Depaaac_ · 奇幻言情
分數不夠
117 Chs

17. Azalea Dijodohkan Dengan Daniel?

Hiks

Hiks

Hiks

Suara tangis seorang gadis muda terdengar memenuhi ruang kamar yang cukup luas. Sudah hampir setengah jam gadis itu meringkuk di atas ranjangnya dengan banyak tisu yang tersebar di sekitarnya.

"Huaaa... hiks... jodohku dijodohkan dengan orang lain..." teriaknya di sela isak tangis yang semakin mengencang.

Isakannya yang sangat kencang membuat gadis itu tidak sadar saat seseorang memasuki kamarnya, berdiri di dekat pintu sembari mengamati dirinya.

"Mau sampai kapan kau menangis, Caeya?" Tanya Azalea, ibunya.

Mendengar suara Azalea, mata Caelia terbuka lebar. Dia segera turun dari ranjang, mendekati sang ibu dengan bibir yang terlipat kebawah, membuatnya terlihat sangat menggemaskan.

"Mom, Caeya marah sama Mom! Gara-gara Mom... hiks... jodoh Caeya dijodohkan sama orang lain!" Gadis itu kembali merengek, menangis sejadi-jadinya.

Percayalah, Caelia sudah menangis sejak dari ruangan Nathan. Dia bahkan menangis saat di perjalanan pulang.

Sampai-sampai, supir taxi online yang dia pesan kebingungan karena tingkahnya.

Mendengar hal tersebut, Azalea menghela napasnya. Putrinya ini sudah sangat tergila-gila dengan Daniel sepertinya.

Meski begitu, dia berpikir bahwa cinta Caelia kepada Daniel hanyalah cinta sesaat. Bagaimanapun juga, Caelia masih sangat muda. Dia masih delapan belas tahun. Tentu saja hatinya masih sangat labil.

"Siapa yang kau sebut jodoh, Caeya?" Tanya Azalea dengan raut wajahnya yang kesal.

Caelia menghentakkan kakinya, berjalan menuju ranjang dan membanting tubuhnya ke sana. Dia tak peduli dengan banyaknya tisu yang berserakan di sekitar sana.

"Om Daniel jodoh Caeya! Tapi, dia dijodohkan! Ini semua gara-gara Mom yang tidak mengijinkan Om Daniel dekat dengan Caeya!" Kesalnya menggebu-gebu.

Caelia masih saja terisak dengan banyaknya air mata yang turun. Dia tak memperhatikan ibunya yang saat ini sudah duduk tepat di sampingnya.

"Hei, lihat Mommy." Azalea merasa jengah dengan putrinya. Diarahkannya kepala Caelia hingga menghadap dirinya, dibukanya paksa mata Caelia yang memejam karena tangisnya.

"Caeya marah sama Mommy pokoknya! Caeya marah!" Teriaknya meraung-raung, seperti anak kecil.

"Kamu tahu tadi Mom habis kemana?" Sentak Azalea, sedikit meninggikan suaranya karena Caelia tak mau mendengarkan ucapannya.

"Apa urusannya Mom pergi kemana dengan Caeya yang patah hati." Gerutu Caelia.

"Daniel tadi ke sini." Kata Azalea, membuat tangisan Caelia terhenti seketika.

Dia menyeka air matanya, mengusap wajahnya kasar. "Untuk apa Mom? Apa dia memberi surat perpisahan? Atau Om Daniel bilang mau ke luar negeri seperti yang di novel-novel?"

Ctak!

Azalea benar-benar tidak habis pikir dengan putrinya. Dia sampai harus menyentil jidat Caelia. "Astaga, kau terlalu banyak membaca buku, Caeya! Ini bukan novel. Tak ada salam perpisahan atau Daniel mau keluar negeri. Berhenti terus berkhayal." Kesal ibunya, membuat Caelia hanya tersenyum simpul, malu terhadap perbuatannya.

"Ya habisnya... kebanyakan seperti itu Mom..." lirih gadis itu.

"Daniel ke sini karena mau menjemput Mom untuk bertemu dengan keluarganya." Kata Azalea.

"Jadi, Mom yang dijodohkan dengan Om Daniel?! Astaga, apa Mom tega merebut kekasih anaknya sendiri?" Caelia menggeleng tak percaya. Matanya menyorot kesal pada sang ibu, seolah ibunya adalah musuh yang paling dia hindari.

"Caeya kecewa sama Mom!" Kesal Caelia dengan air mata yang mulai menetes.

Sedangkan Azalea yang melihat tingkah kekanakan putrinya merasa tidak sangat jengah. Caelia sepolos ini. Itulah mengapa Azalea tidak bisa memberikan gadis itu untuk sembarang orang.

Dia tak ingin putrinya yang tulus ini tersakiti.

"Daniel memang laki-laki yang sangat sesuai dengan tipe ideal Mom—"

"Tuh 'kan, Mom jahat!" Tangisan Caelia semakin mengencang, membuat Azalea tertawa kecil melihatnya.

Diusapnya pipi Caelia dengan lembut, kemudian diusapnya mata indah gadis itu agar tak terus menitihkan air mata. "Daniel tampan, baik, sopan. Bukankah itu tipe ideal semua wanita, Caeya? Jika Mom dijodohkan dengannya, tentu saja Mom akan menyetujuinya tanpa perlu berpikir panjang."

"Mom jahat... masa Om Daniel nanti jadi ayah tiri—"

"Dengarkan Mom dulu!" Azalea segera memotong ucapan putrinya karena merasa gemas.

"Dengarkan. Bukan Mom yang dijodohkan. Tetapi, kamu! Daniel ke sini, membawa Mom ke keluarganya karena dia menginginkan kamu. Dia meminta kamu dari Mom..." jelas Azalea

Caelia terlihat mematung dengan wajahnya yang terlihat bodoh. Tak ada ekspresi yang spesifik dari wajah gadis itu. Dia benar-benar mematung seperti boneka.

"Jadi, Caeya dan Om Daniel dijodohkan?" Azalea mengangguk.

"Yes! Caeya bisa kawin."